Salah Lamar
Ramzi jatuh cinta pada pandangan pertama, ketika dia melihat seorang gadis yang sangat ayu di mata Ramzi di pesantren milik Kiai Amar. Kiai Amar merupakan teman karib sang Abi yang juga mempunyai pesantren.
"Abi, boleh aku berbicara dengan Abi?" tanya Ramzi.
"Kamu mau bicara tentang apa Ramzi?" tanya Kiai Afnan.
"Lamarkan aku seorang gadis Abi," ucap Ramzi.
"Hah...tumben kamu minta lamarin, kemarin Ummi dan Abi jodohkan kamu dengan banyak gadis semua kamu tolak," ucap Kiai Afnan.
"Abi yang ini lain, ayu banget. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama," ucap Ramzi.
"Gadis mana yang mau kamu lamar?" tanya Kiai Afnan.
"Putri Kiai Amar," ucap Ramzi.
"Subhanallah, kok pas banget. Abi memang mau menjodohkan kamu dengan putri Kiai Amar. Yah sudah, lusa kita ke rumah Kiai Amar untuk melamar gadis pujaan kamu," ucap Kiai Afnan.
"Alhamdulilah, syukron Abi," ucap Ramzi, memeluk Kiai Afnan.
2 hari berlalu sangat cepat. Persiapan demi persiapan yang keluarga Ramzi lakukan, dari makanan, parsel dan juga cincin yang sudah dipaskan dengan gadis yang ingin dilamar Ramzi. Keluarga Kiai Amar sudah tahu akan lamaran ini, karena sebelumnya sudah dibicarakan untuk perjodohan anak-anak mereka.
Wajah Ramzi sangat gembira, sangat berseri-seri. Dia bolak balik mengganti baju gamis agar penampilannya terlihat sempurna.
"Ummi, gamis ini cocok gak sama aku?" tanya Ramzi.
"Duh anak Ummi, subhanallah gantengnya pol banget, cie yang mau lamar gadis pujaan," ledek Ummi Laila.
"Yang benar Ummi, aku sudah ganteng?" tanya Ramzi untuk memastikan kembali.
"Masa Ummi bohong sih, ayo kita berangkat. Lebih cepat, lebih baik," ucap Ummi Laila.
Ramzi memegang tangan Umminya untuk menuju ke mobil, langkahnya berhenti seketika.
"Kenapa Ramzi? ada yang kelupaan? cincin sudah sama Ummi," ucap Ummi Laila.
"Astagfirullah Ummi, aku belum pakai minyak wangi, tunggu aku sebentar Ummi," ucap Ramzi, sambil berlari.
Ummi menggelengkan kepalanya, melihat tingkah anaknya yang begitu gembira karena ingin melamar gadis pujaannya.
***
Ramzi kini sudah berada di dalam mobil, lamaran ini dihadiri oleh keluarga inti, juga paman dan bibi Ramzi. Ia beberapa kali mengusap-usap dadanya, jantungnya berdenyut dengan cepat.
"Deg degkan yah? tenang, bismillah," ucap Ummi Laila terhadap Ramzi.
Mobil rombongan Kiai Afnan melesat dengan kecepatan sedang, Ummi Laila mengusap-usap tangan anaknya agar tenang, jangan gugup.
Memasuki gerbang pesantren milik kiai Amar mereka disambut dengan sholawatan beserta iringan rabana. Kiai Afnan dan kiai Amar saling berpelukan satu sama lain.
"Masya Allah Kiai, sehat?" tanya kiai Amar.
"Alhamdulilah, sehat Kiai. Antum bagaimana, sehat?" tanya balik kiai Afnan.
"Sehat-sehat, mari masuk," ucap kiai Amar menyambut para tamunya.
Rombongan Kiai Afnan pun masuk, Ramzi didampingi oleh sang Ummi. Senyuman yang lebar ditampakkan oleh Ramzi karena hatinya sangat bahagia.
Kini kedua keluarga sudah duduk bersama-sama. Kiai Afnan pun memulai niatan kedatangan keluarganya.
"Assalamu'alaikum, dengan segala hormat saya sampaikan terima kasih kepada keluarga Kiai Amar yang sudah menerima kedatangan kami. Kedatangan saya kali ini, yaitu ingin mengutarakan niatan baik putra saya, Ramzi Sahban Elfathan untuk meminang putri Kiai Amar," ucap Kiyai Afnan.
"Wa'alaikumsalam, terima kasih kepada rombongan keluarga Kiai Afnan yang sudah datang untuk melamar anak saya, saya mempunyai 2 anak perempuan yang masih belum menikah. Akan tetapi 2 hari yang lalu anak bontot saya sudah di khitbah oleh murid saya yang sekarang mengajar di pesantren ini. Dari perbincangan kita seminggu yang lalu saya ingin menjodohkan anak kedua saya dengan Gus Ramzi, Masya Allah ternyata katanya Gus Ramzi lah yang meminta untuk dilamarkan. Sebentar saya akan memanggil putri saya," ucap kiai Amar.
"Apa putri Kiai Amar ada 2 yang belum menikah, yang aku lihat yang mana? anak kedua atau ketiga?" gumam hati Ramzi, perasaannya sudah tidak enak.
Nyai Adiba memanggil putrinya, keluarlah 2 anak gadis kiai Amar, yaitu Ning Delisha dan Ning Inayah. Ning Delisha merupakan anak ketiga sedangkan Ning Inayah anak kedua.
Amar tersenyum melihat gadis pujaannya.
"Ini kedua anak gadis saya, sebelah kanan namanya Delisha anak ketiga saya yang sudah dikhitbah dan sebelah kiri adalah Inayah yang akan dijodohkan oleh Gus Ramzi," ucap Kiai Amar.
Deg
Hati Ramzi berdetak tak karuan, yang dia lihat dan langsung jatuh cinta adalah Ning Delisha, tapi yang dia akan lamar Ning Inayah, Ramzi menatap umminya.
"Cantik Ning Inayah, pantas kamu langsung suka," bisik ummi Laila, kepada Ramzi.
Ramzi hanya tersenyum kecut ketika ummi Laila berbisik di telinganya.
"Ya Allah, kenapa jadi seperti ini. Aku menginginkan Ning Delisha yang menjadi istriku bukan Ning Inayah, keluarga besarku bahkan sudah datang semua. Jika aku bilang membatalkan lamaran ini, Abi pasti akan malu. Apa yang harus aku perbuat?" gumam hati Ramzi.
"Bagaimana Ramzi? silahkan kamu sendiri yang melamar Ning Inayah di depan Kiai Amar dan Nyai Adiba," ucap Kiai Afnan.
Ramzi sudah berkeringat dingin, bukan ia gugup. Tapi ia harus mengambil keputusan saat ini juga.
"Assalamu'alaikum, Ning Inayah. Kedatangan saya ke sini yaitu berniat untuk melamarmu," ucap Ramzi.
"Bagaimana Ning Inayah, apakah kamu menerima lamaran Gus Ramzi?" tanya kiai Amar.
"Ya Allah, tolong gerakan hatinya agar dia menolak lamaranku," gumam hati Ramzi.
Inayah terlihat diam dan menundukkan kepalanya, sesekali dia melirik Ramzi. Inayah menarik nafas dan mengeluarkannya dengan perlahan.
"Wa'alaikumsalam, Bismillah. Saya terima lamaran Gus Ramzi," ucap Inayah.
Judarrrr hati Ramzi sangat sesak mendengar jawaban dari Inayah, yaitu jawaban menerima lamarannya.
"Alhamdulilah." Ucap semua yang menghadiri lamaran tersebut, semua sangat bahagia. Terukir senyuman diantara kedua keluarga. Hanya Ramzi yang tidak bahagia untuk lamaran ini.
Seharusnya yang mau Ramzi lamar adalah Ning Dalisha, dia menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa tidak cari tahu terlebih dahulu tentang anak gadis Kiai Amar. Lemas tubuh Ramzi, semangatnya lenyap dalam sekejap.
Ummi Laila memakaikan cincin di jari manis Ning Inayah, Ning Inayah mencium punggung tangan Ummi Laila dengan khitmat. Ummi Laila membelai kepala Ning Inayah penuh kasih sayang.
"Cincin ini Ummi pakaikan di jari manis kamu, sebentar lagi kamu akan menjadi anak perempuan Ummi yang akan Ummi sayang seperti anak-anak kandung Ummi. Terima kasih sudah menerima anak Ummi, jika dia menyakitimu kelak bilang Ummi karena Ummi tidak rela jika anak perempuan Ummi tersakiti," ucap Ummi Laila, memeluk erat Inayah.
"Terima kasih Ummi sudah menganggapku sebagai anak perempuan Ummi sendiri, terima kasih sudah menerimaku," ucap Inayah, membalas pelukan Ummi Laila.
Ramzi hanya diam setelah jawaban lamarannya diterima oleh Ning Inayah. Ini bagaikan mimpi buruk yang harus dia lewati hari demi hari kelak. akankah ada cinta di dalam pernikahannya kelak? sedangkan gadis yang sebenarnya Ramzi cintai adalah adik dari Inayah, yang akan selalu melihat Dalisha dalam keluarga ini.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Nurhayati Nia
mampir thorr
2025-02-17
0
Bungan Bungan
hy
2023-09-21
0
Leng Loy
Mampir dulu dsni 🤭
2023-09-21
0