Bagian 2 : Pengkhianatan

Tengah malam pun tiba yang ditandai dengan beberapa lolongan serigala Kerajaan. 

Di tempat yang jauh dari istana kerajaan, terdapat sekelompok orang yang sedang melakukan ritual-ritual aneh. Ritual itu menghasilkan sinar merah yang terpancar lurus ke atas langit. Selain itu, ritual itu juga dilakukan di lima tempat yang lainnya secara bersamaan, hingga garis-garis bewarna merah itu membentuk pola bintang yang melingkupi seluruh bagian istana Farnesse. Sekejap, sinar itu pun hilang lagi. Semua ritual itu dilakukan untuk menghentikan sihir-sihir sementara waktu di seluruh wilayah kerajaan. 

*Sementara itu di Istana kerajaan..

"Dok, Dok, Dok.." terdengar suara ketukan pintu di kamar Raja dan Ratu. Mendengar hal itu, Vyros langsung membukakan pintunya. 

"Tobias? Apa yang kau lakukan disini malam-malam?" 

"Ampun yang Mulia, ada keadaan darurat yang harus diselesaikan. Bisakah ikut Saya sebentar?" Tanya Tobias. 

Raja yang hanya memakai baju tidurnya pun mengikuti apa yang dikatakan Tobias yang terkenal sebagai tangan kanan Raja. 

"Ada apa, sayang?" Tanya istrinya yang melihat suaminya sedang bergegas memakai seragamnya.

"Ada urusan mendesak." Balasnya, kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Neia sendiri juga merasakan hal yang tidak enak, sehingga dia berjaga di malam itu sambil mendekatkan pedang miliknya dan milik suaminya di sampingnya. 

Sang Raja dan Tobias kini sudah memasuki ruangan rapat, dan kali ini ruangan itu sudah di penuhi oleh para Pengawal yang lain. Tapi sang Raja merasa lega, karena yang berjaga adalah Pengawal yang memang seperti biasanya menjaga di dalam kerajaaan.

"Baik Tobias, apa yang ingin kau bicarakan?" Ucap Raja sambil duduk di tempatnya. 

Seketika itu pintu ruangan rapat ditutup, dan dikunci oleh salah satu pengawal yang tidak dikenalnya.

"Selamat datang, Paduka Raja." Ucap Tobias yang kemudian dia tersenyum menyeringai dan mengangkat tangannya ke atas lebar-lebar.

"Arrggghhh!!" Semua penjaga disana ditusuk dari belakang oleh orang-orang yang sebelumnya sudah bersembunyi di balik pilar-pilar ruangan rapat ini. Darah berceceran kemana-mana dan yang tersisa hanyalah beberapa orang yang tidak dikenal dengan beberapa pengawal yang berkhianat.

"Tobias!!" Teriak Vyros dengan murka. Vyros bermaksud mengeluarkan sihir apinya untuk melenyapkan siapapun yang ada di ruangan itu. Tapi entah mengapa dirinya sama sekali tidak bisa mengeluarkan sihirnya. 

"Kenapa ini?" Pikirnya.

“Sraat–” Dengan cepat, seseorang berbaju hitam dengan menebas ke arah depan Vyros. Vyros menangkis serangan itu hanya dengan kedua tangannya, hingga membuat tangannya berdarah-darah.

“Arghh..”

“Selamat malam Paduka Raja yang tidak becus mengatur kerajaannya sendiri.” Ucap seseorang yang berbaju hitam itu.

“Kau.. Julian!?” Vyros melihatnya dengan tidak percaya, karena seingatnya dirinya sudah mati terbakar pada saat perang saudara sebelumnya. 

“Tidak ada waktu untuk bercerita. Bunuh dia sekarang..” Perintah Julian kepada semua pengawal yang berada disana. Semua pengawal yang berjumlah 20 orang mulai menghunuskan pedangnya. Vyros bersiap menerima serangan apapun dan berusaha bertahan tanpa peralatan sama sekali.

Kegaduhan ini tidak hanya terjadi di ruang rapat, namun di seluruh sisi-sisi kerajaan telah terjadi pembantaian sadis yang dilakukan oleh para Pemberontak dan beberapa pengawal kerajaan yang memberontak. Mereka memanfaatkan waktu malam seperti ini ketika pengawasan pengawal kerajaan mulai berkurang. Apalagi mereka tidak mengira jika akan ada pengkhianatan diantara mereka yang membelot melawan kerajaan. 

Pertahanan di dalam kerajaan sangatlah empuk. Karena kerajaan ini lebih mengutamakan pada kemampuan sihir, sehingga ketika sihir mereka semua disegel, mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Yah, meskipun dalam mengaktifkan medan anti sihir ini juga membutuhkan jumlah mana yang sangat besar. 

Suara teriakan terdengar di tiap-tiap lorong. Baik orang yang masih berjaga atau pun tertidur lelap akan di habisi nyawanya tanpa ampun. Tidak akan ada orang yang bisa lolos dari pembantaian ini hingga semuanya tidak bersisa.

Mendengar kegaduhan di luar, Maine yang masih berjaga di dalam kamar mencoba mengintip ke luar. Ketika menoleh ke kanan dan ke kiri, tiba-tiba terdapat anak panah yang meluncur tepat ke arah kepala Maine. Namun untungnya masih bisa ditangkap olehnya. 

“Apa yang sebenarnya terjadi?” Ucap Maine kemudian kembali masuk, mengunci kamar dan membangunkan Dias dan Thea. 

“Kenapa Maine, Hoaaamm..” Ucap Dias yang masih mengantuk. Begitu pula dengan Thea yang terlihat kantung matanya yang tebal. 

Tanpa basa-basi lagi, Maine bermaksud berteleportasi untuk memindahkan Dias dan Thea ke tempat yang lebih aman. 

“Teleportation!!” Setelah mengucapkannya, ternyata tidak terjadi apa-apa. Dia mengucapkannya lagi dan sekali lagi tidak terjadi apa-apa. Dia ucapkan sekali lagi dan lagi, namun tetap saja usahanya percuma. 

“Apa yang sebenarnya terjadi??”

Terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Maine bersiaga dengan mengambil pedang yang sudah dia siapkan di pojokan kamar. 

Bersamaan dengan itu, dari bawah lantai kamar, terdapat seseorang yang menggedor-gedor. Mendengar hal itu, Maine langsung membukakan lantai yang ternyata adalah sebuah pintu rahasia untuk pelarian. 

“Mama?” Dias terkejut melihat Mamanya yang keluar dari lantai itu.

“Maine, bawa anak-anak keluar dari sini.” Ucap Ratu Neia yang terlihat terburu-buru sambil membawa dua pedang dengan yang satunya masih tersarung. Yang satu adalah miliknya, dan satunya lagi yang masih tersarung adalah milik Raja Vyros.

Tanpa basa-basi, Maine mengangguk dan mengajak mereka berdua pergi dari tempat itu lewat pintu rahasia. Dias sesempatnya membawa Buku sihir yang tadi dibacanya sambil menggandeng Thea. 

“Kakak, Aku takut.” Ucap Thea sambil berlari dengan menatap lorong yang gelap. Begitu pula dengan Dias yang juga ketakutan, sekaligus bingung dengan keadaan sekarang. 

"Gladarr!!" Suara petir menandakan cuaca di luar tidak sedang baik-baik saja. Dan benar saja, di malam hari yang awalnya sunyi dan menenangkan, menjadi malam yang ramai. 

Suara hujan yang mulai mengguyur Kerajaan bercampur dengan suara teriakan Anggota keluarga kerajaan yang na'as terbunuh. 

Dias dan Thea dapat mendengarkan dengan jelas kengerian di dalam lorong rahasia, karena tepat diatas lorong tersebut terjadi pembantaian yang keji. Namun, meskipun begitu mereka tetap berlari. 

Ratu Neia melanjutkan perjalanannya menuju ke tempat Vyros berada, dan baru saja keluar dari pintu kamar, dia sudah dihadang oleh beberapa orang pembunuh bayaran yang ditugaskan untuk membunuh kedua anaknya. 

"Traangg!!" Pembunuh bayaran langsung menerjang sang Ratu dengan pedangnya dan berhasil ditangkis. Tangkisan itu cukup kuat hingga membuat pembunuh bayaran itu terpental. 

"Mustahil.." Ucap pembunuh bayaran itu yang mengira jika Ratu hanya bisa menggunakan sihir saja. 

"Maju kalian semua!!" Tantang Ratu Neia yang membuat mereka semua terprovokasi. Ratu memposisikan kuda-kuda gaya berpedang di daerah asalnya.

Akhirnya, lima orang pembunuh bayaran itu secara bersama-sama menyerangnya. Namun, semua pembunuh bayaran itu tidak ada apa-apanya di hadapan sang Ratu. 

Satu demi satu pembunuh bayaran itu tumbang. Hingga menyisakan satu orang yang berdiri ketakutan di belakang. Sang Ratu dengan cepat melesat dan menusuk pembunuh terakhir itu di bahunya.

"Aarrrgghh!!"

"Siapa dan dimana orang yang membayarmu, katakan sekarang!!" Ancam Neia dengan tatapan dingin dan terus menusuk pedangnya secara perlahan di bahunya.

Karena rasa sakit yang tidak tertahankan, Pembunuh itu menyerah dan menunjukkan ke arah dimana Raja Vyros berada. 

"Terima kasih." Sebelum pergi, tidak lupa Neia menusuk jantung pembunuh itu tanpa ampun. 

Setelah itu, Neia meletakkan pedang milik Vyros di punggungnya dan terus melangkah ke depan. Dan di depannya, terdapat beberapa orang asing dan beberapa pengawal kerajaan yang siap menghadang langkah Sang Ratu. 

"I-itu Ratu Neia?" Ucap salah seorang lelaki bertubuh besar disana dengan suara yang bergetar. 

Pandangan Neia terlihat sangat mengerikan dan menakutkan. Dengan bercak-bercak darah yang menghiasi wajahnya, dia menyeret pedang yang juga berlumuran darah itu secara perlahan. Dia benar-benar marah dengan keadaan kerajaan sekarang, dimana banyak sekali anggota kerajaan yang berkhianat. 

"Jangan takut semua!! demi kemenangan dan kebebasan kita!! Sampai kapan Kerajaan kita dipimpin oleh Bangsawan yang konyol dan tidak becus ini!" Ucap salah seorang pengkhianat yang awalnya merupakan Pengawal kerajaan. 

"Huwooo!!" Semuanya bersorak dan mulai melancarkan serangannya. Ratu pun yang sendirian tanpa rasa takut tetap melangkah dengan emosi yang memuncak meskipun diterjang oleh puluhan orang di depannya. 

*Di sisi lain..

"Sampai kapan Kau bisa bertahan, Vyros si Budak Rakyat? Hahahaha." Ucap Julian yang duduk di singgahsana Raja sambil menonton Vyros yang sedang berjuang melawan tanpa menggunakan senjata satu pun. 

"Hah.. Hah.. Hah.. " Vyros sudah mulai kelelahan dengan anak panah yang sudah menancap di pahanya, serta tangannya yang berdarah-darah membuatnya ngilu saat digerakkan. Tapi setidaknya, dia masih bisa menghindari serangan-serangan yang datang mengenainya. 

Meskipun dia sudah membuat babak beberapa dari mereka, namun mereka dapat pulih dengan cepat berkat ramuan penyembuh yang sudah mereka siapkan disana. 

Vyros tetap melawan, tanpa pedang dan tanpa sihir. Padahal Vyros adalah penyihir terkuat dengan elemen apinya dan tidak ada yang bisa mengalahkannya selama dekade ini. Namun tidak disangka-sangka jika dia harus bertarung tanpa menggunakan sihir seperti saat ini. 

"Kau sudah tamat, Vyros. Sudah saatnya kau menyerahkan Kerajaanmu kepadaku." Lanjut Julian. "Aku berjanji akan merawatnya dengan baik."

"Omong kosong, kemarilah kau, akan kuhancurkan mulutmu yang lembek seperti adonan roti itu supaya kau tidak mengoceh lagi." Balas Vyros.

"Wahahahaahaha, kamu tidak lihat situasinya, Hah?" Setelah Julian tertawa, Orang-orang yang berada di dalam sana juga ikut tertawa.

"Huahahahaha."

"Sring, Sringg.. Blaarrr!!" Pintu besar yang menutup ruangan tersebut hancur setelah menerima tebasan pedang dari luar. 

"Ratu Neia?" Ucap Tobias yang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Karena seharusnya dirinya sudah mati saat memerintahkan pengawal terbaik di Kerajaan untuk membunuhnya di kamar Ratu. 

Neia melemparkan pedang milik Vyros dan diterima dengan baik olehnya. 

"Waktunya menyerang balik." Ucap Vyros. Seakan-akan ada harapan, mereka berdua pun melawan semua pengawal terbaik yang ada di Kerajaan ini, serta beberapa orang asing yang tidak dikenal oleh mereka.

Dan sesuai dengan yang diharapkan, semua orang disana tidak ada yang mampu menjatuhkan mereka berdua. Sebaliknya, 20 orang yang berada disana dengan cepat dapat terlibas habis. 

"Ada apa ini? Kenapa mereka berdua sangat kuat sekali? Tobias!!" Julian kebingungan dan berteriak ke arah Tobias.

"Tenang saja, setelah ini dia datang."

Satu-persatu orang disana tumbang, hingga akhirnya muncul salah seorang Pembunuh yang terkenal di seluruh benua yang diakui kemampuan berpedangnya. 

Pemuda itu menggunakan topeng tengkorak, berjubah hitam dan pedangnya juga bewarna hitam. Dan seakan-akan mengeluarkan aura hitam, dengan rambutnya yang hitam. 

Vyros mencoba mengingat-ingat sekali lagi siapakah pemuda yang ada di hadapannya kali ini, Dan akhirnya dirinya mengingatnya. 

"The Ghost?"

*Di lorong rahasia bawah tanah Kerajaan. 

Degup jantung Dias terdengar sangat kencang. Ada rasa gelisah dan khawatir terjadi menyelimuti dirinya. Tiap-tiap lantai yang dia pijak, terasa sangat berat, seakan-akan dia harus meninggalkan tempat ini selamanya. 

Thea juga merasa demikian. Entah mengapa suara teriakan-teriakan di istana kerajaan membuat pikirannya kacau tidak karuan. Dia menutup telinganya dan terus berlari dan berlari. Mengabaikan semua realita yang terjadi di sekitarnya, sambil berdo'a bahwa semua akan baik-baik saja. Padahal sudah jelas bahwa tidak akan ada hal baik terjadi di kedepannya. 

Maine terus berlari menuntun mereka, hingga akhirnya dia menemukan seseorang yang berdiri di ujung sana. Seorang wanita yang memakai seragam pengawal Kerajaan dengan tombak yang disandarkan di pinggir tembok. 

"Myrtle?" Maine menghentikan langkahnya dan mengamatinya. 

"Ah, akhirnya datang juga. Aku sudah lelah menunggu kalian semua." Ucap Myrtle yang pernah mereka temui pada saat berkunjung ke Fasilitas Pengembangan Sihir Kerajaan. 

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Maine.

Mengabaikan apa yang diucapkan Maine, Myrtle menyuruh binatang-binatang buas yang ada di belakangnya untuk menyerang mereka. 

Terpaksa Maine menghunuskan pedangnya dan menebas semua binatang buas yang ada disana sambil menjaga Dias dan Thea. 

"Tetaplah dibelakangku" Ucapnya. Dias dan Thea menurutinya.

Hewan-hewan buas mulai dari harimau, macan, gorilla, ular, dan sebagainya mulai menerjang ke arah mereka bertiga. Untung saja Maine memiliki keterampilan yang cukup tinggi dalam berpedang, sehingga Dia masih bisa mengimbangi semua makhluk buas yang ada disana. 

"Sringg, Sringg.." Satu-persatu hewan-hewan itu dapat ditumbangkan. Dias dan Althea melihat kejadian itu dengan tatapan ngeri. 

"Arghh!!" Macan putih sempat memberikan cakaran yang dalam di tubuh Maine. Hingga akhirnya di balas tebasan olehnya yang memotong tubuh Macan itu menjadi dua bagian. 

"Maine, ular di belakangmu!" Ucap Dias.

"Jangan mendekat, Arghh!" Benar saja, ular bewarna hijau itu menggigit tepat di kaki Maine, dan sekali lagi dia tebas kebelakang hingga sekitar 10 ular mati tertebas di tanah.

Dari titik buta Maine, Badak besar datang dan menghantam tubuhnya dan menghimpitnya di tembok. 

"Brakk!!, Sringg!!" Meskipun tubuhnya dihantam oleh hewan seberat bis, dia masih bisa membalasnya meskipun tidak dapat membunuh badak itu. Badak itu hanya merasakan sakit saja.

Kepala Maine mulai pusing dan membuat lututnya jatuh menyentuh tanah. Efek racun ular tersebut mulai bereaksi. Dengan tubuhnya yang sudah berdarah-darah, dia mencoba tetap bertahan.

"Maine!!" Ucap Dias, bersamaan dengan serigala yang mulai bergerombol menyerbu Maine. 

"Berhenti!!" Ucap Myrtle, mengingat perintah dari atasannya yang lain untuk membawa mereka semua hidup-hidup. 

"Hah, hah, My-Myrtle.. Apa yang se-benarn-nya ka–" Maine akhirnya pingsan tidak kuat menanggung luka parah di tubuhnya sebelum menyelesaikan ucapannya. 

"I-ini tidak mungkin.." Kata Dias tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Matanya berkaca-kaca dan tubuhnya lemas tidak dapat digerakkan. "Maineee!! Bangunlahh!! Bangunlahh, Sialan." Ucapnya

sambil menghantamkan tangannya ke tanah.  Berbeda dengan Thea yang terlihat sangat syok dan hanya bisa diam saja. 

Myrtle mendekati Maine untuk memastikan bahwa dirinya benar-benar pingsan. Dia takut Maine akan mati karena kehabisan darah. 

"Ayo, bergeraklah tubuh sialan!" Dias mencoba memberanikan diri sambil memukul-mukul kakinya agar bisa bergerak. Dan keajaiban terjadi, dia mampu berdiri secara perlahan-lahan. 

"Hmm.. sepertinya belum mati." Ucap Myrtle yang merasakan detak nadi Maine yang lemah. Myrtle kemudian melangkahinya dan berjalan mendekati Dias dan Thea. 

Maine tiba-tiba bangun, "Jleb, Duag, Sringg.." Maine menusuk punggung Myrtle hingga menembusnya, menendangnya dan menebasnya. 

"Trangg!!" Tebasan berikutnya gagal mengenai Myrtle dan berhasil ditangkis. Maine mundur beberapa langkah ke belakang. 

"Tuan Pangeran, Tuan Putri!! Lari!!" Ucap Maine. Dias mengangguk paham, kemudian menggandeng tangan Thea dan berlari sekencang-kencangnya meskipun banyak binatang buas di hadapannya. 

"Ti-tidak akan kubiarkan.. Serang mereka!!" Perintah Myrtle kepada binatang-binatang buasnya. Binatang itu langsung menerjang kedua anak kecil itu dengan membabi buta. 

"Myrtle, sepertinya ini hadiah terakhir dariku." Maine memposisikan dirinya dan kemudian melesat ke depan membasmi semua hewan buas itu dengan cepat. Termasuk hewan-hewan yang menghalangi Dias dan Althea.

"Maine!!" Ucap Althea yang tidak rela meninggalkan dirinya sendirian.

"Jangan hiraukan aku. Cepat pergi!" Balasnya. Tiba-tiba muncul hewan-hewan buas lain dari balik bayangan yang gelap. "Sialan, tidak ada habisnya."

Dias dan Thea tetap berlari dengan tergesa-gesa meninggalkan tempat itu hingga akhirnya mereka berdua sampai di ujung lorong tersebut. 

Mereka melihat sebuah peti mati yang mengambang di atas selokan. Selokan itu mengalir ke bawah dan sepertinya dapat membawa mereka keluar dari sini. 

Myrtle kemudian menulis pesan dalam keadaannya yang sudah mulai lemah dengan darahnya di atas secarik kertas. 

"Tidak akan kubiarkan mereka lolos." Dia menggulung kertas itu dan memberikannya pada merpatinya untuk diberitahukan ke atasannya. 

Maine tidak sadar akan hal itu karena sibuk menghabisi binatang buas yang tidak ada habisnya meskipun tubuhnya sudah mulai lemas. 

Dias dan Thea masuk ke dalam peti itu kemudian mendorongnya hingga akhirnya mereka meluncur ke bawah dengan cepat. Dias menutup pintu peti itu dan keduanya berdo'a semoga semua akan baik-baik saja. 

Sementara itu, burung merpati itu dengan cepatnya langsung menuju ke tempat Julian berada.

"Apa? mereka berhasil kabur?" Ucap Julian. 

"Kirim para Pemanah ke tepi laut dan jangan biarkan mereka lolos." Perintah Tobias kepada Pengawal kerajaan yang lain di belakangnya.

"Baik, laksanakan."

"Terkutuklah kau! Julian!!" Teriak Raja Vyros yang sudah kehilangan kedua lengannya. 

Berbeda dengan istrinya yang lebih mengenaskan lagi, karena kehilangan kedua matanya yang telah ditebas. Neia hanya bisa terbaring lemah tanpa melihat apapun kecuali kegelapan dan rasa sakit yang menghujam matanya. 

Vyros tertunduk lemah di hadapan Pria bertopeng tengkorak tadi. Pria bertopeng yang dijuluki "The Ghost" itu sanggup mengalahkan kedua monster itu sendirian tanpa bantuan siapapun. 

"Trang.." Maine menjatuhkan pedangnya karena sudah tidak tahan lagi dan terkapar di tempat.

"Te.. taplah.. Hi.. dup.. Tu.. an.. " Kata-kata terakhir Maine kemudian menutup matanya. 

"Jebyurr." Peti mati itu melesat keluar kerajaan dan terhanyut ke tengah-tengah lautan. Dengan cuaca badai yang sangat besar, membuat peti itu terombang-ambing, dan siapapun yang ada di dalamnya, pasti akan mual. 

"Lihat!! itu peti matinya!" Kata Salah seorang pemanah yang melihat peti itu dan mulai memanah. Sekitar 10 orang memanah bersama-sama dengan serentak. 

"Wush, wush.." Sayangnya, tidak ada satu pun panah yang kena karena anginnya yang kencang, dan cuaca hujan yang sangat deras. Jam menunjukkan pukul lima, sehingga tidak banyak cahaya yang masuk. Terpaksa mereka harus melepaskan peti itu terhanyut menjauh dari Kerajaan. 

Di dalam peti itu, Dias memeluk erat Thea yang ketakutan. Suara petir dengan ombak yang ganas bersatu padu untuk mengalunkan suara yang memekakkan telinga dan menggetarkan hati. Mereka terus seperti itu hingga badai berhenti dan mereka tertidur. 

****

"Dias, Aku harap kamu bisa jadi kesatria sejati, yang bisa melindungi adikmu di saat bahaya apapun itu mengancam." Ucap Neia dengan tersenyum lebar. 

"Nggak mau, pasti repot sekali jadi kesatria, apalagi harus mengurusi Thea yang cerewet itu." Balas Dias. Mendengar hal itu, Neia menjewer telinga Dias.

"Aww, awww sakitt."

"Dengar ya, ini permintaan Mama, dan Perintah Mama itu mutlak!"

"Aduhh, iya iya. Mama kan seorang Ratu. Lagian kenapa harus Aku yang menjaga Thea? kan masih ada Mama dan Papa?" 

Mendengar Dias yang polos, Neia kembali tersenyum lebar. 

"Dias, Mama nggak selamanya akan melindungi kalian, pasti ada saatnya kalian harus saling menjaga dan melindungi satu sama lain. Ingat! jadilah kesatria yang kuat dan jangan jadi lemah! Camkan itu!" Setelah mengatakan itu, Neia pergi meninggalkan Dias. 

"Nggak selamanya? Bukankah Mama dan Papa akan selalu bersama kami? memangnya Mama mau kemana? Mama? Jangan tinggalkan aku.. Mama?" Kata Dias sambil mengejar bayangan Neia yang terus menjauh. "Mama!!!"

"Kakak.. Kakak.." Thea membangunkan Kakaknya yang sedang mengigau itu dengan matanya yang berkaca-kaca. 

Akhirnya Dias membuka matanya. Air matanya menetes mengalir begitu deras. Dia memandang Thea yang tidak tega, sehingga membuat hatinya sakit. "The-Thea.."

"Kakak.. Huuu.. huuu.. " Thea kemudian menangis dan memeluk Kakaknya. Perasaannya yang kacau karena kejadian sebelumnya membuat dirinya terluka dalam hatinya dan menangis tersedu-sedu. Dias sendiri tidak dapat menahan emosinya dan ikut menangis sekencang-kencangnya.

Langit kembali menghitam dan meruntuhkan air yang ditampungnya. Sangat deras, seakan-akan ikut menangisi takdir kejam yang dilalui kedua anak kecil ini. 

Tidak lama setelah itu, terdapat seorang pria membawa payung yang mendekati kedua anak malang tersebut. Pria itu membawa mereka berdua pulang ke rumahnya. 

Terpopuler

Comments

Rudi R

Rudi R

Hmm.. kykny kepanjangan deh..

2022-11-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1 : Dias dan Thea
2 Bagian 2 : Pengkhianatan
3 Bagian 3 : Eksekusi Publik
4 Bagian 4 : Dendam Sampai Mati
5 Bagian 5 : Janji
6 Bagian 6 : Dendam
7 Bagian 7 : Dungeon Pertama Adias
8 Bagian 8 : Memasuki Menara Dungeon
9 Bagian 9 : Membunuh Goblin
10 Bagian 10 : ClairVoyant
11 Bagian 11 : Bos Terakhir
12 Bagian 12 : Bos Terakhir 2
13 Bagian 13 : Kemenangan
14 Bagian 14 : Aku Pulang
15 Bagian 15 : Mencari Pelaku
16 Bagian 16 : Keanehan di Ruang Seni
17 Bagian 17 : Menemukan Pelaku
18 Bagian 18 : Penculikan Thea
19 Bagian 19 : Misi Penyelamatan 1
20 Bagian 20 : Misi Penyelamatan 2
21 Bagian 21 : Misi Penyelamatan 3
22 Bagian 22 : Pemulihan
23 Bagian 23 : Pergi Menjenguk
24 Bagian 24 : Kembali ke Sekolah
25 Bagian 25 : Terror di Sekolah
26 Bagian 26 : Undangan Kerajaan Rifendel
27 Bagian 27 : Kemampuan Baru
28 Bagian 28 : Awal dari Kekacauan
29 Bagian 29: Hancurnya Akademi Raftel
30 Bagian 30 : Hancurnya Akademi Raftel 2
31 Bagian 31 : Hancurnya Akademi Raftel 3
32 Bagian 32 : Hancurnya Akademi Raftel 4
33 Bagian 33 : Tetangga, Blaire dan Azka
34 Bagian 34 : Masa Lalu Blaire dan Azka
35 Bagian 35 : Kerusuhan di Kerajaan Rifendel
36 Bagian 36 : Memasuki Dungeon bersama dengan Blaire
37 Bagian 37 : Bos Monster Lantai 1
38 Bagian 38 : Bos Monster Lantai 1 bag. 2
39 Bagian 39 : Bos Monster Semua Lantai
40 Bagian 40 : Pengusiran Iblis
41 Bagian 41 : Pengusiran Iblis 2
42 Bagian 42 : Mengapa Kau Tidak Mau Mengerti?
43 Bagian 43 : Kekacauan di Kerajaan Rifendell
44 Bagian 44 : Lily di tawan
45 Bagian 45 : Penyelamatan Lily
46 Bagian 46 : Penyelamatan Lily 2
47 Bagian 47 : Agresi Kerajaan Farnesse
48 Bagian 48 : Papa Mama Belum Mati
49 Bagian 49 : Serangan Balik
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bagian 1 : Dias dan Thea
2
Bagian 2 : Pengkhianatan
3
Bagian 3 : Eksekusi Publik
4
Bagian 4 : Dendam Sampai Mati
5
Bagian 5 : Janji
6
Bagian 6 : Dendam
7
Bagian 7 : Dungeon Pertama Adias
8
Bagian 8 : Memasuki Menara Dungeon
9
Bagian 9 : Membunuh Goblin
10
Bagian 10 : ClairVoyant
11
Bagian 11 : Bos Terakhir
12
Bagian 12 : Bos Terakhir 2
13
Bagian 13 : Kemenangan
14
Bagian 14 : Aku Pulang
15
Bagian 15 : Mencari Pelaku
16
Bagian 16 : Keanehan di Ruang Seni
17
Bagian 17 : Menemukan Pelaku
18
Bagian 18 : Penculikan Thea
19
Bagian 19 : Misi Penyelamatan 1
20
Bagian 20 : Misi Penyelamatan 2
21
Bagian 21 : Misi Penyelamatan 3
22
Bagian 22 : Pemulihan
23
Bagian 23 : Pergi Menjenguk
24
Bagian 24 : Kembali ke Sekolah
25
Bagian 25 : Terror di Sekolah
26
Bagian 26 : Undangan Kerajaan Rifendel
27
Bagian 27 : Kemampuan Baru
28
Bagian 28 : Awal dari Kekacauan
29
Bagian 29: Hancurnya Akademi Raftel
30
Bagian 30 : Hancurnya Akademi Raftel 2
31
Bagian 31 : Hancurnya Akademi Raftel 3
32
Bagian 32 : Hancurnya Akademi Raftel 4
33
Bagian 33 : Tetangga, Blaire dan Azka
34
Bagian 34 : Masa Lalu Blaire dan Azka
35
Bagian 35 : Kerusuhan di Kerajaan Rifendel
36
Bagian 36 : Memasuki Dungeon bersama dengan Blaire
37
Bagian 37 : Bos Monster Lantai 1
38
Bagian 38 : Bos Monster Lantai 1 bag. 2
39
Bagian 39 : Bos Monster Semua Lantai
40
Bagian 40 : Pengusiran Iblis
41
Bagian 41 : Pengusiran Iblis 2
42
Bagian 42 : Mengapa Kau Tidak Mau Mengerti?
43
Bagian 43 : Kekacauan di Kerajaan Rifendell
44
Bagian 44 : Lily di tawan
45
Bagian 45 : Penyelamatan Lily
46
Bagian 46 : Penyelamatan Lily 2
47
Bagian 47 : Agresi Kerajaan Farnesse
48
Bagian 48 : Papa Mama Belum Mati
49
Bagian 49 : Serangan Balik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!