bab 17

Bab 17 TCKK

Sampai di kamar Alvin cukup terkejut, karna ketika ia meninggalkan kamar lampu masih menyala dan sekarang lampu itu sudah padam dan keadaan kamar itu sekarang gelap gulita.

Perlahan tapi pasti Alvin mencari saklar lampu dan menekannya untuk menghidupkan lampu, lalu ia melihat ternyata tempat tidur dimnaa ia menidurkan Nadia sudah kosong.

Lalu ia mencari Nadia di balkon bahkan dikamar mandi tapi tidak ada, ia memeriksa lemari pakaian Nadia dan masih utuh dan tidak ada yang tersentuh.

Tanpa segaja matanya menangkap sebuah lembaran surat di atas meja rias Nadia.

“Jangan cari gue, karna gue butuh waktu sendiri, gue cukup stress akhir-akhir ini”isi surat dari Nadia.

Alvin tidak lagi menyimpulkan atau apalah, yang pastinya Nadia pergi dari rumah.

Lalu Alvin keluar dari kamar, tujuan sekarang adalah ruangan cctv karna ia yakin Nadia pasti melewati area cctv.

“Al mau kemana..?Nadia dimana..?”ucap Bram yang berpapasan dengan Alvin.

“Mau ke dapur,Nadia katanya lapar jadi dia minta tolong saya ambilkan makanan”ucap Alvin menatap Rania yang terus menunduk.

Dan lagi-lagi pandangan Alvin selalu menatap Rania dengan tatapan sangat sulit di artikan, sehingga membuat Rania merinding.

Entahlah Alvin cukup penasaran sejak masuk ke keluarga Nadia, Rania yang notabennya mertua tirinya tidak pernh menatap diri, bahkan pas pernikahan mereka Rania tidak mengucapkan selamat kepada mereka.

Padahal sebelumnya Rania dan Alvin tidak pernh punya masalah atau berhubungan dekat, tapi Rania begitu enggan menatap dirinya.

“Baiklah, kalau begitu kami masuk duluh, ayo syang”ucap Bram sambil meraih tangan Rania.

“Ngk nyangka gue punya mertua seumuran dengan istri gue, sulit di percaya tapi ini nyata adanya”guman Alvin menatap punggung Bram dan Rania.

"apa yang di pikirkan Rania sampai tega menikah dengan ayahnya Nadia"guman Alvin sejenak melupakan tujuan yang hendak ke ruang cctv.

Ia tidak bisa bayangkan seperti apa hancurnya Nadia ketika melihat papah dan sahabatnya sendiri menikah.

Yang katanya kedapur ternyata Alvin membelokkan langkah menuju ruangan cctv karna memang sejak awal tujuanya mau keruangan cctv.

“Malam tuan”

“Saya mau melihat rekaman cctv disetiap sudut ruangan ini beberapa menit yang lalu”

“Baik tuan”

Ketika penjaga memutar rekaman cctv Alvin memperhatikan begitu teliti dan tidak ada hal yang mencurigakan sedikit pun.

“Apakh semua sudah di periksa..?tidak ada yang tertinggal satu pun..?”ucap Alvin.

“Tidak ada tuan, dirumah ini hanya ada kurang lebih tujuh puluh biji kamera cctv termasuk yang mengarah ke jalanan dan halaman belakang”

Setelah mendengar penjelasan penjaga cctv akhirnya Alvin langsung keluar dari ruangan itu.

“Nadia pergi dari rumah beberpa menit yang lalu tanpa meninggalkan jejek sedikit pun, Carikan dia sampai ketemu”ucap Alvin dari sambung telepon dan mematikan secara sepihak, karna memang itu sudah menjadi kebiasaan buruk alvin

Ternyata Nadia cukup cerdik dari yang Alvin bayangkan, Nadia bisa pergi tanpa meninggalkan jejak bahkann sebutir debu pun tidak ia tinggalkan, entah seperti apa caranya Nadia meninggalkan rumah sebesar itu.

Bahkan rumah itu yang sudah dilengkapi kamera cctv tidak menangkap kepergian Nadia sedikit.

Karna tidak mau berdiam diri akhirnya Alvin memutuskan untuk pergi dan mencari Nadia. Bukan karna khawatir tapi karna ia mengingat bahwa Nadia baru berduka ia tau kalau Nadia sangat terpukul atas kepergian mama Lisa.

Mengingat ia juga pernh kehilangan sosok yang begitu berarti dalam hidup, yang ia simpulkan penyebab kepergian sosok itu adalah Nadia.

Alvin melajukan mobilnya menelusuri setiap sudut kota, tapi tidak menemukan dimna Nadia, mau menelpon Nadia tapi ia baru ingat kalau mereka belum bertukar nomor mengingat Nadia baru membeli ponsel beberpa menit yang lalu.

Ia tidak mengenali Nadia cukup dalam, ia tidak tau dimana biasa Nadia nongkrong dan dimana Nadia menginap kalau sedang stres, jadi sangat sulit baginya untuk mencari dimana dan kemana Nadia biasanya.

Karna cukup lelah akhirnya Alvin memutuskan untuk istirahat sejenak di salah satu cafe dua puluh empat jam, meskipun malam semakin larut cafe itu tetap ramai.

bahkan pengunjung datang silih berganti yang lebih banyak kaum anak mudah.

Alvin memutuskan naik ke lantai dua dan memilih duduk di sudut ruangan.

“kopi hitam satu, gulanya sedikit saja” Alvin kepada pelayan di cafe itu.

“Ada tambahan tuan..?”

Dan di jawab gelengan dari Alvin.

Sambil fokus menatap ke arah balkon mata Alvin menatap sendu sosok yang sangat ia kenali, sosok yang ia cari, perlahan tapi pasti ia mendekati meja orang.

“Nad..?Lo gapain disini..?dan Lo minum”ucap Alvin duduk samping Nadia.

“Gue mau gapain disini bukan urusan Lo, gue mau minum atau tidak bukan urusan Lo juga”ucap Nadia ketus.

"udah gue bilang, jangan cari gue lagi. Gue butuh waktu sendiri"ucap Nadia ketus.

"waktu sendiri dengan minum alkohol seperti ini..? Lo pikir mama Lisa akan senang melihat Lo minum seperti ini..?"ucap Alvin kesal.

"sebelum mamah Lisa meninggal gue udah sering minum"ucap Nadia cuek.

Inilah hebatnya Nadia, meskipun kesadaran sisa setengah lagi tapi ia bisa berkata ketus dan ia masih mengenali siapa lawan bicaranya.

Gila

Ini sangatlah gila

Bisa-bisanya seorang Nadia yang cuek dan dingin ternyata bisa minum beralkohol yang paling mengejutkan Nadia minum dengan takaran banyak.

“Nad Jangan banyak minum, ngk baik buat kesehatan Lo, apalagi Lo seorang perempuan”ucap Alvin merampas gelas yang ditangan Nadia.

“kembalikan Al”ucap Nadia ketus sambil berusaha merebut gelas itu kembali.

“pelayan, bereskan semua ini, kok bisa kalian menyediakan minuman keras seperti ini”teriak Alvin kesal, pasalnya sudah hampir lima botol minuman keras di habiskan Nadia.

“Maaf tuan, ini khusus kami sediakan buat nona Nadia, biasa kalau lagi stres berat nona Nadia akan minum banyak”

“Maksudnya..?”

“Kami disuruh nona Nadia menyediakan minuman keras khusus buat dirinya, sepertinya nona Nadia sedang ada masalah jadi ia minum, karna sejak tadi sore nona Nadia sudah disini”

“Jangan bilang Nadia yang punya cafe ini”

“Iyh tuan, pemilik cafe ini adalah nona Nadia Putri Maharani”

Apa ini...?

Fakta apa ini..?

Cafe yang sering ia datangi pada zaman SMA bersama Bastian ternyata pemiliknya Nadia, hampir setiap hari ia dan Bastian nongkrong di cafe ini. Cafe yang pengunjungnya tidak ada habisnya.

Pantas saja nama cafe ini tidak asing Maharani cafe, nama belakang Nadia.

“Bereskan semua ini, saya akan mengurus Nadia”ucap Alvin sambil membantu Nadia, dapat dipastikan Nadia saat ini sudah mabuk berat, terbukti dari mata Nadia yang sudah terpejam.

“Langsung bawa ke lantai tiga aja tuan, kebetulann dilantai tiga ada khusus kamar buat nona Nadia”

“Dimana”

“Disnaa”

Alvin langsung membopong tubuh mungil Nadia, karna untuk berjaln pun sudah tidak memungkinkan.

Alvin langsung membaringkan tubuh Nadia di kasur dan membantu menyelimuti tubuh itu.

Karna tidak ada sofa di dalam kamar itu, akhirnya Alvin memutuskan untuk tidur disamping Nadia.

Sejenak ia memandang erat wajah Nadia, wajah yang cantik natural tanpa polesan makeup sedikit pun.

Dapat ia pastikan kalau Nadia habis menangis kelihatan dari matanya yang bengkak dan hidung yang merah.

Lelah memandang wajah Nadia, akhirnya Alvin terlelap disamping Nadia tanpa sadar ia menarik Nadia kedalaman dekapannya.

Karna begitu nyaman nadia pun menenggelamkam wajahnya di dada Alvin.

Episodes
Episodes

Updated 62 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!