Bolehkah Aku Mencintaimu?
Wanita berumur 35 tahun itu, berjalan menggandeng tangan putri kecilnya yang berusia 8 tahun berkeliling dari perusahaan satu ke perusahaaan yang lain.
Suaminya dan ayahnya baru saja meninggal 2 bulan yang lalu dalam kecelakaan yang disengaja.
Sekarang ia tengah berusaha untuk merebut kembali kepemilikan usaha yang telah lama keluarganya bangun selama hampir 65 tahun.
Semua aset yang dimilikinya tiba-tiba dibekukan. Orang pertama yang ia mintai bantuan adalah suami sahabatnya, yang juga merupakan sahabat dari Suaminya. Harry Kencana.
Di dalam ruang kerja Harry
"Ry , kamu tidak benar-benar membantunya kan?" tanya wanita itu lirih menatap tak percaya laki-laki yang bersahabat dengan suaminya selama hampir 20 tahun tersebut.
"Kenapa kamu tidak terima saja tawarannya, toh tidak ada ruginya. Berhentilah membanggakan prinsip keluargamu itu. Berhentilah seolah keluargamu adalah orang paling suci," tegas lelaki itu.
"apa???kenapa kalian selalu menyalahkan prinsip yang keluargaku banggakan? Prinsip itu yang membawa perusahaan itu sekarang berdiri tegak selama 65 tahun, Ry. Melewati semua krisis ekonomi. Kejujuran, saling percaya, kesetiaan dan kekeluargaan, apa yang salah dengan prinsip itu?" bela wanita itu.
"Hah, apa kamu pikir di perusahaan itu semua orang berprinsip sama dengan ayahmu? Kalau memang iya. Kamu tidak akan perlu repot-repot mencari bantuan kesana kemari seperti sekarang."
Menatap ke arah Jihan.
"Terima tawaran Anton, dia masih mencintaimu meski kamu pernah meninggalkannya dan memilih laki-laki lain. Kamu juga harus memikirkan putrimu bukan?" tawar Harry
"Bagaimana bisa, kamu menyuruhku kembali pada laki-laki seperti itu? Setidaknya, ayah dan suamiku meninggal dengan bangga karena kesetiannya dan prinsipnya.
Di akhir hayatmu, mungkin kamu baru akan sadar, kalau penghianatanmu akan membuatmu dikutuk oleh orang-orang yang kamu cintai," mengepal tangannya berjalan keluar menahan marah dan tangisnya.
"Han, aku sudah dengar beritanya. Mas Harry bilang apa?Dia mau membantu kamu kan?" tanya Mutia khawatir pada sahabatnya yang baru keluar dari ruangan Harry
Ia tak ingin memberitahu sahabatnya, bahwa laki-laki yang dicintainya adalah laki-laki yang sudah berkhianat pada persahabatan mereka.
"Mungkin Dia tidak dalam kondisi membantuku Muti" Jawabnya pelan.
"Datiyah mana?" dia mengalihkan pembicaraan.
"Dia di taman sedang ngobrol dengan Gama"
Kemudian Jihan berjalan ke arah taman melihat anaknya yang sedang ngobrol dengan asyiknya.
"Waahh...pasti seru, aku jadi kangen sama teman-teman dan balik ke sekolah," ujar Tiyah.
"Kenapa kamu lama masuk lagi?" tanya Gama dengan polos.
Mendengar anaknya yang membicarakn sekolah dengan senang, semakin sedih perasaannya. Jika ia bisa memperjuangkan semua haknya, maka semuanya akan kembali normal pikirnya.
"Aku sudah gak bisa tinggal di rumah. Aku sama Mama tinggal di hotel, tapi hotelnya juga jelek. Sempit, kamar mandi di rumah saja lebih besar dari kamarnya.
Kata mama, nanti kalau sudah bisa kembali ke rumah, baru bisa sekolah lagi," jawab Tiyah polos.
Sekolah yang dibicarakan itu, bukan sekolah biasa. Merupakan sekolah swasta. Di mana rata-rata siswanya merupakan anak konglomerat dan petinggi-petinggi politik negeri.
"Tapi kalau kamu lama kembali, nanti semakin banyak ketinggalan. PR saja kamu sudah banyak tidak kerjakan."
"Kan nanti aku pinjam buku Gama. Boleh yah? boleh yah?" pinta Tiyah memelas pada Gama sambil menggoyangkan tubuh anak laki-laki itu dengan kencang.
"Oke lah, asal nanti kalau kamu kembali. Kamu duduknya di samping aku, biar aku bisa enak nyontek," jawab Gama dengan sombong.
Tiyah adalah anak yang cerdas. Prestasinya di atas rata-rata anak lainnya.
"Tiyah, ayo kita pergi!" memotong pembicaraan anak kecil yang sedang asyik itu.
"Gam, jangan lupa yah, simpan catatan?" teriak Tiyah yang sudah berjalan ke arah ibunya meninggalkan Gama di taman.
Setelah pamit pada Mutia dan menitipkan salam pada Amira, sahabat mereka yang baru saja bercerai dari suaminya, dan tinggal bersama putrinya di rumah Mutia.
Jihan melanjutkan perjalannya. Menaiki kereta, perjalanan yang kurang lebih selama dua jam dia lalui dengan penuh harap dan berdoa dalam hatinya.
"Tuhan, aku mohon berikan aku kesempatan, mudahkanlah," setelah berdoa dia menatap wajah putrinya.
Perjuangan yang ia lakukan demi putrinya dan perusahaan yang menjadi kebanggaan Keluarga Gunawan selama 65 tahun. Sebentar lagi akan dikuasai oleh laki-laki jahat dan bisa menghancurkan perusahaan itu dalam sekejap.
Terngiang di kepalanya apa yang di katakan laki-laki itu.
"Pergilah, ku berikan kamu waktu 2 minggu. Carilah bukti, bahwa prinsip yang keluargamu bangga-banggakan itu bisa menyelamatkanmu sekarang."
Ayahmu tak bisa menerimaku karena fikiran licikku, tapi dia tahu dengan baik, bahwa perusahaan ini pun dikembangkan oleh bawahannya yang licik sepertiku."
"Akan aku buktikan. Dan juga, bukan hanya akal licikmu yang ditolak ayahku. Tapi keseluruhan jiwa dan ragamu," Jihan melangkah keluar dari ruangan lelaki itu.
"Kalau kau sudah lelah, kembali lah kedekapanku. Aku akan menerimamu dengan senang hati," berteriak sambil membuka kedua tangannya seolah menyambut Jihan.
"Aku tidak akan kembali padamu. Apapun yang terjadi." Berusaha tegar dan mengepalkan tangannya.
Membuka matanya kembali, kereta akhirnya berhenti di kota yang ia tuju.
Ia akan menemui salah satu kolega ayahnya, yang sudah berpuluh tahun bekerja sama.
Tiyah menunggu diruang tunggu dengan sabar.
Tak lama kemudian, dia di oersilahkan masuk ke dalam ruangan.
"Aku sudah tahu tujuan kedatanganmu ke sini. Aku tidak ingin kamu memohon atau memelas dan berusaha meyakinkanku. Aku sudah membuat keputusan Jihan," ucap lelaki itu tegas.
"Paman, kau sudah bersama Ayah hampir 60 tahun. Bagaimana bisa kau melihatku seperti ini dan mengabaikanku?"
"Aku menghargaimu, sebagai putri sahabatku, karena itu aku menemuimu. Seharusnya aku tidak menemuimu. Dan hanya merasa bersalah seperti ini."
"Paman....!?" wajahnya memohon sambil memegang tangan sahabat ayahnya.
"aku harus melindungi karyawanku, jika aku membantumu, aku akan mengorbankan kelangsungan hidup 3000 ribu karyawanku, dan keluarganya. Jika ayahmu atau suamimu masih ada, aku yakin mereka akan ada melindungi kami. Tapi sekarang? Aku benar-benar minta maaf Jihan." mendorong tangan wanita yang pernah di anggapnya putri tersebut.
"Baiklah, aku mengerti paman." Dia duduk tegak dan merapikan penampilannya yang terlihat lusuh.
Mengeluarkan amplop dari laci. "Aku dengar mereka membekukan semua aset yang kamu miliki, hanya ini yang bisa kubantu," memberikan amplop itu pada Jihan dan menggenggam tangannya memberikan semangat.
Jihan faham sekali, meskipun ingin membantu. Dan saat ini Jihan juga tidak bisa menjamin keselamatan perusahaan sahabat ayahnya.
Ia hanya menerima uang tersebut, karena bukan saatnya ia harus malu-malu menerima bantuan seperti ini.
Tiyah sudah menunggu dengan sabar.
"Sayang, ayo!" mengulurkan tangannya yang kemudian di genggam putrinya.
Baginya, sentuhan kecil Tiyah, akan menyemangatinya menjalani masa sulit ini.
"Kita akan baik-baik saja. Badai ini pasti berlalu Jihan" katanya dalam hati menyemangati diri.
Dua Minggu hampir berlalu. Semua perusahaan yang ia kunjungi menjawabnya dengan jawaban yang sama.
Ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Uang yang diberikan teman ayahnya, mulai menghilang ia gunakan untuk kehidupan sehari-hari.
Butik dan apotek yang ia gunakan, sebagai mata pencahariannya pun tak luput dari penyitaan aset yang direncanakan oleh laki-laki busuk itu.
"Ma, Tiyah kapan balik ke sekolah? Tiyah capek keliling-keliling terus. Kaki tiyah rasanya mau copot."
Terngiang kata-kata anaknya dalam kepala.
Tiba-tiba Hp nya berbunyi.
"Aku pikir kau akan menemuiku lebih cepat. Tapi hampir 2 minggu kau masih bertahan. Aku salut akan kegigihanmu," terdengar suara laki-laki yang sangat ia benci saat ini.
"Aku masih memiliki waktu dua hari lagi," jawab Jihan.
"kemana lagi kamu akan membawa gadis kecil yang sedang istirahat karena kelelahan itu? apa kau tak mengasihaninya?"
Jihan melihat putrinya yang tertidur di pangkuannya dan melihat sebuah mobil dan seorang laki laki yang sedang merekam mereka.
"Naiklah ke mobil itu dan temui aku. Kita bisa mengobrol dan bernostalgia akan masa lalu kita. Naiklah, waktumu segera habis." meninggikan nada bicaranya.
Melihat putrinya yang lelah, ia berfikir untuk menyerah.
Bisakah kehidupannya kembali normal dan seperti sedia kala?
Toh semua orang yang dia mintai bantuan juga bersikap egois. Tanpa ayah dan suaminya, semua orang meninggalknya.
*bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Kadek
mmpir kk, yu
aku kasi like n rate 5
semngt kk ya
2020-07-10
1
Mutia Rohmah
Aku dahh mampir kak. Mampir juga ya ka di karya pertamaku yg judulny"Three diamond blue",
2020-07-09
1
Muma
menarik thor
2020-07-08
0