Adrian berlari masuk ke dalam kamarnya dan langsung melempar tubuhnya ke atas tempat tidurnya. Badannya terasa semakin sakit dengan napas yang kian memburu.
"Aaarrgghh..." teriak Adrian lagi sambil mengeraskan rahangnya sampai terdengar bunyi gertakan dari giginya.
"Gue.. Gue kenapa? Aarrggghhhh...." Adrian semakin merasa tidak tahan dengan rasa sakitnya. Tulang-tulangnya terasa dipatahkan secara bersamaan. Aliran darahnya mengalir semakin cepat yang diiringi detak jantung berima tak beraturan. Dia kini melihat kedua tangannya yang tiba-tiba tumbuh bulu-bulu hitam yang mirip seperti bulu binatang buas. Kuku-kukunya pun memanjang dan membentuk cakar yang tajam. "Ini gak mungkin. Ini gak mungkin! Ergghhh!!!" mata Adrian pun kini menyala merah. Raut wajah itu telah berubah menjadi hitam dan sangat menyeramkan. Secara naluri, tiba-tiba dia membungkuk dan menapakkan tangannya sejajar dengan kakinya yang berlutut seperti binatang berkaki empat yang sedang berdiri. Dan... "Blesshhhh.." Adrian berubah menjadi serigala.
Lolongan pun terdengar cukup keras, "Auuuu...." setelah itu dengan cepat dia melompat dari jendela kamarnya yang berada di lantai dua.
"Kok ada lolongan serigala." Shania begitu kaget mendengar suara binatang itu yang biasanya hanya ada di hutan saja. Dia langsung berdiri dan berjalan dengan cepat menuju jendelanya. "Tapi mana ada serigala di kota. Biasanya kan serigala hanya ada di hutan. Mungkin Ian lagi nonton film werewolf."
Shania membuka jendela kamarnya dan menatap jendela kamar Adrian yang sedikit terbuka. "Kok Ian gak ada di kamarnya?" Shania menutup kembali tirainya. Lalu berjalan dengan lemas dan kembali duduk di atas tempat tidurnya lagi. "Ian gue kira kita bakal jadian malam ini. Tapi mau gimana lagi. Mungkin lo beneran lagi sakit. Semoga aja lo gak kenapa-napa." Shania merebahkan dirinya dan menarik selimut hingga menutupi tubuhnya.
...***...
Terlihat seekor serigala yang sedang berjalan di dalam hutan. Serigala itu tak lain adalah Adrian. Tiba-tiba, "blesshh.." Adrian berubah lagi menjadi manusia. Dia sangat bingung dengan apa yang terjadi di dirinya. Dia terus menatap kedua telapak tangannya. "Apa yang terjadi sama gue? Ini bener-bener di luar akal sehat."
"Astaga." Adrian terlonjak kaget ketika ada seekor serigala yang mendekatinya. "Ada serigala di sini! Gak mungkin!"
Adrian berusaha menghindar dan menjauh dari serigala itu. Diluar nalar lagi, serigala itu berubah menjadi manusia dengan penampilan yang seperti seorang raja.
"Selamat datang kembali putraku, Leon" ucap manusia serigala itu sambil mendekat ke arah Adrian.
Adrian semakin menatap tajam pada manusia serigala itu. Bagaimana mungkin dia menyebutnya putranya. "Putra Anda?" tanya Adrian yang masih bingung dengan keadaan itu. "Jelas-jelas Adrian adalah putra dari bapak Ryan. Kenapa Anda bilang saya putra Anda?"
Raja serigala itu menyunggingkan senyum devil di ujung bibirnya. "Kamu adalah reinkarnasi dari Pangeran Leon, putraku."
Adrian mengernyitkan dahinya hingga kedua alisnya terpaut. Bagaimana mungkin ini semua bisa terjadi?
"Kamu terlahir tepat 1000 tahun kematian Leon. Leon adalah seorang pangeran serigala yang sekarang menjelma di diri kamu."
"Apa? Jadi maksud Anda saya manusia serigala. Gak! Gak mungkin! Gak mungkiinn!!!"
"Gak mungkin!!" teriak Adrian yang terbangun dari tidurnya. Seketika dia duduk dan mengusap wajahnya. "Ternyata cuma mimpi." Adrian mengingat-ingat kembali kejadian semalam. Harusnya dia semalam bersama Shania. Kalau semua itu cuma mimpi lalu bagaimana dia tiba-tiba bisa ada di dalam kamar dan tidur.
Adrian berusaha mengingat tapi mimpi dan kenyataan tetap tak bisa terpisah. Kepala Adrian menjadi begitu pusing memikirkan itu semua. "Badan gue sakit semua." Adrian menggeliat sesaat. "Mandi dulu aja daripada kesiangan."
Adrian bergegas menuju kamar mandi. Dia mengaca di dalam kamar mandi. Menatap wajahnya yang nampak pucat. "Wajah gue pucet amat. Masak iya gue sakit." Dia membuka kran untuk membasuh wajahnya. Tapi tiba-tiba kran itu terlepas dan air memancar ke atas. "Astaga, ini kenapa bisa lepas." Adrian berusaha membenarkannya. "Untunglah bisa. Fiuuhhh.. Cepat mandi ajalah."
Akhirnya Adrian segera mandi. Selesai membasuh dirinya, dia langsung berganti seragam dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah siap, dia keluar dari kamar sambil membawa tasnya.
"Pagi Ma.. Pa.." sapa Adrian sambil duduk di meja makan untuk sarapan.
"Pagi juga Ian. Mama sudah siapin nasi goreng kesukaan kamu nih." Sepiring nasi goreng kini sudah siap di hadapan Adrian.
Adrian mencium aroma yang sangat lezat itu. Bukan dari nasi goreng yang ada di depannya tapi dari makanan lain. Aroma yang tak pernah dia hirup sebelumnya. Adrian mengendus dan mencari sumber aroma itu. Ternyata ada ayam mentah yang masih segar di atas meja dapur.
"Ian kenapa kamu mengendus-endus gitu?" tanya mamanya yang melihat Adrian mengendus sampai hidungnya bergeral seperti seekor kucing yang mencium bau ikan asin.
"Eh, enggak Ma. Ian cuma agak pilek aja."
Mamanya masih memperhatikan wajah Adrian. "Kamu kok pucat? Kamu sakit?"
Adrian menggelengkan kepalanya, "Nggak Ma. Cuma sedikit flu aja."
"Ya udah cepat dimakan keburu dingin."
Adrian mulai memakan nasi gorengnya. Meski nafsu makannya sirna tapi dia tetap berusaha memasukkan sesendok demi sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
Kenapa gue gak nafsu makan gini? Padahal biasanya gue doyan banget. Kenapa gue malah ingin makan daging ayam mentah itu. Otak gue udah geser kali ya.
Adrian mempercepat makannya meskipun terasa begitu enek.
"Ma, Pa, Ian berangkat dulu yah," kata Adrian sehabis meneguk minumannya lalu dia bersalaman pada kedua orang tuanya.
Adrian segera berjalan keluar dari rumahnya dan menaiki motornya. Tak lupa, Adrian melihat ke arah rumah Shania. Dan ternyata ada Shania yang sedang berdiri menunggunya.
Adrian menjalankan sedikit motornya dan berhenti di depan Shania. "Shan.."
"Ian lo udah sembuh?" tanya Shania.
"Emang gue lagi sakit? Gak tuh." jawab Adrian. Dia lupa dengan kejadian semalam yang menimpa dirinya.
"Tapi lo tadi malem... Hmmm.." Shania bingung mau menjelaskan bagaimana.
"Gue gak papa. Ayo naik." ajak Adrian. Yang dia ingat hanyalah ungkapan cintanya pada Shania.
Shania melupakan sejenak semua kebingungannya. Dia naik ke boncengan Adrian dan beberapa saat kemudian Adrian mulai melajukan motornya.
Kenapa Ian gak bahas lagi soal tadi malam? Apa dia lupa? Mana mungkin dia kan masih muda masak udah pikun. Udahlah. Mungkin Ian malu sama gue, sama dengan apa yang gue rasain sekarang.
Ada aroma yang tiba-tiba membuat Adrian mabuk kepayang. Dia begitu terlena seperti tidak bisa menahan aroma itu. Adrian mulai mengendus lagi. Hasrat ingin memangsa didirinya seolah datang dan tidak bisa dia tahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments