Hening membentang, sekujur tubuh mereka merinding tak karuan, menatap Alissa dengan pandangan kosong seolah suara ledakan yang bergemuruh itu mengema di ruangan, ponsel yang tidak mengunakan pengeras suara, mampu mengakses ketelinga mereka, semua orang terdiam tanpa mampu bicara, mereka mengalihkan pandangan kearah penelfon yang ada disudut ruangan.
Sungguh Alissa melemas tidak percaya, ia bahkan gagal lagi dalam menyelamatkan orang lain, tentu saja Alissa merasa sangat bersalah, andai saja ia tidak disekap mungkin pria itu tidak akan menuju kesini, tapi apa yang bisa dilakukan Alissa, selain menerima kenyataan dan takdir yang di tetapkan.
Setelah ledakan itu terjadi, ponsel Alrescha terputus mungkin karna ikut hancur lebur, seolah semua pengawal ambruk tanpa sadar melirik kepada Alissa dengan gugup, gadis yang masih di selimuti akan rasa bersalah menatap kearah depan dengan tidak percaya, kenapa ia selalu di posisi ini? Mengetahui semua kejadian dimasa depan tapi tidak bisa mengubah apapun.
Dratttt….drattt…..getar ponsel yang tadi sudah terputus.
Tuan besar, itulah yang tertera di layar ponsel yang dimiliki Darkson.
“Tuan!” saut pengawal itu dengan cepat.
Ia tidak percaya jika sang penelfon itu adalah Alrescha Nero, bahkan semua orang yang tadinya terdiam dan hening, menjadi bernafas lega seolah detak jantung mereka berfungsi normal.
“Apa..... Al-Alrescha selama” lirih Alissa sambil menarik kesadaranya.
“Tuan apa anda baik-baik saja?” tanya pengawal itu dengan nada panik bercampur khawatir.
“Aku baik-baik saja” balas Alrescha dari balik sana, membuat semua orang mendaptkan detak jantung mereka kembali.
“Apa kau bisa membuka ikat tanganku?” pinta Alissa kepada pengawal yang terlihat sedikit bodoh, dengan segera ia membuka ikat tangan Alissa, karna tatapan mata yang mengerikan dari wanita itu membuat pria itu merasa terintimidasi, setelah ikatan di tubuhnya terlepas, Alissa berlari kearah pengawal yang tengah berkomunikasi dengan Alrescha Nero.
“Alrescha, apa kau baik-baik saja?” tanya Alissa saat mengambil alih ponsel secara kasar dari ajudan Alrescha, membuat pria itu tidak mampu berbuat apa-apa sambil mengepalkan tangan karna geram kearah anak buahnya, namun mata Alissa menajam seolah menantang, bagaimanapun ia sudah terbiasan dengan situasi seperti ini.
“Kau!” bentak Alrescha dari balik sana, tentu saja ia tidak terima dengan kelancangan wanita aneh itu.
“Lupakan saja, aku bersyukur kau baik-baik saja!” sesaat Alissa memejamkan mata untuk menarik kemampuanya lagi, ia berusaha melihat sekitaran Alrescha secara memandai, sebab penglihatan yang sudah terhubung dapat memudahkan Alissa memindai dari jarak jauh.
“Lihat kesebelah kananmu, tepat di seberang jalan yang ada di persimpangan itu, ada sebuah rambu-rambu lalu lintas yang rusak, seseorang berpakaian hitam lengkap dengan penutup wajahnya tengah memandang dirimu, kemungkinan pria itu adalah kaki tangan dari kejadian ini” sontak ucapan Alissa menuntun mata Alrescha melirik, benar ia memang melihat seseorang disana, sesuai dengan apa yang di deskripsikan wanita gila itu, bahkan saat itu orang itu bertatapan dengan Alrescha tanpa mampu diakses dengan jelas, sebab jarak mereka cukup jauh hingga mengejarpun akan sia-sia, tapi Alrescha tidak punya pilihan lain, ia harus mengejar ******** itu.
“Jangan di kejar! Tatap saja hingga kau mengigat jelas tentang dirinya, jika kau mengejar pria itu kemungkinan besar akan ada truk yang sudah di siapkan untuk menabrakmu, karna mereka telah menyiapkan rencana cadangan” sontak perkataan Alissa membuat siapapun tercengang, bahkan ajudan yang saat ini ada di dekat Alissa, begitupun dengan Alrescha, bagaimana bisa wanita itu mengetahui apa yang terjadi di tempatnya, seolah ia memiliki mesin pemindai dengan tahu tentang seluruh kejadian dan niatan, bahkan ia menghentikan niatan Alrescha yang tidak terungkap.
“Jangan datang kesini, dan jangan percaya pada siapapun, kecuali dirimu sendiri! Itu saja” tutup Alissa seketika, bahkan ia mematikan ponsel Alrescha tanpa aba-aba, lalu melemparkan ponsel itu kepada orang yang menahan dirinya, sikap kasar yang Alissa tampilkan membuat mereka semua tidak percaya.
Bahkan baru kali ini mereka melihat kepribadian aneh dari wanita, bukankah ini posisi yang terbalik, seharusnya wanita itu takut kepada pria yang akan menyakiti dirinya, namun sikap kasar dan tidak sopan itu mempu mengintimidasi semuanya, hingga Alissa berkedudukan sama disana.
“Hei. Dengar! Apa kalian ingin hidup atau mati?” tanya Alissa dengan berkacak pinggang diantara mereka semua.
“Apa yang kau ucapkan, apa kau gila” bentak pria yang tengah menerima ponselnya.
“Ya..ya..ya… anggap saja aku orang gila yang akan menyelamatkan nyawa kalian, tapi aku bisa memastikan jika kalian masih disini dan menahan ku, kematian akan menjemput kalian semua. Tapi jika kalian mau mendengarkan perkataan orang gila, mungkin aku bisa berbagi sedikit keselamatan” ucap Alissa, sambil berpangku tangan, bahkan ia mendudukan diri dikursi yang ada disana, tentu kursi itu adalah satu-satunya yang dimiliki di tempat kosong yang berada di gedung terbang kalai lantai paling atas.
Sebuah mobil menjemput Alrescha Nero, bahkan mereka semua mengamankan posisi untuk menjaga pria itu, dengan segera Alrescha meminta rekaman CCTV yang ada di tempat wanita gila itu di tahan, terlihat sekali bagaimana wanita itu memimpin disana, hingga senyum kecut Alrescha terasa mengerikan tertampil di wajahnya.
“Berlutut yang baik!” perintah Alissa dengan tegad, membuat semua ajudah Alrescha mengikuti perintah wanita itu meskipun dengan hati terpaksa.
“Dengar! Semua titik di gedung ini sudah di kepung oleh orang-orang yang aku tidak tahu siapa, jika Tuan kalian menculik gadis seperti ku, sudah di pastikan dia seorang pria sakit jiwa yang mempunyai banyak musuh, aku tidak tertarik dengan musuhnya. Hanya saja aku ingin keluar hidup-hidup. Jadi apa kalian tahu apa yang harus kita lakukan?” tanya Alissa kepada seluruh ajudah, bahkan mereka berjumlah 20 orang lebih yang seharusnta bisa menakuti Alissa, namun sekarang malah sebaliknya.
“Apa! Pria sakit jiwa! Apa dia gila” bentak Alrescha dengan tidak terima, akan umpatan yang di berikan pada dirinya.
“Apa kita harus berperang” jawab seseorang dari mereka, membuat Alissa menahan geram seolah tidak percaya anak buah pria itu sebodoh ini.
“Hei, pukul kepalanya” perintah Alissa kepada orang yang ada di samping pria itu, dengan segeran ajudan yang Alissa perintahkan memukul kepala rekanya, terlihat sekali betapa berkuasa Alissa saat ini dalam memimpim, membuat Alrescha tersenyum kecut dari sana.
“Aku ingin melihat, apakah dia bisa keluar dengan selamat” gumam alrescha dengan penuh perhitungan, sebab ia baru saja mendapatkan konfirmasi atas apa yang memgepung mereka hidup-hidup.
“Kita sudah di kepung dengan senjata api, jika kalian berperang, itu sama saja mengantarkan nyawa dengan tangan kosong, meskipun aku tidak mengerti dengan dunia seperti ini, tapi aku bisa berpikir, di keadaan gelap sangat sulit untuk kalian mendeteksi keberadaan musuh, sedangkan aku dapat mendeteksi mereka karna aku memiliki kekuatan--” alimat Alissa terhenti, membuat Alrescha menajamkan mata mendengar ucapanya, begitupun semua orang yang ada disana
“Hehe… lupakan. Kalian tidak sepintar aku! Kita perlu melewati jalan tikus untuk menghindar dari situasi ini” ucap Alissa seketia, membuat Alrescha tertegun dengan diam, apakah yang di maksud wanita itu dengan jalan bawah tanah yang hanya di ketahui dirinya, tapi bagaimana bisa orang lain mengetahui jalan itu, membuat alrescha semakin penasaran akan wanita gila tersebut.
“Apa kau gila, tidak ada jalan tikus disini” bentak ajudah Alrescha dengan menghina.
“Apa kalian tidak tahu jalan itu?” tanya Alissa dengan tidak percaya.
“Tidak” ucap semuanya, sambil mengelengkan kepala, bahkan mereka begitu binggung saat saling bertatap-tatapan.
“Lalu ingatan siapa yang aku pindai?” gumam Alissa dengan raut wajah binggung, seolah ia tidak percaya jika dirinya bisa mengendalikan penglihatan, tapi ia tidak tahu ingatan siapa yang ia olah hingga mendapatkan semua penglihatan ini, bahkan ini kali pertama Alissa mengalaminya.
“Jalan tikus itu ada, sebuah lorong kereta api yang ada di bawah tanah, untuk mencapai jalan tikus, kita perlu mengunakan lift tua yang ada di sudut sana” ucap Alissa sambil menunjuk lift yang tidak pernah berfungsi lagi.
“Apa kau gila, lift itu tidak pernah berfungsi, itu adalah lift rusak sebagai bahan pajangan saja” ucap mereka.
“Tidak lift itu bisa di gunakan” bantah Alissa dengan yakin, sambil berpangku tangan penuh perhitungan “Hanya saja sangat beresiko jika kita menaiki lift itu beramai-ramai, kapasitas yang bisa ia tanggung hanya 7 orang. Jika lebih, maka lift itu akan tengelam kebawah sana, sebab peraturan itu di buat sebagai kata kunci. Melihat kapasitas kita, mungkin ada 3 kali angkutan. Nanti kita akan terhubung langsung dengan kereta bawah tanah, yang berlabuh langsung ke pinggiran tol besar” ucap Alissa kepada semuanya.
“Pinggiran tol di dekat perusahaan pusat?” tanya mereka.
“Entahlah, aku tidak tahu, hanya saja perusahaan itu sangat besar, kita lihat nanti saja. Sekarang kita bergerak, karna kita tidak memiliki banyak waktu” semua orang bergegas mengikuti Alissa, seperti menjaga sang pemimpin agar tetap aman, membuat Alresca sedikit kagum, akan wanita itu.
Apakah ia harus mempercayai fakta gila yang selama ini di anggap bualan masyarakat, tapi entahlah. Hanya saja wanita itu sedikit menarik untuk dirinya.
Setelah meraka sampai di sana, lift itu tidak seperti lift pada umumnya, lift tua itu mengunakan kata sandi untuk membukanya, membuat semuanya terdiam memandang Alissa, apa mereka bisa mempercayai wanita gila ini, tapi entah kenapa semenjak kejadian yang dialami Alrescha Nero dan pengepungan ini, mereka harus menaruh percaya yang tinggi untuk menyelamatkan diri.
“N-Nona apa kau yakin, aku harus berkunjung ke kampung halaman ku, aku tidak ingin mati sia-sia disini” ucap seseorang yang tadinya membuka lilitan tali di tangan Alissa.
“Adik, percaya padaku” ucap Alisaa untuk menenangkan, entah kenapa ia sedikit ragu, tapi tidak ada jalan keluar lain, yang membuat dirinya ragu adalah ingatan siapa yang ia pindai, hingga mengetahui hal rahasia ini, yang jelas ingatan itu tidak ada diantara mereka semua, bahkan mereka tidak mengetahui hal ini, sudah jelas, ini adalah ingatan orang yang memiliki tempat ini, atau orang yang sering mengunakan jalan ini.
“Adik” cela pria yang sedari tadi tidak menyukai Alissa, membuat gadis itu menajamkan mata kearahnya, seolah membungkam dengan tatapan menyelisik penuh ancaman.
“Apa kau ingin mati” bentak Alissa dengan mengancam, ia menajamkan mata menekan tombol-tombol yang ada di sana.
Sesuai dugaan lift itu terbuka, bahkan membuat Alrescha yang masih memantau dari CCTV di buat terpana, tentu ia masih tidak percaya, siapa wanita itu sebenarnya, hingga ia bisa mengetahui semuanya, apakah dia memang peramal.
“Kau pergilah dulu” ucap Alissa kepada pria yang tadi merengek ingin bertemu ibunya.
“T-Tapi aku takut” lirihnya dengan gugup, membuat semua mata tertuju pada pria itu.
“Pergilan 7 orang pertama, dan setelah itu tekan tombol merah yang ada di dalam sana, maka lift akan terbuka dan kalian keluar saja, nanti secara otomatis ia akan naik dengan sendirinya” ucap Alissa untuk memberi aba-aba, membuat mereka memasuki lift dengan segera.
Tentu saja semuanya berjalan dengan lancar, hingga tahap kedua angkutan dimulai, dan 7 orang kedua memasuki lift itu, dengan protokol yang sama, tadinya Alissa meminta pria yang selalu berlawanan dengannya menjadi pemimpin angkutan kedua, tapi pria itu memilih tinggal dengan alasan menjaga keamanan, padahal Alissa dapat memindai isi kepalanya, jika ia sedikit khawatir dengan dirinya yang tinggal di baris nomor belakang.
“Astaga” umapt Alissa dengan tidak tenang.
“Kenapa?” tanya pria itu.
“Mereka bergerak, memasuki pintu pertahanan, mungkin karna kita tidak keluar dari sini, untuk itulah mereka memilih bertindak,saat ini mereka tengah berada di lantai 5 menuju keatas” umpat Alissa dengan frustasi.
Bahkan seketika ia terdiam saat melihat pria yang selalu berdebat denganya ini akan melindungi Alisa nanti. Dan di dalam pemindaian masa depan itu, pria ini akan terluka, apa yang harus Alissa lakukan, ia sadar tidak akan bisa mengubah keadaan dan takdir, selain mengorbankan dirinya sendiri, tidak mungkin demi orang yang menculiknya Alissa berkorban bukan.
lift itu tengah menuju keatas, sudah ada 14 orang yang berada dilantai dasar, hanya tersisa 7 orang lagi di lantai atas termasuk Alissa, sedangkan orang jahat itu hanya tersisa 2 lantai lagi untuk naik. "Sial apa yang harus aku lakukan" panik Alissa saat itu.
“Apa yang terjadi?” bentak yang sedari tadi mengawasi dirinya.
“Mereka membawa senjata api, dan akan mengapung keberadaan kita” lirihnya dengan takut.
“Keluarkan senjata kalian” perintah pria itu pada rekannya, bahkan ia menyembunyikan Alissa di belakang untuk melindungi, sontak lift itu berdenting bertepatan dengan pengepungan yang terjadi.
Alissa membuka pintu yang tadi sudah diaksesnya mengunakan kata sandi, jadi secara otimatis jari Alissa sudah menjadi sidik jari penetap, ia tidak perlu mengotak atik lagi untuk membuka lift tersebut, dengan menempelkan tubuh atau jari bisa membuka pintu itu, dengan perlahan Alissa membuka pintu lift tanpa terdeteksi pergerakan, hanya saja laser merah dari senjata yang di todongkan kepada mereka, telah mengabsen titik-titik vital ditubuh semuanya, kecuali Alissa.
Apa yang harus ia lakukan, Alissa bisa saja memasuki lift ini seorang diri untuk menyelamatkan nyawanya, tapi ia tidak bisa egois, bahkan ia akan merasa bersalah atas ini, jalan satu-satunya adalah menghadapi.
Membuat Alissa menyesal menghabiskan waktu untuk bicara karna ia ingin membalas mereka semua, tapi ia malah menempatkan diri di dalam bahaya, andai saja Alissa membuang sedikit sifat cerobohnya, mungkin ia akan pergi dengan tenang dan damai.
Semua orang yang ada di depan mereka tengah berpakaian lengkap dengan senjata api yang di todongkan, bahkan laser berwarna merah itu telah membidik bagian kepala lainya, hingga Alissa tidak punya jalan keluar selain menghadapi.
“Apa yang kau lakukan cepat pergi!” bentak pria yang tengah melindungi Alissa dengan geram, entah kenapa ia tidak rela jika wainita itu kenapa-napa, sebab Tuan Alrescha Nero mengiginkanya hidup-hidup, jika harus mati untuk melindungi target, tentu mereka mati dengan terhormat sebagai orang suruhan dan para anak buah Tuannya.
“Tenang saja, aku gadis yang pintar” lirihnya sambil berbisik tenang, meskipun hati Alissa berkecimbuk takut.
Bunyi senjata yang di bidikan membuat Alissa merinding, ia tidak punya banyak waktu lagi
“Tunggu” tahan Alissa sambil merentangkan tubuh melindungi enam orang yang tersisa.
“Tahan” perintah seseorang dari microfon yang ada di telingan sang penodong, membuat Alissa menajamkan mata penuh perhitungan.
“Apa kalian lupa dimana kalian berada?” ucap Alissa dengan nada mengejek, bahkan ia memasang sikap santai seolah tidak ada takut yang menyelubungi jiwanya saat ini, sedangkan Alrescha sedikit berdebar akan apa yang di lakukan wanita gila itu, entah kenapa setelah ia menyelamatkan nyawa Alrescha, ada sebuah rasa simpati dan hutang budi, jadi ia tidak rela jika wanita itu lenyap begitu saja tanpa Alrescha mencari tahu lebih jauh tentang wanita gila tersebut.
“Apa kalian fikir ini hanya sebatas gedung terbang kalai yang diabaikan, kalian harus ingat jika kawasan Alrescha Nero tidak sepayah itu, sistem keaman disini adalah tingkat tinggi, di setiap sudut ruangan ada CCTV yang berukuran nano yang tidak bisa kalian akses, tentu saja wajah dan beberapa dari kalian sudah tertangkap oleh CCTV Alrescha Nero, dan saat ini, ia tengah menyaksikan kejadian yang tengah berlangsung” ucap Alissa dengan penuh percaya diri, bahkan ia memandnag kearah depan yang menjadi CCTV itu di letakan, membuat Alrescha semakin tidak percaya, bagaimana wanita itu mengaksesnya, dan mengetahui letaknya.
“Jika kalian melakukan penembakan kepada kami, apa kalian fikir Alrescha akan diam saja, kecelakaan kekasihnya, bom yang di rangkai di mobil Alescha, hingga truk yaang di siapkan sebagai plan B. sudah di rangcang sesempurna mungkin, karna semuanya gagal, kalian melakukan tindakan implusif dengan mengepung tempat ini, tapi apa kalian tidak sadar jika tempat ini adalah markas utama dalam melindungi diri dari musuh. Hal yang paling menarik adalah, bom yang tertanam di bawah sini, jika kalian meluncurkan satu senjata saja, maka kalian akan lenyap tanpa sisa, aku yakin Alresca akan menghancurkan tempat ini dan kalian semua juga ikutan mati” ucap Alissa dengan mengancam, membuat mereka semua terdiam tanpa kata.
“Apa kau fikir kami percaya omonganmu” bentaknya.
“Maka lakukanlah” ucap Alissa dengan menantang penuh keyakinan.
“Apa kau gila” umpat pria yang ada di belakangnya, namun tindakan Alissa itu mempu membungkam semuanya.
“Yordan yang akan melangsungkan pernikahan bulan depan, Xivier yang akan melahirkan anak pertama dalam kurun waktu 5 bulan, bahkan istrimu masih kekurangan biaya untuk itu, karna itulah kau menerima pekerjaan ini. Adward menjadi tulang punggung keluarga, terakir Steffen yang harus membantu ibumu yang tengah sakit parah. Apa kalian yakin akan meninggal di tempat ini dengan cuma-cuma? Bagaimana dengan orang tua kalian, istri, anak, dan semua yang di tinggalkan. Apa kalian yakin untuk menembak kami” ancam Alissa, membuat mereka semua terdiam tanpa mampu bicara, bagaimana gadis itu mengetahui nama mereka dan bagaiman gadis itu mengetahui masalah internal mereka.
"Jika kalian masih mempertimbangkan itu, maka cobalah untuk rasional dalam memilih, keluarga atau diri sendiri" terus Alissa sekali lagi, bahkan ada sesal penyesalan di batin semuanya, hingga mereka serentak menanggalkan microfon yang ada di telinga, dan juga menjatuhkan senjata tanpa terkira.
“Aku berharap semuanya lancar, jangan sia-siakan hidup kalian, dengan hal mengerikan. Karna orang-orang berharga yang kalian miliki lebih berarti dari semua ini” ucap Alissa dengan sungguh-sungguh, kali ini ia dapat merasakan emosi yang ada, bahkan Alissa mengerti jika mereka terpaksa di pilihan hidup seperti ini.
Segera, Alissa membalikan badan, untuk menempelkan sidik jarinya, memaksa semua ajudan Alrescha masuk kedalam sana, sedangkan dirinya berbalik badan untuk memberikan hormat kepada semua sang penembak itu, ia melakukan hal ini untuk menyelamatkan semuanya, dirinya dan hidup mereka.
Baru saja Alissa membalikan badan, sebuah tembakan menancap kepungung gadis itu, hingga Alissa terhayung kepara ajudan Alrescha, membuat semua orang terkejut seketika, bagaimana tidak tembakan yang tidak terduga itu datang dari seseorang yang tiba-tiba berada disana, bahkan 4 pria yang tadinya mengalah, mengambil senjata itu dari rekan mereka yang berusaha membunuh target.
Membuat kepanikan yang sulit di percaya, entah itu dari mereka yang tidak terlibat serta ajudan alrescha yang tidak menyangka akan situasi ini.
“Al-Alescha…..jangan hancurkan gedung ini, aku mohon! Mereka semua memiliki tanggung jawab besar. Aku mohon” lirih Alissa dengan susah payah, membuat Alrescha naik pitam atas emosi memuncak yang ia rasakan, entah mengapa ia begitu geram dengan situasi ini.
Semua ajudan memeberikan perolongan pertama, beruntung Alissa masih sadarkan diri, meskipun sulit untuk memaksa kesadaranya, tapi ia tidak bisa menyerah, Alissa perlu memasukan beberapa sandi kereta bawah tanah untuk mengantarkan mereka ketujuan, jika tidak, mereka akan kehabisan oksigen di bawah sana.
Satu lagi, Alissa tidak bisa memberi tahu tentang sandi rahasia itu kepada mereka, karna entah kenapa ia merasa hal ini sangat pribadi, hingga tidak sembarangan orang bisa mengaksesnya, karna itulah Alissa perlu mempertahankan kesadaran hingga beberapa menit kedepan, lain dari itu, ia masih tidak tahu memori siapa yang di pindai, tapi di dalam memori ini Alissa merasakan emosi yang dalam akan tempat yang penuh rahasia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Tathaa
Lanjutt, ceritanya baguussss👍👍👍
2020-12-04
0
ARSY ALFAZZA
always
2020-11-14
0
elly yefnita02
ceritanya bagus
2020-10-29
0