Chapter : 3

"Kasihan sekali dan, sekarang aku harus apa?" Padahal Kayla sendiri tidak suka yang merepotkan tapi dirinya sendiri yang membuatnya repot sendiri. Hanya karena menolong lelaki cupu teman sekelasnya itu membuatnya merasa jika ini merepotkan, kenapa baru sadar?

Gadis itu melangkah, karena ia harus keluar kelas karena ada kebutuhan yaitu buang air besar. Mungkin karena saat makan siang tadi dia nekat makan pedas, padahal perutnya tidak tahan dengan makanan pedas dan berakibat membuat perutnya terasa panas. Seperti mendidih asam lambung, gadis itu pada dasarnya tidak tahan sakit tapi dia bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa ketika di depan banyak orang.

Memang seperti itu lah Kayla. Dia tidak suka di pandang lemah oleh orang lain dan ia tidak mau dikucilkan. Sikap kerasnya ia buat sendiri semenjak kelas 6 sekolah dasar dahulu.

Gadis itu menemukan toilet pada akhirnya dan langsung masuk ke dalam dengan terburu-buru. Tidak tahu lagi harus bagaimana, dan di tambah ternyata perutnya bukannya mengeluarkan kotoran. Tapi hanya rasa panas yang terus mengebu.

Berakhir dia keluar lagi dari toilet karena tidak mengeluarkan isi perutnya. Bagaimana sekarang? Rasa panas di perutnya tidak kunjung menghilang bahkan setelah 3 jam berlalu setelah makan siang tadi.

"Sial! Sakit sekali." Terus memegang perutnya, sampai tidak sengaja ketika baru saja Kayla keluar dari toilet ia melihat ada obat di atas wastafel toilet.

Ia menoleh ke sana kemari tapi tidak menemukan manusia satu pun selain dirinya. Mana ada hantu membeli obat saking perut? Konyol sekali. Kayla mendekat dan mengambil obat itu, yang ternyata di balik kemasannya terdapat sebuah tulisan.

'Minum obat ini, lain kali jangan nekat makan pedas.

Kayla melongok, ia benar-benar tidak tahu siapa yang memberikan obat itu yang jelas dari tulisannya sampai kalimatnya saja sudah menunjukan jika obat itu memang untuk dirinya.

"Siapa sih?" Kayla terus mencari tapi tidak menemukan siapa pun, tapi karena gadis itu sudah tidak kuat dengan rasa panas di perutnya.

Gadis itu melangkah dengan langkah tertatih ke ruang kesehatan yang berada di lantai dasar sekolah. Sedangkan tanpa ia sadari jika seseorang muncul dari balik dinding dan menatap punggung Kayla yang perlahan hilang karena terlalu jauh. Lelaki itu tersenyum dan kemudian dia membalik badannya, melangkah pergi dari sana.

Sedangkan di posisi Kayla sekarang masih lumayan mempercepat langkahnya agar lebih cepat sampai di ruang kesehatan, ketika ia sampai dengan membuka pintu ruang kesehatan itu. Ia tidak melihat siapa pun, karena merasa benar-benar sepi di sana.

Kayla masuk, ia mengambil air putih yang tersedia dan meminum obat itu. Karena mungkin obat itu ada kandungan obat tidur dengan dosis ringan, tetap saja Kayla merasa ngantuk bukan main.

Gadis itu berakhir tertidur di salah satu bangsal yang berada di sana. Tertidur pulas, di tambah setelah meminum obat itu perutnya lumayan lega, tidak terlalu panas lagi seperti sebelumnya.

Tapi dia tidak tahu jika di ruang kesehatan bukan hanya dirinya seorang. Melainkan ada orang lain, yang ternyata juga tidur di bangsal dengan alasan sakit padahal bolos.

...•••...

Yohan membuka matanya, sesekali ia menggerakkan badannya karena seluruh tubuhnya rasanya begitu pegal. Bagaimana tidak? Jika ia harus tidur di bangsal yang begitu tidak nyaman seperti ini, tapi karena sudah terlalu mengantuk jadi dia terpaksa tidur di sana.

Sampai ia mulai duduk dan menatap ke depan, tirainya memang tertutup bukan tapi Yohan merasa jika ada orang lain selain dirinya di dalam ruangan kesehatan tersebut.

Karena sudah terlanjur penasaran, pemuda itu mulai membuka tirai yang menjadi sekat antara bangsal satu dengan yang lain agar tidak melanggar privasi. Dan ia membukanya sedikit, ia sudah melihat kaki seseorang sampai dia bisa melihat siapa yang berbaring di sana.

Yohan membuang nafas panjang, antara ia masih kesal dengan gadis itu yang begitu berani memukul wajahnya, bahkan sekarang saja bekas lebam masih ada dan membekas di wajah tampannya. Siapa yang bisa menerima jika wajah tampannya dijadikan adu tinju? Tentu saja tidak.

"Anak ini, tenaganya kuat sekali padahal cerdil." Entah kenapa Yohan jadi betah melihat ke arah Kayla yang tertidur. Tapi jika dipertanyakan, kenapa gadis itu bisa ada di sana? Apa dia juga membolos?

Tidak mungkin, karena Kayla anggota OSIS yang merupakan bagian yang penting. Bahkan dia anggota paling galak di antara anggota OSIS yang lainnya, ketuanya saja kalah.

Tapi mustahil jika Kayla membolos, anak itu butuh beasiswa. Tapi jika di lihat sekarang, di dekat bangsal di mana Kayla berbaring terdapat obat yang entah itu obat apa dan juga satu gelas minuman yang tinggal setengah.

Yohan memeriksa, tentu saja ia harus masuk area bangsal sebelah. Melihat obat itu adalah obat sakit perut, ia melihat lagi ke arah Kayla yang masih pulas tertidur.

'Anak ini sakit? Bisa sakit juga rupanya.'

Memangnya Kayla manusia jenis apa tidak bisa sakit? Terkadang isi kepala Yohan tidak bisa ditebak sama sekali. Pemuda itu meletakkan obat itu, ia hanya penasaran dan memegang kening Kayla dan ternyata demam.

Tentu saja ia secara reflek menyingkirkan tangannya karena terkejut, ia tidak tahu jika sakit perut berujung demam juga. Kenapa bisa?

"Apa dia punya asam lambung?"

Entah kenapa mendadak Yohan menjadi perduli seperti ini. Mungkin karena ia terbiasa mengurus adik perempuannya di rumah jadi ia reflek terbawa sampai sekolah, lelaki itu pun segera beranjak dari sana dan mencari air hangat yang ternyata sudah ada di dispenser. Ia juga membawa wadah yang dia temukan di laci bawah tempat laci obat dan juga kain tipis untuk mengompres.

Setelah menemukan semua barang yang sekiranya dia butuhkan. Yohan kembali, menarik kursi dengan perlahan meskipun mau keras juga Kayla tidak akan bangun karena efek obatnya biasanya lumayan lama.

Yohan dengan telaten mengompres kening Kayla, bahkan tanpa ada satu orang pun yang memintanya. Jika di minta juga dia tidak mau melakukan itu, Yohan akan melakukan apa yang dia suka saja dan jika di suruh dia akan menolak. Menurutnya tidak ada yang bisa menyuruhnya sesuka hati bahkan termasuk guru, hanya adik perempuannya saja yang punya hak.

"Kau pasti makan pedas tadi di kantin, kau ini sudah tahu sakit malah makan pedes. Porsi berlebihan pula, dasar." Walaupun ada sisi tidak ihklas karena kenyataannya Kayla tidak bertanggung jawab atas luka lebam yang dia derita.

Tetap saja Yohan melanjutkan kegiatannya itu, sampai ia hanya tinggal menunggu sampai suhu kainnya turun baru dia akan ganti lagi dengan yang baru. Selagi ia menunggu, pemuda itu sibuk memperhatikan wajah Kayla. Entah kenapa ia jadi terpaku sekarang, kenapa baru sadar?

Sampai Yohan sendiri sadar akan isi kepalanya dan memukul keningnya sendiri. Ia mencoba membuang pikiran anehnya itu jauh-jauh.

"Orang gila, mana mungkin aku suka dengan monyet lepas kandang? Mustahil."

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!