OBSESSION : PENGUNTIT CINTA

OBSESSION : PENGUNTIT CINTA

Prolog

...•...

...•...

...•...

"Huff, sepertinya hari ini akan jadi hari yang melelahkan. Seperti biasanya." Gadis itu berjalan keluar dari gerbang sekolah dengan perasaan campur aduk.

Tapi bagaimana lagi, hidup memang melelahkan. Jika tidak lelah memang lebih bagus mati saja dari pada hidup dengan segala keluhan yang terus keluar dari mulut, lebih baik memang tidak perlu bernafas. Ingin protes tapi hidupnya memang seperti ini.

Gadis dengan nama lengkap, Kayla Fahara Putri. Atau biasa di panggil Kayla, gadis berumur 17 tahun itu baru saja masuk sekolah menginjak kelas 3 SMA. Baru saja naik kelas, kehidupan akan jauh lebih berat dan ini baru permulaan jika menurutnya.

Sepatu yang ia pakai juga sudah lumayan tidak bisa dijelaskan, bahkan karet di bawah sepatu sudah mulai mengelupas dan lepas. Tapi gadis itu masih begitu percaya diri memakai sepatu itu, meskipun sudah di ingatkan oleh teman-temannya untuk segera ganti sepatu.

Menyuruh saja, kenapa tidak mereka belikan saja sepatu untuknya? Menyuruh tapi tidak membelikan percuma saja, lagi pula Kayla merasa sepatu itu masih layak pakai. Tidak begitu buruk bukan? Kalian juga pasti pernah mengalami hal seperti ini.

Melangkah keluar dari gerbang menuju tempat di mana Kayla bekerja seperti biasanya. Tanpa dia tahu sendiri jika seseorang tengah mengikutinya dari jarak jauh, tapi meskipun jarak membuatnya semakin membuat Kayla terlihat akan tenggelam di antara manusia di sana.

Pandangannya tidak lepas dari Kayla, dengan kedua tangannya masuk ke dalam saku celana dengan langkah santai. Tidak perlu terburu-buru, karena pada akhirnya ia juga akan memiliki gadis itu bukan? Tidak ada yang salah meskipun takdir terkesan menentang ia akan tetap bersih keras untuk mendapatkannya.

Langkah gadis itu mulai perlahan ketika ia merasa seperti ada yang memperhatikan. Mata bulatnya melihat ke arah kaca di depannya dan benar saja ia bisa melihat bayangan orang itu menatapnya, seolah tidak akan melepaskan dirinya.

Kayla langsung menoleh ke arah belakang dan hasilnya, tidak ada siapa pun dan justru hanya ada orang-orang yang sibuk dengan dunia mereka sendiri. Kayla tidak melihat orang yang sempat dirinya lihat di kaca tadi, kemana dia?

"Aku gak salah lihat kok, tadi ada orang. Kemana ya?"

Kayla terus menatap ke belakang dan tetap saja tidak ada orang yang ia lihat. Ia kembali berjalan lurus ke arah tujuannya dengan langkah cepat, ia merasa jika ada yang tidak beres jadi ia memutuskan untuk berjalan lebih cepat agar orang itu tidak mengikutinya.

Namun, kenyataan yang salah ketika lelaki itu muncul lagi dari balik dinding. Ia menatap ke arah Kayla dengan tatapan datarnya, tanpa ekspresi apa pun seolah tidak memiliki emosional sama sekali. Kembali melangkah mengikuti gadis itu, kemana kaki mungil itu pergi ia akan terus mengikuti.

'Kau pikir aku akan melepaskan mu? Tentu saja tidak, berhenti bermimpi.'

...•••...

Sudah semakin larut saja dan Kayla masih saja sibuk dengan pekerjaannya yang membuatnya begitu sibuk dengan dunianya sendiri. Sudah merasa selesai semua urusannya, gadis itu mengusap keringatnya dan menoleh ke arah jam yang menunjukkan jam 9 malam.

Di mana ia harus pulang dan menunggu karyawan yang menunggu giliran setelah dirinya. Kayla bekerja mengambil sif sore sampai jam 11 malam, hampir tengah malam. Belum, jarum panjang juga baru menunjukan angka 6, yang berarti kurang 30 menit lagi akan menunjuk ke tengah malam nanti.

Gadis itu membereskan barang-barang lagi untuk memastikan jika semua sudah pada tempatnya, jika merasa sudah selesai gadis itu segera pergi ke ruang ganti untuk mengganti bajunya. Dan keluar dengan seragam sekolah lagi, hanya saja di tambah jaket tebal karena malam ini udara semakin dingin.

"Kamu mau pulang?" Tanya Febri, lelaki itu adalah teman kerja Kayla. Dia yang masuk di sif malam sampai pagi.

"Iya, sudah mau tengah malam-"

"Mau aku antar sampai rumah?"

"Tidak apa, aku bisa sendiri saja kok. Biasanya juga sendirian." Ucap Kayla dengan santai dan kemudian pergi dari toko tanpa mendengarkan apa yang Febri katakan itu.

Kayla sudah terbiasa dengan kesendiriannya selama kurang lebih 2 tahun lamanya. Keluarga? Sepertinya mereka tidak memikirkan keberadaan Kayla, mereka menganggap Kayla tidak ada dan itu pasti saja, karena Kayla merasa semua hanya terfokus kepada adik perempuannya saja dan tidak lain lagi.

Entah bagaimana besarnya nanti jika sejak kecil terus diperlakukan manja seperti itu, yakin saja jika nanti dia tidak akan bisa mandiri dengan kakinya sendiri dan akan terus bergantung kepada orang lain.

Walaupun sedih tidak mendapatkan perhatian orang tua, Kayla tetap bersyukur jika dirinya bisa hidup mandiri tanpa harus bergantung terus. Orang tuanya mengirimkan uang dan itu hanya cukup untuk kebutuhan rumah, dan sekolah saja. Makan? Kayla harus mencari cara sendiri.

Gadis itu selalu sendirian, teman pun hanya ada di sekolah itu pun tidak ada yang begitu dekat. Hanya kenal saja, sapa dan lainya. Tidak ada yang spesial di dunia pertemanan Kayla.

Kakinya melangkah terus berjalan ke arah rumahnya, sederhana saja di sebuah perumahan biasa saja. Masuk ke dalam gang yang tidak terlalu kecil atau terlalu besar, di kelilingi banyak rumah atau mobil yang terparkir di luar sana.

Kayla menatap di sekeliling, begitu sepi dan gelap. Melihat banyak anak remaja seumurannya sudah tidur, ada yang belajar dengan di temani ibu mereka masing-masing. Sukses membuat Kayla tersenyum miris, menertawai nasibnya sendiri.

"Beruntung sekali, tidak seperti aku yang terlantar ini. Hahaha, lucu sekali hidupku." Ucapnya sendiri dengan senyuman miris, tapi walaupun ia tersenyum atau bahkan tertawa.

Melihat pemandangan tadi dengan waktu sebentar saja sudah membuat hatinya menangis keras. Selalu mengatakan, kapan ia akan ada di posisi itu? Kapan? Apakah memang benar jika Kayla hanyalah anak dari hasil kecelakaan saja?

"Aku punya hati bodoh, bisa-bisanya memanggilku anak hasil kecelakaan, sialan." Terus menggerutu sepanjang jalan, sampai tanpa sengaja Kayla mendengar langkah kaki di belakangnya.

'Lagi? Ayolah, jangan seperti ini. Walaupun aku suka sekali bertengkar tapi jika seperti ini, aku juga takut sialan.'

Kayla langsung saja mempercepat langkahnya. Dan telinganya juga mendengar langkah yang sama seolah mengikuti dirinya sekarang, semakin cepat dan Kayla malah berlari membuat orang itu merasa sepertinya Kayla tahu akan kehadirannya.

Kayla berlari dengan kencang sesekali menoleh ke arah belakang, ternyata benar dugaannya tadi. Lebih dari 4 orang mengejarnya membuat Kayla berlari tanpa henti.

Tapi siapa sangka jika ada seorang lelaki berjalan santai melewati Kayla begitu saja dengan langkah jalan berlawanan arah. Lelaki itu berjalan ke arah para pria yang mengejar Kayla.

Gadis itu sudah kelewatan takut dan terus berlari tidak memperdulikan apa pun, yang ada di pikirannya adalah segera sampai di rumah dan segera tidur. Jantungnya terasa berdetak kencang ketika berlari.

Di sisi lain. Lelaki itu yang berjalan berlawanan arah, langsung menghalangi langkah keempat pria itu tanpa perasaan takut sama sekali. Topi yang menutupi hampir separuh dari wajahnya membuatnya tidak bisa di ketahui.

"Hey! Siapa kau?! Menyingkirlah dari jalan kami!"

"Kalau aku menolak, kenapa?" Ucapnya dengan santai bahkan tidak memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya, tentu saja ia akan masuk ke dalam bahaya yang dia lakukan sendiri.

"Anak ini, akan ku hancurkan kau!" Lelaki itu melepaskan topinya dan menunjukan senyuman yang aneh, bukan wajah ketakutan yang seharusnya dia tunjukan.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!