5. Apa kita di Indonesia?

Selepas shalat subuh mereka menyalakan mesin kapal RIHLAH menuju ke pelabuhan terdekat. Setengah jam kemudian dengan kecepatan 10 knot, mereka sudah mengarungi 9 mil laut dari titik semula dan mencapai tepian pesisir. “Udin lihatlah ke kanan RIHLAH, pohon-pohon di daratan ini nampak tropis, banyak pohon kelapa di pantai dan di ujung sana ada rimbunan bakau, juga suhu temperatur pagi ini cukup hangat. Apa kita terteleportasi ke Karibia atau bahkan Indonesia ya? Setidaknya kekacauan yang dibuat sepasang kucing oyen milikmu membuat kita bisa liburan sejenak,” ujar Zayn.

Udin yang dari tadi mager segela melongok dan melihat nuansa di sekitar kapal. “Zayn lihat pulau-pulau kecil di sebelah utara? Ini lebih terlihat seperti kita sedang memasuki wilayah Raja Ampat, tapi anehnya semenjak semalaman aku masih belum menemukan sinyal seluler maupun GPS, jadi apa keputusanmu captain? Menurutku sih kita perlu mencari pantai yang tenang untuk melepas jangkar dan mencari penduduk sekitar untuk bertanya.” Udin memberi masukan.

“Aye aye sailor, ide bagus kita akan mencari pantai di daratan utama di dekat gugusan pulau-pulau kecil di utara situ untuk melepas jangkar. Sepertinya lokasi itu cukup aman dari gelombang dan terlindungi,” “So Steady Ahead,” teriak Udin yang kemudian lanjut menyanyikan lagu anak Row your Boat.

“Row, row, row your boat. Gently down the stream. Merrily merrily, merrily, merrily. Life is but a dream… But hei… Zayn lihat ke timur laut dari sisi dua pulau di kanan kita ada sebuah kapal aneh, segera gunakan teropongmu untuk memantau pergerakan kapal yang melaju cepat ke arah kita. aku akan mengambil megaphone untuk berkomunikasi, siapa tahu mereka dapat menolong kita,” teriak Udin.

“Aku sudah melihatnya Din, aku juga sudah mencoba mengontak radio yang sepertinya mereka tidak memilikinya. Sebentar kulihat dulu dari teropongku,” ujar Zayn. Sejenak kemudian Zayn tiba-tiba berteriak. “Din segera siapkan dua AR 15 satunya siapkan untukku, kita akan segera maneuver ke sisi aman. Di haluan nampak dua orang mengacungkan panah, sepertinya mereka bajak laut! Setelah senjata siap kamu lakukan posisi steling di buritan sambil persuasi menggunakan megaphone mu.”

“Aye aye captain dimengerti, peran tempur peran tempur bahaya permukaan.” Udin bergegas mempersiapkan diri. “Disini SS Rihlah berlayar dengan damai, kami menghormati dan tidak mengganggu pelayaran kalian. Namun Rihlah akan mengambil tindakan tegas dan terukur terhadap gangguan terhadap pelayaran damai kami,” teriak Udin dengan megaphonenya dalam bahasa Indonesia dan kemudian mengulanginya dengan bahasa Inggris, Arab dan Perancis.

Peringatan Udin dijawab dengan teriakan dalam bahasa yang tidak bisa mereka mengerti sama sekali dan bahkan kini kapal aneh yang bergerak dengan layar sambil didayung dari lobang-lobang di kedua sisinya itu bahkan mulai memanah ke arah Rihlah dengan panah api. Udin reflek menembakkan AR 15 nya kepada dua orang pemanah yang hasil panahnya tidak tepat sasaran. Berkat latihan dan bermain airsoft di akhir pekan beberapa tahun di Amerika membuat tembakan Udin tidak ada yang meleset.

Dengan dua tembakan cepat diatas RIHLAH yang sedang bermanuver, kedua pria di atas kapal aneh berjarak 30an meter di sisi kanan mereka pun mati dan tumbang ke lautan.

Tak pelak teriakan yang lebih kencang muncul dari kapal, tak lama terlihat 3 pria mengacungkan pedang, dimana salah satunya sepertinya memberi komando kepada para pendayung untuk mempercepat kapal untuk mengejar Rihlah. Tak mau ambil pusing Udin segera menembak tiga pria berpedang di atas kapal yang mengejar kapal mereka. Zayn sendiri sudah mematikan mesin Rihlah dan segera menemani Zayn ke belakang kapal sambil menenteng AR 15 miliknya. “Look at that **** Udin. Setelah orang-orang yang kamu tembaki mati pendayung-pendayung sialan itu berhenti bekerja untuk mengejar kita. Sepertinya kita harus merapat dan boarding ke sana.”

“Jangan lakukan visit konyol kesana Zayn tak perlu lagi mencari masalah dengan bajak laut,” jawab Udin. “Come on bro… siapa tahu kita mendapat petunjuk disana, apalagi sejauh ini dalam radius mata memandang kita belum melihat manusia lain selain para bajak laut sialan itu.” Balas Zayn yang sudah menyalakan kapal untuk merapat ke kapal aneh itu. Kapal aneh itu berbentuk mirip Viking Longship tapi tanpa bentuk ular yang menjulang di kedua ujungnya.

Mereka berdua melempar tali ke kapal aneh itu dan menginstruksikan orang-orang di kapal aneh untuk menambatkannya di kapal mereka. Meski dengan kendala bahasa, akhirnya Rihlah dapat terpaut dengan longship yang bisa bergerak dibantu 7 orang yang mendayung di kanan dan kiri. Zayn memerintahkan Udin untuk boarding dan melakukan pengamatan. Diketahui kini diatas kapal aneh itu ada 7 orang pria bertelanjang dada dengan kaki dirantai yang bekerja mendayung kapal, seorang pria tidak bersenjata dan ada 10 orang dengan kaki tangan terikat dengan rincian 2 orang wanita dewasa umur 20an tahun, 4 orang gadis remaja berusia 10-15 tahun dan 4 orang balita masing-masing 2 laki laki dan 2 orang perempuan. “Astaga naga apa kita berurusan dengan human trafickking disini Zayn, disini ada 10 orang terikat dan 7 orang pendayung yang dirantai dan satu orang dari komplotan yang telah kita bunuh. Aku sudah mencoba berkomunikasi namun tidak ada satupun dari mereka yang bahasanya ku mengerti. Pakaian mereka juga aneh.” teriak Udin. “Jadi apa saranmu Din,” balas Zayn.

“Mari kita mencium daratan dulu, kita harus segera ke pantai daratan utama sambil menarik kapal sialan ini lalu melego jangkar, kemudian kita turunkan orang-orang aneh ini untuk interogasi dan mengambil tindakan lebih lanjut,” jawab Udin.