2. Gue Udin Petot eh Udin the Doctor

Kenalin gue Zahiruddin Muhammad, seperti yang Zayn jelaskan gue adalah seorang yatim piatu. Tau gak lo, nama gue setelah gue melek internet ternyata nama Sultan pertama Mughal di India. Gue gak tahu latar belakang gue bagaimana. Yang gue tahu dari Panti Asuhan yang membesarkan gue di Subang, mereka mendapatkan gue ketika masih bayi dua bulan dari kedua orang tua yang meninggal saat kecelakaan di Desa Siluman.

Tak ada identitas pada jenazah pasangan yang diduga kuat orang tuaku. Namun orang-orang mengira mereka berdua adalah orang Arab dari penampilannya. Nama Zahiruddin Muhammad sendiri didapat dari selimut yang membungkusku yang kata orang waktu itu tak hentinya menangis. Kedepan setelah sedikit yang aku baca di internet akan namaku menjadikanku berpikir gue gak berasal dari ras Arab melainkan India.

Kondisiku yang sebatang kara sedikit membuatku minder. Gue banyak di bully saat sekolah karena badanku yang kurus, teman-temanku memanggilku Udin Petot sejak SD hingga SMA. Gue mudah menghafalkan segala yang gue denger dan gue baca, meski begitu aku hanya fokus pada mata pelajaran yang paling kusukai Kimia, yang lain bodo amat, nilaiku yang lain tidak jelek meski juga bisa dibilang pas-pasan meski gue tidak pernah mencatat dan dalam keadaan tidak pernah mampu membeli buku. Cuma untuk Kimia, selalu nilai sempurna dong.

Salah seorang ustadz menyadarkanku akan kemampuan menghafalku sehingga memberiku motivasi menghafal Alquran sejak kelas 2 SMP yang berhasil kuhafalkan seluruhnya beserta arti dalam Bahasa Indonesia dan Inggris di kelas 3 SMA.

Motivasiku hanya satu, gue gak kenal kedua orang tua sejak bayi, namun sedikit bakti yang ingin kupersembahkan kepada mereka adalah permohonan ampunan kepada mereka agar bisa menghuni surgaNya dan gue ingin memasangkan sepasang mahkota untuk mereka berdua kelak nanti di surga.

Panggilan Udin Petot berakhir ketika aku kuliah di Surabaya. Sebetulnya kuliah di Surabaya bukan cita-citaku yang memang tidak punya cita-cita. Ceritanya saat itu mulai marak dibuka beasiswa hafidz untuk berbagai kampus dan aku tentu saja mengincar Fakultas Kedokteran entah mau di kampus mana. Namun tanpa disadari fokusku terhadap Kimia membuat nilai raporku yang lain biasa saja meski tidak bisa dibilang jelek. Alhasil gue kalah bersaing dengan para hafidz lain yang nilai rata-ratanya lebih baik dalam merebut start menjadi dokter.

Well gue sempat patah arang, gagal dapat beasiswa dan gagal kuliah gratis. Namun seorang dermawan yang kukenal ketika aku mengantarkan rombongan adik-adik panti asuhan ke acara santunan mengatakan akan membiayai kuliahku S1 kalau aku bisa lulus tes SNMPTN. Tentu saja aku memilih Teknik Kimia. Namun aku diminta mengikuti nasehat sang dermawan aku memilih kuliah di Surabaya. Adiknya memiliki rumah kos disana dan gue bisa menghuni 1 kamar secara gratis asal bisa membantu menjaga kebersihan dan ketertiban disana dan mengajarkan keluarga adiknya Tahsin Alquran. Tembus kuliah di Surabaya, gue langsung jadi bapak kos woi.

Di kos-kosan yang baru selesai dibangun milik adik sang dermawan gue bertugas mengubrak-ubrak anak-anak untuk bayar uang kos, jaga kebersihan dan atas permintaan pemilik untuk senantiasa menasehati anak kos agar beribadah. Di kos kosan itu gue bertemu mahasiswa asal Syria bernama Zayn. Dialah sahabat sejatiku seumur hidupku ini, segala cakrawala berpikir, cita-cita, visi hidup dan julukan “the Doctor” gue peroleh darinya.

Sejak saat itu kenalan mahasiswa, ibuk warung bahkan dosen dan pihak Universitas memanggilku Doktor Udin. Tentu saja karena gue dianggap jenius dengan pola pikir yang visioner. Harus kuakui semua itu kudapat berkat inspirasi Zayn yang kini gue bersamanya menjadi jenius Fisika dan Kimia di Princeton. Namun sayang akhirnya nasib buruk menimpa dirinya dan kini dia sama sebatang karanya denganku.

Gue dan Zayn lulus S1 di Surabaya tahun 2017 dan segera terbang ke Amerika untuk meraih Master yang kami dapat di tahun 2019. Segera gue benar-benar menasbihkan julukan the Doctor dengan meraihnya bersama Zayn di tahun yang sama 2022. Perjuangan meraih gelar PhD baik gue aupun Zayn sangat berat. Kami harus berjibaku dengan pandemi. Namun usaha tidak mengkhianati hasil. Sejenak setelah lulus S3 kami langsung diterima bekerja di Princeton sebagai akademisi.

Tanpa disadari kegilaan dengan Fisika dan Kimia membuat kami berdua seperti seorang nerd jika diamati. Bahkan di usia Zayn yang sudah 28 tahun dan usiaku 27 tahun kami berdua masih jomblo dan gemetaran jika harus bicara dengan wanita.

Terpopuler

Comments

Neo

Neo

masih nyimak alurnya

2022-12-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!