Haldez akhirnya mengetahui keberadaan Arthur. Siluman itu kini benar-benar terlihat seperti manusia.
Mengunakan setelan jas lengkap dan sepatu pantofel. Malam itu Haldez hinggap di atap rumah Arthur dan melihat kedatangan pria itu.
Amarahnya tentu terpancing, selama ini dia pun menginginkan hal serupa.
Menjadi siluman hanya menyiksa mereka dalam keabadian. Tidak merasakan cinta, tidak merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
"Kurang ajar kamu Art, jadi selama ini menghilang karena sudah menemukan darrah succi. Harusnya aku yang lebih dulu menemukan darrah succi itu!"
Sebelum Arthur masuk ke dalam rumah, Haldez lompat turun hingga menciptakan suara jatuh yang sangat jelas.
Saat Arthur menoleh, dia melihat Haldez.
Sudah berubah wujud jadi manusia dan menghampiri dia dengan langkah lebar.
"Licik kamu Art! usia ku lebih tua daripada kamu! harusnya darrah succi itu untukku!"
Haldez mencekik Arthur, dia tidak rela jika pria ini yang lebih dulu jadi manusia. Sementara Arthur tak punya banyak kekuatan untuk melawan Haldez.
"Lepas!" pekik Hera, dia bahkan langsung menyerang Haldez hingga cengkramannya terlepas.
Haldez merasa sangat terkejut ketik melihat seorang Dewi disini, bahkan Dewi itu pun melindungi Arthur.
Dia tercengang, ternyata telah banyak hal yang dia lewatkan.
Arthur terbatuk.
"Pergilah Hera, aku bisa menangani ini," ucap Arthur dengan susah payah, menatap Hera dengan tatapan sayu.
Dan entah bagaimana caranya, Hera menuruti kata-kata itu, hingga membuat Haldez semakin tercengang.
Hera menghilang.
Mulut Haldez masih menganga. Lalu menelan ludah dengan kasar.
"Apa kamu memiliki hubungan dengan Dewi itu? dia pembunuh para siluman Art!"
"Tinggallah disini dan cari Darrah succi mu sendiri," ucap Arthur dengan suara yang mulai kembali normal.
Hanya itu satu-satunya cara yang bisa dia gunakan untuk mereda amarah Haldez.
Semakin hari kekuatannya semakin berkurang, kini Arthur lebih banyak menggunakan kelicikannya untuk melawan.
Dan apa yang diucapkan oleh Arthur itu akhirnya benar-benar mampu membuat Haldez tenang. Merasa menemukan sebuah kesempatan yang tepat.
Mengingat selama ini mereka memang tak punya tempat untuk memantau manusia dan mencari darrah succi.
"Baiklah, tawaran mu aku terima," balas Haldez, bibirnya tersenyum miring. Seketika lupa tentang Hera.
Ya, untuk apa memikirkan tentang Dewi itu. Lebih baik memikirkan tentang hidupnya sendiri.
Dan Arthur segera membuka pintu rumahnya lebar mempersilahkan Haldez untuk masuk.
Eleanor yang masuk menatap bingung.
"Dia adalah Haldez, mulai sekarang dia akan tinggal disini."
Kedua mata Eleanor melebar, seingatnya Haldez adalah musuh sang suami.
"Selamat malam Hald," sapa Eleanor.
Tapi Haldez tergugu melihat kecantikan itu, aroma darrah succi Eleanor begitu menyegarkan.
Dia bisa terlena andai tidak melihat tatapan tajam Arthur.
"Itu kamar mu, jika butuh apapun panggil pelayan."
Setelah mengatakan itu, Arthur menarik Eleanor untuk segera menuju kamar di lantai 2.
"Art, kenapa dia tinggal disini."
"Hanya sementara sayang, tetap berhati-hati lah, jangan tatap kedua matanya."
Eleanor mengangguk.
Lalu bantu melepaskan baju kerja yang suami.
"Besok ada kunjungan dari kolega kita di luar negeri, kamu ikut ke kantor ya? dampingi aku untuk menyambut beliau."
"Baik," jawab Eleanor dengan patuh. Senyumnya sangat manis, wajahnya jadi semakin berseri.
Arthur yang gemas langsung mencium bibirnya dengan mesra.
Dan Eleanor berjinjit seraya menggantungkan kedua tangannya di leher sang suami.
Tak ada yang tahu jika Hera menatap keduanya dengan dada yang sesak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
aphrodite
Hera sang Dewi jatuh cinta pada siluman
2024-10-16
1
Leng Loy
Gimana sech Hara kok sekarang dia yang baper
2024-05-22
2
April Shafiyyah
di suruh membunuh malah jatuh cinta, gmn sih sang Dewe..🤣😂
2024-03-04
1