"Kenapa tiba-tiba hujan," ucap seorang pelayan di rumah Arthur. Pelayan itu hendak menutup jendela yang terbuka, namun kemudian melihat sebuah buku di atas meja ruang tengah.
"Ini pasti milik nyonya El, aku akan menyimpannya."
Pelayan itu menuju kamar sang Nyonya, menyimpan buku itu di laci belajar milik Eleanor.
Dia yakin, Eleanor akan melihatnya nanti.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hujan yang Arthur panggil tidak terlalu lama, hanya 15 menit kemudian reda.
Tapi semenjak bersama dengan Arthur semuanya terasa jadi mudah untuk Eleanor. Mereka berdua masuk ke dalam kamar mandi dan saat keluar semua baju sudah kering.
Eleanor tersenyum, bahkan tertawa kecil.
Menertawakan kekonyolan mereka berdua.
Hari kencan itu di akhiri dengan menonton film di bioskop saat waktu sudah menunjukkan jam 6 sore menjelang malam.
Arthur menggenggam erat tangan Eleanor, tidak ingin gadis itu merasa kedinginan di tempat ini.
Film yang mereka tonton adalah film romantis tentang pasangan suami dan istri, True Love. Tentang sepasang suami istri yang sangat ingin memilki keturunan, namun Ketika mereka memiliki seorang anak tapi anak itu mengidap penyakit parah.
Sejak menit ke 10 Eleanor sudah menangis. Sampai film itu berakhir kedua matanya masih basah.
"Sayang, filmnya sudah habis, jangan menangis lagi," ucap Arthur, kini mereka sudah berada di dalam mobil. Mobil yang melaju untuk pulang.
"Maafkan aku Art, aku hanya sedang sedih. Aku membayangkan bagaimana jika di posisi mereka."
"Itu hanya film sayang, cerita fiksi. Tidak akan ada kehidupan yang sesedih itu."
"Tapi karena itu juga kan, kamu tidak ingin aku hamil. Kita sama-sama tidak ingin anak kita jadi setengah siluman."
Arthur terdiam, menoleh sesaat pada sang istri dan kembali menatap jalanan untuk menyetir.
Tangan kiri Arthur yang sejak tadi berada di kemudi kemudian turun menggenggam erat tangan Eleanor.
"Kamu benar," ucap Arthur singkat.
Ternyata hidup mereka nyaris mirip dengan film yang ditonton beberapa saat lalu.
"Tapi tidak, setelah 100 hari, kita akan segera memilki anak, iya kan Art?" tanya Eleanor.
Sebuah pertanyaan yang membuat Arthur tersenyum masam.
Dia tidak bisa menjawab, hanya bisa mengangguk.
Tiba di rumah, Arthur meminta Eleanor untuk segera beristirahat. Sementara Arthur ingin pergi ke ruang kerja.
Hari ini dia mengambil libur jadi ingin melihat pekerjaan apa yang terlewat.
Eleanor patuh, dia benar-benar terlelap saat sang suami memintanya untuk tidur lebih dulu.
Masuk ke ruang kerja Arthur Langsung di sambut oleh Hera. Sang Dewi yang memang selalu berada di sekitarnya.
"Apalagi rencana mu sekarang?" tanya Arthur, dia berjalan santai menuju kursi kerjanya.
Hera tidak akan membunuhnya begitu saja, Dewi itu pun harus memikirkan sebuah kematian yang masuk akal bagi manusia.
"Memaksa mu untuk meminum racun ini," jawab Hera.
Di tangannya sudah ada sebuah racun, hanya perlu dia masukkan ke dalam siluman rubah licik itu.
Dengan gerakan yang sangat cepat, Hera tiba-tiba sudah berada di hadapan Arthur dan mencengkram kuat lehernya.
8 ekor Arthur segera muncul dan menarik wanita ini hingga berhasil melepas cengkraman di lehernya. Ekor-ekor itu melilit tubuh Hera dengan sangat kuat.
Mantra menghilang tak bisa Hera gunakan.
"Aku sangat ingin melenyapkan mu Hera, tapi bagaimana? kecantikan mu membuat aku goyah," ucap Arthur, saat bicara tatapannya begitu dalam, suaranya lembut menusuk masuk ke telinga Hera.
"Kamu lebih cantik daripada Eleanor," timpal Arthur lagi, dia bahkan menghirup dalam-dalam aroma tubuh sang Dewi.
Hingga ketampanan Arthur bisa dia lihat dengan jelas.
"Pergilah, aku tidak akan menyakiti kamu," ucap Arthur lagi. Kali ini dia melepaskan Hera dengan perlahan.
Dan sang Dewi pun tersenyum miring. Apa dia kira bisa memperdaya aku? pikirnya dengan remeh.
Tapi tiap kali Hera menyerang, Arthur tak pernah membalas.
Arthur hanya terus menghindar dan memperlakukan Hera dengan baik.
"Aku benar-benar ingin jadi manusia yang berguna Hera, jadi aku tidak menyakiti siapapun termasuk kamu. Perihal Eleanor, aku akan memperlakukannya dengan baik sebelum hari pergorbanannya," selalu itu yang Arthur katakan.
Hingga kini waktu sudah menginjak di angka 60 hari. Hanya tinggal menghitung mundur hingga 40 hari kedepan dan takdir akan menentukan akhirnya.
Ekor Arthur pun semakin berkurang jumlahnya, kini hanya bersisa 3 ekor.
Waktu yang dulu terasa begitu lama, kini seperti jadi sangat cepat.
Dan tiap detik itu Hera selalu melihat kebaikan di dalam diri Arthur.
Ya Dewa, dia benar-benar telah berubah. Batin Hera.
Tatapannya pada Arthur bukan lagi tentang kebencian, tapi peduli.
Hera tidak sadar, jika dia pun telah diperdaya oleh Arthur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
aphrodite
Hera mau jadi pelakor?
2024-10-16
0
Leng Loy
Katanya Hera tidak akan bisa diperdaya, skrg kamu terperdaya 😁
2024-05-22
2
Kim shopie jeon
Hera Hera yakin bener tak akan terperdaya tapi apa ini Diah udh mulai terperdaya oleh Arthur
2023-10-06
3