Arthur dan Eleanor sudah berada di dalam kamar mereka. Arthur duduk di sofa dan Eleanor coba membersihkan semua luka itu. Dia mengambil kota P3K dan bersimpuh di hadapan sang suami.
Arthur sebenarnya ingin marah besar, sudah berulang kali dia katakan kepada Eleanor untuk tidak menemui siapapun, tapi apa tadi?
Ketika dia pulang Arthur sudah melihat Priska ada di rumah ini.
Tapi kemarahan yang nyaris membeludak itu seketika melunak saat melihat wajah teduh wanita ini.
Eleanor selalu membawa ketenangan bagi Arthur.
"Bukan begitu caranya El," ucap Arthur, saat Eleanor mulai mengoles lukanya menggunakan kapas agar bersih.
"Bagaimana caranya?"
Arthur menarik Eleanor agar bangkit, membawa sang istri hingga duduk di atas pangkuannya.
"Peluk aku," ucap Arthur.
Eleanor menurut, tanpa banyak kata dia langsung memeluk sang suami mendekap kepala Arthur hingga berada di dalam dadanya.
"Apa yang terjadi?" tanya El.
"Kemarin 2 burung dari hutan Arimba mendatangi aku, ada siluman rubah lain yang membuat ulah."
"Jadi siluman tidak hanya kamu sendiri?"
"Ada 2 di hutan Arimba, aku dan Haldez."
"Kamu ke hutan Arimba dan kalian bertarung?"
"Hem."
"Kenapa tidak mengajakku? kekuatan mu yang sesungguhnya ada pada permatta succi ini kan?" bela Eleanor, dia sungguh merasa iba pada keadaan sang suami saat ini. Rasanya bahkan sampai ingin menangis.
"Harusnya aku bisa melindungi kamu," ucap Eleanor lagi.
Sebuah kalimat yang akhirnya membuat Arthur tergugu.
Bagaimana bisa seseorang yang selalu melindunginya ini, Arthur tumballkan untuk hidupnya sendiri.
Tidak, kamu tidak boleh ragu Art. Inilah yang kamu inginkan selama ini. Batin Arthur.
Dia melerai pelukan di antara mereka hingga menciptakan jarak, Arthur lantas mencium bibir istrinya dengan begitu mesra.
Saat Eleanor menutup mata dan membalas ciuman itu, luka di seluruh tubuh Arthur perlahan pulih dan menghilang.
Arthur sudah membalas kematian ular pada Haldez. Dia juga telah memberikan ancaman pada siluman itu untuk tidak mengganggunya. Luka Haldez lebih parah.
"El, ayo kita ke taman kota, berbelanja, ke bioskop, mau?" tanya Arthur setelah dia melepas pagutannya.
"Tapi luka mu Art ..." ucapan Eleanor terhenti, ketika dia lihat semua luka di tubuh sang suami sudah tidak ada.
Arthur tersenyum.
Dia memang licik dan jahat, tapi sebelum Eleanor pergi selama-lamanya dari dunia ini, dia akan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakannya.
"Segera bersiap," ucap Arthur.
Hari itu cuaca begitu cerah.
Mobil yang dinaiki oleh Arthur dan Eleanor membelah jalanan kota. Sudah cukup lama Eleanor tidak keluar dari rumah, dan sekarang melihat jalanan seperti ini membuat senyumnya semakin merekah.
Arthur membuka sedikit jendela hingga angin bisa menerpa langsung wajah sang istri.
Saat itu waktu sudah menunjukkan jam 10 pagi, belum terlalu panas untuk mendatangi taman kota.
Jalan beriringan dengan tangan saling menggandeng, Arthur dan Eleanor berkeliling di taman itu.
"Art."
"Kenapa sayang?"
"Apa kamu bisa memanggil hujan?"
"Kenapa? kamu ingin hujan sekarang?"
Eleanor mengangguk, "Sebentar saja, 15 menit."
"Genggam tangan ku," ucap Arthur.
Eleanor menurut.
Dan saat itu seperti sebuah keajaiban, hujan turun dari atas langit membasahi kota New Kingston.
Orang-orang mulai berlari untuk berteduh, sementara Eleanor menarik tangan Arthur untuk berlari ke tengah-tengah taman.
"Aku menyukainya Art!!" pekik Eleanor, kini tubuh mereka berdua sudah basah kuyup.
"Aku juga sangat menyukai kamu El."
Eleanor tersenyum.
Dan diantara senyumnya itu, Arthur menyesap bibirnya.
Eleanor menutup mata dan membalas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Leng Loy
Ternyata El hanya dimanfaatkan Arthur,El hanya dijadikan tumbal
2024-05-22
1
Ari yani
q kok nyesek ya,baca dari awal Eleanor dimanfaatkan oleh arthur.gimana perasaan El ya,ketika tau kalau ketulusan dan cintanya selama ini cuma dimanfaatin.
2023-11-09
2
Tika
kok arthur gitiu....kasian eleanor mau jdi tumbal....padahal mereka manis bnget..🥺🥺🥺
2023-07-12
0