"A-pa maksudmu? aku masih tidak mengerti," balas Eleanor lagi, masih dengan detak jantungnya yang tidak biasa. Raut wajahnya nampak cemas dan takut, namun tidak sedikitpun mengurangi kecantikannya.
Arthur terdiam, ekornya kembali hilang satu per satu, melihat itu Eleanor menatap nanar.
"Apa kamu akan mati?"
"Hei! jawab aku!"
Arthur masih diam, dia malah menutup kedua matanya, berat sekali untuk terbuka.
Kebaikan hati Eleanor tak pernah bisa melihat mahluk lain teraniaya seperti ini. Dengan sendirinya dia mendekati siluman itu, menyentuh tangannya, dan saat itu juga ekor sang siluman kembali pulih, Eleanor menghitung dan semuanya ada 9.
Dengan sendirinya Eleanor bernafas lega.
Dari sini Eleanor mulai mengerti tentang permata suci yang tertanam di dalam tubunya. Siluman ini telah mengorbankan nyawanya sendiri untuk menyelamatkan dia.
Dan kini agar siluman itu tetap hidup, Eleanor harus berada di dekat sang siluman.
Siluman rubah membutuhkan permata suci. Ya, itulah yang diyakini oleh Eleanor.
"Bangunlah, bagaimana caranya agar permata suci ini keluar dan bisa kembali pada tubuh mu?" tanya Eleanor dengan cemas, kini dia telah menggenggam erat salah satu tangan sang siluman.
Arthur mencoba bangun, mereka berdua duduk di atas tanah dengan sorot cahaya bulan sebagai penerang.
Keduanya saling memandang.
"Ada 2 cara, kita berciuman dan memindahkan bola itu atau bertahan lah selama 100 hari bersama ku."
Eleanor nampak berpikir.
"Ciuman? lakukan ciuman saja, bukannya itu lebih cepat."
Arthur mengangguk.
"Maaf harus membuat mu melakukan ini."
"Tidak, aku yang berterima kasih, karena kamu sudah menyelamatkan hidupku."
"Kalau begitu tutup mata mu."
Eleanor segera menutup matanya, tak peduli jika ini adalah ciuman pertamanya. Dengan kedua mata yang tertutup itu, Eleanor tidak bisa melihat seringai licik yang ditunjukkan oleh Arthur.
Manusia memang seperti ini, mudah diperdaya.
Dalam hitungan detik, Arthur telah berhasil menyesap bibir manis wanita itu. Arthur terbayang masa lalu Eleanor dan mengetahui jika ini adalah ciuman pertama sang wanita.
Lama menyesap sampai Eleanor kehabisan tenaga namun nyatanya tak ada apapun yang terjadi.
Ketika ciuman itu terlepas, Eleanor semakin berdegup, bukan karena tersipu hanya saja rasa ini begitu asing baginya.
"Bagaimana? apa permata suci itu sudah pindah ke tubuh mu?"
"Belum."
"Kenapa?"
"Karena kita tidak saling mencintai."
Eleanor terdiam.
"Kamu harus berada di sampingku selama 100 hari, tapi jika kamu tidak mau tak apa, besok saat pagi pergilah dari hutan ini."
"Lalu bagaimana dengan kamu?"
Arthur hanya tersenyum miris.
Tanpa perlu dijelaskan Eleanor tahu pasti siluman ini akan mati.
Eleanor menggeleng, dia tidak akan sanggup melakukan itu, mengambil kehidupan orang lain hanya demi dia sendiri.
"Kita berdua harus hidup," putus Eleanor.
"Andai dalam 100 hari itu kita bisa saling mencintai, kita bisa memindahkan permata suci lebih cepat."
Eleanor mengangguk.
"Tapi, apakah bisa kita keluar dari hutan ini?"
"Tentu saja, tidak peduli dimanapun tempatnya, yang penting kita selalu bersama."
"Apa tidak masalah jika kamu pergi ke kota?"
Arthur menggeleng, "Tapi tentang statusku, cukup kita berdua yang tau."
Eleanor mengangguk.
Wush! tiba-tiba angin berhembus kencang, sangat dingin, Eleanor bahkan memeluk tubuhnya sendiri.
Lalu merasa sangat hangat saat beberapa ekor milik siluman itu melilit tubuhnya.
Ada perasaan nyaman yang Eleanor rasakan, siluman ini telah menyerahkan hal paling berharga padanya, jadi tidak mungkin siluman itu akan menjadikan dia mangsa.
"Namaku Arthur."
"Aku Eleanor."
Hanya seperti itu saja mereka berkenalan dan malam itu mereka tidur saling memeluk.
Eleanor merasa sangat nyaman dan hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
+62 88
HUAAAAAA 🥺 gemes! al jerit2 bacanya!
2025-01-07
0
٭ 𝕰𝖑𝖑𝖊 ٭ ᵉᶠ ᭄
trik nya sangat manjur bang arthur 😅
2025-01-03
0
aphrodite
modus..
2024-10-16
1