Baru beberapa langkah Darel meninggalkan meja makan. Darel menghentikan langkahnya. Dan membalikkan badannya melihat kearah meja makan, lalu tatapannya mengarah kepada Agatha.
"Oh ya! Satu lagi nyonya Agatha. Mulai besok anda dan putra-putra anda tidak perlu lagi menungguku di meja makan karena aku sudah menyiapkan tempat khusus untuk anda dan putra-putra anda. Jadi anda dan putra-putra anda tidak lagi makan satu meja dengan kami," ucap Darel.
Setelah itu, Darel kembali melangkahkan kaki menuju kamarnya di lantai dua.
Mereka semua lagi-lagi tersenyum bangga. Tak terkecuali Antony, Evita, Daksa, Sandy, Salma. Mereka tak menyangka kalau Darel akan melakukan hal ini.
"Kau lihat sekarang Bibi Agatha. Tidak selamanya orang yang kau hina akan diam saja. Lihat adikku sudah berani melawanmu," sindir Elvan.
"Harga dirimu sudah tidak ada lagi dimata adikku," ucap Arga.
^^^
Darel merasa bosan di kamar. Jadi dirinya memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Darel berjalan menuruni anak tangga. Saat sampai di bawah. Darel tidak melihat siapapun. Rumah tampak sepi, lalu tiba-tiba Darel mendengar suara seseorang yang sedang berbicara. Darel pun memberanikan diri untuk melihat dan mendengar, siapa dan bicara apa?
Sekarang Darel sudah berada di taman belakang mansionnya. Dapat dilihatnya seorang wanita paruh baya sedang berbicara dengan seseorang di telepon.
"Hallo. Aku mau kau memberikan sedikit pelajaran pada bocah sialan yang kemarin kau tabrak itu. Dia sudah berani melawanku," ucap Agatha.
"Baik."
"Darel Wilson. Tunggu pembalasanku. Kau pikir aku akan diam saja, hah? Kau boleh bersenang-senang karena selamat dari tabrakan itu dan orang suruhanku gagal membunuhmu. Tapi lain kali aku tidak akan gagal untuk melenyapkanmu bocah sialan." Agatha berbicara dengan bangganya. Dirinya tidak sadar bahwa ucapannya sudah didengar oleh seseorang.
Darel tersenyum menyeringai dibalik pintu.
"Oooh!! Jadi kau ternyata dalang dari kecelakaan yang menimpaku, Bibi Agatha. Sekarang kau sudah bermain licik ya. Baiklah!! Aku akan ikuti permainanmu. Dengan adanya videomu ini. Aku bisa melawanmu secara halus. Aku akan memperbanyak video ini dan yang aslinya akan aku simpan sebagai bukti untuk menyerangmu didepan seluruh anggota keluargaku. Ditambah bukti-bukti lainnya. Kau sekarang dalam pengawasanku, Bibi!"
Darel pergi meninggalkan tempat itu dan kembali ke kamarnya. Saat tiba di kamarnya, Darel mengambil ponselnya, lalu menghubungi seseorang.
"Hallo, Paman. Aku mau Paman memblokir semua kartu kredit milik bibi Agatha Dan jangan pernah Paman membuka blokiran itu tanpa seizinku," ucap Darel.
"Baik, Tuan," jawab laki-laki yang di seberang telepon.
"Lakukan sekarang," perintah Darel.
"Siap, Tuan!"
^^^
Seluruh anggota keluarga berkumpul di ruang tengah, kecuali Agatha dan putra-putranya. Mereka tertawa dan bersenda gurau.
"Darel. Kakak bangga padamu!" seru Raffa.
"Bangga untuk apa, Kak?" tanya Darel tanpa melihat wajah Kakak aliennya itu.
"Bangga karena kamu berani melawan bibi Agatha," jawab Raffa.
"Biasa saja tuh. Mana ada seorang anak atau keponakan yang merasa bangga sudah berani melawan orang yang lebih tua darinya. Pagi tadi itu, mulutku hanya reflek saja. Tidak tahu setan mana yang sudah merasukiku hingga berani melawan bibi Agatha," jawab Darel wajah polosnya.
Mereka yang mendengatnya hanya geleng-geleng kepala.
"Tapi Kakak penasaran, Rel! Kenapa kamu bisa berani melawan bibi Agatha?" tanya Ghali.
"Sebenarnya aku tidak bermaksud untuk melawan bibi Agatha, Kak Ghali! Bagaimana pun bibi Agatha juga orang tua bagiku? Dikarenakan bibi Agatha selalu menyalahkan Mama atas diriku. Jadi aku reflek saja melawannya pagi tadi," jawab Darel.
Adelina tersenyum hangat pada putranya dan tangannya mengelus rambut putranya.
Disaat mereka sedang asyik-asyiknya mengobrol. Datanglah Agatha dengan wajah marahnya tanpa mempedulikan tatapan yang tertuju padanya.
"Bocah sialan kurang ajar. Apa maksudmu dengan semua ini, hah?!" teriak Agatha didepan semua anggota keluarga.
"Agatha. Jaga sikapmu. Kau itu seorang ibu. Tunjukkan sikap baikmu pada anak-anakmu dan keponakanmu," tegur Evita.
"Apa kau bilang? Aku harus bersikap baik pada bocah sialan ini, hah!" jawab Agatha ketus sambil tangannya menunjuk kearah Darel. Agatha sama sekali tidak menghargai suaminya yang berada tak jauh darinya.
Sedangkan Darel hanya santai menanggapinya. Karena dirinya sudah tahu apa sebab monster perempuan ini mengamuk.
Beda dengan kedua orang tuanya dan para kakak-kakaknya. Mereka sudah mengepalkan tangan mereka seakan-akan ingin menonjok bibir perempuan yang berdiri didepan mereka.
"Agatha. Kenapa kau marah-marah seperti ini pada putraku? Apa kesalahan putraku sebenarnya?" tanya Adelina masih dalam kata sabar.
"Kau masih berani bertanya apa salah putramu yang sialan ini. Putramu ini sudah berani-beraninya memblokir semua kartu kreditku!" bentak Agatha didepan Adelina.
Darel berusaha menahan amarahnya saat ibunya dibentak didepan matanya.
Semuanya menatap Darel untuk minta penjelasan. Mereka tidak akan marah pada Darel atas apa yang dilakukan olehnya. Mereka malah bangga atas apa yang dilakukannya?
"Darel," panggil Adelina. Sedangkan Darel hanya diam dan tidak merespon atau pun mempedulikan amarah dari Agatha.
"Hei, bocah sialan. Jawab!" teriak Agatha. "Apa kau tuli, hah? Kau kan yang memblokir semua kartu kreditku?!" bentaknya
"Kenapa Bibi menyalahkanku? Kan Bibi sendiri yang bilang padaku dan juga pada Mamaku kalau aku ini bukan siapa-siapa di rumah ini. Kalau aku hanya orang lain di rumah ini. Bagaimana bisa aku memblokir semua kartu kredit milik Bibi? Aku kan tidak punya kuasa apapun?" Darel menjawab pertanyaan dari Agatha tanpa melihat wajahnya.
"Bisa saja yang memblokir kartu kredit Bibi itu adalah Kakek atau Paman William, suami Bibi." ucap Darel lagi.
"Kau jangan menyalahkan suamiku apalagi kakekmu. Mereka tidak punya hak untuk memblokir kartu kreditku. Pasti kau yang sudah memblokir kartu kredit milikku karena kau adalah pewaris seluruh kekayaan dari Kakekmu. Jadi, kau bisa melakukan apa saja," jawab Agath mutlak mengakuinya.
PROK!
PROK!
PROK!
Darel berdiri sambil bertepuk tangan. Dan sekarang Darel sudah berdiri tepat di depan Agatha.
"Waw! Akhirnya Bibiku yang super cantik, super cerewet dan sang Nyonya besar di rumah ini mengakuinya juga. Kemarin kemana saja?" sindir Darel.
"Kau...!!!" Agatha mengangkat tangannya hendak menampar wajah Darel.
Saat Agatha hendak menampar wajah Darel, Adelina sudah terlebih dahulu menahan tangannya Agatha.
"Jangan coba-coba kau menampar putraku. Aku ibunya belum pernah sekali pun menamparnya. Aku sudah cukup bersabar selama ini mendengar kata-kata kasarmu untuk putra bungsuku. Tapi kalau kau ingin menyakitinya atau bahkan memukulnya. Aku tidak akan tinggal diam!" bentak Adelina.
"Bagus. Kalau kau tidak mau aku menyakiti putra kesayanganmu ini. Makanya ajari dia dengan benar. Jangan melakukan yang tidak baik di rumah ini. Dan suruh putramu ini bersikap sopan pada orang yang lebih tua darinya!" bentak Agatha.
"Apa aku tidak salah dengar, hah?! Kau menyuruhku untuk mendidik putraku agar menghormatimu. Lalu bagaimana denganmu? Apa kau sudah mendidik ketujuh putra-putramu itu dengan baik? Bukankah putra-putramu itu sulit diatur dan seenaknya bersikap kurang ajar di rumah ini." Adelina menatap tajam Agatha. "Aku tidak perlu mendidik putraku. Aku tidak perlu memarahinya dan aku tidak perlu mengajarinya tentang bagaimana cara bersikap sopan pada orang yang lebih tua darinya karena putraku selama ini sudah bersikap baik di rumah ini. Baik putra bungsuku maupun putra-putraku yang lainnya!" bentak Adelina.
"Ma." Darel menggelengkan kepalanya memberikan kode agar ibunya berhenti dan duduk.
"Baiklah, sayang! Mama mengerti!" ucap Adelina, lalu duduk kembali di sofa di samping suaminya.
"Baik, Bi! Memang aku yang memblokir semua kartu kredit milikmu. Terus Bibi mau apa? Apa Bibi mau aku membuka blokiran itu kembali? Tidak semudah itu. Aku melakukan hal itu, karena bibi kedapatan banyak sekali menghabiskan uang untuk keperluan yang tidak penting. Bahkan terakhir bibi mengambil uang dengan jumlah fantastis yaitu 10 miliar," ucap Darel.
Semua anggota keluarga membelalakkan mata mereka mendengar ucapan Darel.
"10 miliar," batin para anggota keluarga.
"Agatha. Untuk apa uang sebanyak itu? Setiap bulan aku selalu memberikan uang untukmu. Apa itu tidak cukup untukmu?" tanya William yang tidak percaya akan perilaku istrinya.
"Tidak. Itu tidak benar sayang. Kau jangan percaya pada bocah sialan ini," ucap Agatha meyakinkan suaminya.
Lalu kembali menatap wajah Darel. "Kau...! Jangan mengarang cerita. Kau sengajakan? Karena kau ingin balas dendam padaku. Ayoo, jawab!" teriak Agatha.
"Tunggu sebentar. Aku akan ambilkan sesuatu!!" seru Darel dan berlalu pergi meninggalkan mereka semua menuju kamarnya.
Tidak butuh lama, Darel pun sudah kembali kembali ke ruang tengah. Dan dengan tidak sopannya, Darel melempar dua map di atas meja dan itu sukses membuat semuanya terkejut.
"Itu Buktinya. Dan silahkan kalian lihat sendiri," ucap Darel.
Arvind dan William yang mengambil map tersebut. Dan mereka benar-benar kaget saat melihat isi dari map tersebut.
"Apa-apaan ini, Agatha. Berani-beraninya kau mengambil uang perusahaan sebanyak 10 miliar!" murka William.
Map yang ada ditangan Arvind dirampas oleh Davian. Sedangkan map yang ada ditangan William dirampas oleh Steven. Lalu Naufal berpindah duduk disampaikan Steven agar dirinya bisa melihat isi map itu.
"Kenapa bibi lakukan ini? Dan untuk apa uang sebanyak itu?" tanya Davian menatap nyalang pada bibinya.
"Kakak. Aku serahkan semua ini pada kalian bertiga. Kalian urus masalah ini. Aku tidak mau kalau sampai Perusahaan yang sudah dibangun oleh kakek hancur bahkan bangkrut."
"Kamu tidak perlu khawatir, Darel! Kami akan segera menanganinya," jawab Davian dan diangguki oleh Steven dan Naufal.
"Brengsek!" Agatha melayangkan tangannya hendak menampar Darel.
SREETT!
Darel berhasil menangkap tangan Agatha dan meremat tangannya kuat sehingga terdengar rintihan kesakitan dari mulut Agatha.
"Aakkkhhhh."
"Darel yang ada di depanmu saat ini bukanlah Darel yang kemarin. Semenjak kecelakaan itu. Aku seperti mendapatkan kekuatan dalam tubuhku sehingga aku bisa melawanmu, Nyonya. Jadi, jangan pernah bermain-main denganku. Apalagi mencoba untuk menyentuhku." Darel menatap tajam Agatha.
Setelah mengatakan hal itu, Darel menghempaskan kuat tangan Agatha.
Para anggota keluarganya saat melihat perubahan dari wajah dan tatapan mata Darel sedikit takut dan juga merinding. Ini adalah pertama kalinya mereka melihat Darel berubah menjadi seperti ini.
Namun, seketika rasa takut mereka hilang dan digantikan dengan rasa kagum dan bangga akan sikap perubahan Darel. Darel berubah menjadi sosok pemuda yang pemberani. Mereka semua tersenyum menatap Darel dan tersenyum mengejek kearah Agatha.
"Dan ada satu lagi untukmu, Nyonya!" seru Darel dengan senyuman manisnya.
"Itu." Darel melemparkan sebuah VCD di atas meja. Bibi tinggal pilih mau nonton disini bersama anggota keluarga yang lainnya atau bibi nonton sendiri di kamar," sindir Darel.
Darel mendekat kearah Agatha, lalu mendekatkan wajahnya telinganya dan membisikkan sesuatu di sana.
"Kalau aku jadi bibi. Aku lebih memilih menonton VCD itu sendirian di kamar, lalu aku akan mengunci kamar itu biar tidak ada orang yang masuk."
Setelah membisikkan sesuatu pada Agatha. Darel pun pergi meninggalkan semua anggota keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 323 Episodes
Comments
Ryo gunawan
lanjut thor
2022-11-22
2