"Loh kok bisa masih datar-datar aja, bukannya loe rajin PDKT sama tuh cewek hampir setiap hari ya?, loe udah nembak tuh cewek belum bro ?," tanya Fadli.
"Belum Fad, gue bingung mulai ngomongnya harus dari mana, nanti kalau gue di tolak gimana?, Gue maunya sih langsung nikah nggak usah pakai pacar-pacaran lagi lah, malu sama umur, udah tua," ucap Wahyu pada sahabatnya.
"Ya elah bro, loe nya nggak nembak-nembak, gimana dia mau tau elu suka sama dia. Lagian cemen amat takut di tolak, itu udah resiko bro. Yang namanya jatuh cinta itu ada dua kemungkinan, cinta di terima atau di tolak, jadi harus siap sakit hati, asal jangan cinta di tolak dukun bertindak aja bro .. hahaha," tutur Fadli sambil tertawa.
"Sial*n loe .. teman lagi susah malah diledek, bantuin mikir atau ngomong sama dia kek," gerutu Wahyu.
"Dih ogah .. elu yang cinta kenapa gue harus ikut pusing, masa harus gue yang ngomong sih!, gue mah bantu do'a aja,”sarkas Fadli.
"Deh elah, meni kagak ada solidaritasnya loe sama temen," dumel Wahyu.
"Ya udah, besok-besok kalau elu ke rumah tuh cewek lagi, elu tembak aja, jangan sia-siakan waktu yang ada, di sambar orang, baru nyesel loe," nasehat Fadli.
"Iya .. iya, nanti kalau gue ke rumahnya lagi, gue coba tembak deh,”balas Wahyu.
"Nah gitu dong bro, elu itu jadi cowok harus gentle. Masa mau nembak cewek aja keder sih,”ledek Fadli pada sahabatnya.
"Siap 86 boss Fadli," sahut Wahyu sambil menempelkan tangannya di samping dahinya seakan-akan sedang memberi hormat pada sahabatnya.
Hari sabtu sore Wahyu datang bertandang ke rumah Wulan, di saat tengah asyik mengobrol dan bersenda gurau, Wahyu mengajukan sebuah pertanyaan pada gadis itu.
"Lan, kamu udah punya pacar belum?”
"Belum, emang kenapa Mas? Pasti Mas Wahyu udah ya?," tanya Wulan.
"Kamu mau nggak nikah sama Mas ?”
"Selama ini sebenarnya Mas menaruh hati sama kamu. Mas cinta sama kamu dan Mas ingin kamu jadi istri Mas. Tapi Mas nggak bisa memberikan pesta pernikahan yang mewah, Mas hanya bisa memberikan pesta pernikahan yang sederhana, yang penting pernikahan kita sah di mata hukum dan agama," ungkap Wahyu pada gadis itu.
"Hah!", mendengar ungkapan perasaan Wahyu, gadis itu terkejut, dia tidak menyangka kalau pria itu menaruh rasa cinta pada dirinya.
Di dalam dasar hatinya dia belum ada rasa sedikit pun terhadap laki-laki itu, tapi selama ini ketika berjalan bersama laki-laki itu, dia merasa nyaman.
Di satu sisi dia ragu untuk menerima pinangan Wahyu, tapi di satu sisi lain dia juga berpikir usianya sudah lebih dari cukup untuk membina sebuah rumah tangga. Walaupun belum ada rasa untuk pria itu, dia yakin rasa cinta dan sayang itu akan datang dengan sendirinya karna terbiasa.
Setelah mempertimbangkan baik-baik, dengan mengucapkan "Bismillah", akhirnya gadis itu menerima pinangan Wahyu.
"Baiklah Mas, aku bersedia menikah denganmu, tapi aku mohon jangan pernah Mas berbuat kasar dan menyakiti hatiku suatu saat nanti. Buat aku, pernikahan itu ibaratnya seperti bermain judi, kita bisa menang ataupun kalah ketika menjalaninya, tapi aku ingin menikah hanya satu kali dalam hidupku," kata Wulan pada Wahyu.
"Alhamdulillah", aku janji akan selalu menyayangimu, Lan. Aku akan berusaha menjadi suami yang baik nanti," janji Wahyu pada Wulan.
"Iya Mas, mudah-mudahan kamu tidak ingkar janji dengan janji kamu,”ucap Wulan.
Tak berapa lama, Wahyu pun pamit pulang dengan perasaan bahagia membuncah di dada, karena ungkapan perasaan hatinya dan lamarannya di terima gadis pujaan hati. Dia akan memberikan kabar baik ini kepada kedua orang tuanya. Dia berjanji akan datang kembali bersama kedua orang tuanya untuk melamar gadis itu secara resmi pada Fatimah, Mamanya Wulan.
Setelah Wahyu pulang, Wulan pun menceritakan kepada Mamanya kalau hari ini dia dilamar Wahyu untuk menjadi istrinya. Mendengar kabar baik itu, Fatimah Mamanya Wulan menyambut dengan bahagia dan merestuinya. Tapi Fatimah juga menyerahkan kembali semua keputusan pada putrinya, karena bagaimanapun putrinya lah yang akan menjalaninya ke depannya nanti. Dia sebagai seorang ibu hanya bisa mendoakan agar putrinya selalu bahagia.
Esok harinya ketika gadis itu masuk kerja, dia bercerita tentang lamaran Wahyu, pada sahabatnya.
"Morning beb .. kemarin sore Mas Wahyu datang ke rumah gue, terus doi tiba-tiba nembak gue dan ngajak gue nikah.”
“Hah .. serius beb?”tanya Kiki dengan terkejut.
“Tiga rius malah beb,”jawab Wulan.
“Ish nih bocah .., gue nanya serius oneng, elu malah bercanda," omel Kiki pada sahabatnya.
“Terus elu jawab apa beb, elu terima nggak lamarannya?," tanya Kiki lagi dengan muka penasaran.
“Ya gue terima beb, cuma gue sendiri masih ragu sama keputusan gue, takut gue ambil keputusan yang salah dan akhirnya menyesal di kemudian hari. Soalnya gue belum ada rasa sama dia, beb," tutur Wulan pada sahabatnya.
“Lah .. terus kalau elu nggak ada rasa cinta sama dia, kenapa elu terima beb ?".
“Ya gue terima karna ibadah aja beb, kan nikah itu ibadah kata pak ustad juga, hehehe .. toh nantinya rasa cinta dan sayang itu akan datang karna terbiasa,”jawab Wulan sambil nyengir kuda.
“Emang sableng sahabat gue yang satu ini, tapi gue salut dengan pemikiran elu menjalani pernikahan karna ibadah. Kalau elu emang udah mantap dengan keputusan elu, gue dukung deh. Gue do'akan semoga dilancarkan semuanya ya beb, jangan lupa undangannya buat kita loh,”ucap Kiki.
“Aamiin .. makasih do'anya ya beb, soal undangan pastilah itu buat my best friend dan teman-teman semua. Kita juga nggak bikin acara pernikahan besar-besaran kok, sederhana aja yang penting sah di mata hukum dan agama,”tutur Wulan.
Dua minggu setelah lamaran Wahyu pada Wulan secara pribadi, pria itu akhirnya datang kembali bersama dengan kedua orang tuanya untuk melamar Wulan pada ibunya, pada minggu pagi.
“Assalamualaikum", salam Wahyu dan keluarganya,
“Waalaikumsalam", jawab ibunya Wulan.
"Eh, Nak Wahyu" Ayo silahkan masuk, silahkan duduk," persilahkan Fatimah mamanya Wulan pada mereka.
“Ada apa nih Wahyu, tumben datang ke rumah rame-rame ?," tanya Fatimah, pura-pura tidak tau maksud kedatangan Wahyu dan kedua orang tuanya.
“Ini Tante, Saya dan keluarga datang ke sini dengan maksud ingin melamar Wulan untuk jadi istri Saya. Saya mencintai anak Tante dan Saya berjanji akan selalu menyayangi dan menjaga Wulan," ucap Wahyu.
“Iya Bu .. perkenalkankan kami orang tuanya Wahyu, nama saya Kusmiati dan ini suami saya namanya Agus Mahendra. Kedatangan kami kemari untuk melamar Nak Wulan untuk menjadi mantu kami, kami berharap lamaran kami di terima,” timpal kedua orang tuanya Wahyu pada Mamanya Wulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments