Bab 19 - Menyusuri Hutan

...⊛⊛⊛...

Satu malam berlalu. Tidak sesuai dugaan, Takashi malah tertidur nyenyak di samping Nana. Saat terbangun, dia menemukan wajah Nana begitu dekat. Gadis itu memandanginya sambil menopang dagu dengan satu tangan.

Takashi langsung duduk. Dia beringsut menjauhi Nana.

"Kau semakin tampan saat tidur. Sekarang memandangimu saat tidur adalah sesuatu yang aku suka," ungkap Nana.

"Sepertinya sakitmu sudah pulih. Kita harus melanjutkan perjalanan." Takashi tak acuh dengan ungkapan Nana. Dia sudah tidak sabar ingin menemui lelaki lain selain dirinya.

Kini Takashi dan tiga gadis kembali melanjutkan perjalanan. Jarak mereka semakin dekat dengan tempat yang dituju.

Seperti tujuan awal, Takashi dan yang lain berjalan melalui hutan. Suasana di sana cukup sepi. Zombie bahkan hampir tidak terlihat.

"Sepertinya hutan tempat yang cukup aman dari zombie," celetuk Sakura sembari melangkah maju mengiringi yang lain. Sekarang mereka sedang menyusuri jalanan setapak.

"Aku cukup merindukan suasana tenang begini. Suara-suara burung cukup menenangkan. Dalam keadaan begini, mungkin burung adalah satu-satunya makhluk yang beruntung. Mereka bisa melarikan diri dan terbang bebas sesuka hati." Sakura kembali berujar. Yuki yang mendengar menoleh dan tersenyum. Sementara Takashi dan Nana terlihat serius menapaki jalanan.

Langkah Takashi terhenti ketika menyaksikan ada mayat yang tergantung di pohon. Bau busuk juga menyeruak jelas. Lalat-lalat tampak mengerumuni mayat itu. Takashi dan yang lain langsung menutup hidung. Mereka juga bergegas melewati lokasi mayat tersebut.

"Aku lupa kalau tempat yang kita lewati adalah hutan bunuh diri. Mayat yang kita lihat tadi bukanlah zombie. Tapi benar-benar mayat yang mati sendiri," cetus Nana memberitahu. Di Jepang sendiri memang ada hutan bunuh diri. Tempat itu sering dijadikan banyak orang untuk melakukan aksi bunuh diri.

Yuki membulatkan mata. Dia berhenti berjalan. "Apa kau bilang? Hutan bunuh diri? Aku rasa bukan ide bagus kalau kita melanjutkan perjalanan. Hutan ini cukup luas dan penuh dengan muslihat. Kata ibuku, roh-roh jahat di sini akan membuat kita tersesat," jelasnya panjang lebar.

Takashi yang mendengar memutar bola mata jengah. Sedangkan Nana dan Sakura terkekeh bersama. Bagaimana tidak? Sekarang mereka berada di tahun 2097. Tahun modern yang kebanyakan manusianya sudah bergantung pada teknologi dan sains, serta melupakan hal-hal berbau takhayul.

"Kenapa kalian tertawa? Aku serius!" Yuki mengerutkan dahi.

"Aku sudah lama tidak bertemu orang yang percaya dengan hal-hal seperti itu. Ayolah, Yuki. Apa kau tidak tahu kalau hutan ini sudah dipangkas oleh pemerintah dalam beberapa tahun terakhir? Setahuku hutan ini sudah tidak cukup luas lagi," ujar Sakura skeptis.

"Tapi tetap saja kita harus berhati-hati. Aku sarankan kita cari jalan lain saja," ucap Yuki.

"Sudahlah, Yuki. Kita sudah berjalan sejauh ini. Lagi pula kalau kau takut, kenapa kau tidak menghentikan sejak awal?" tukas Nana.

"Karena aku tidak tahu kalau ini adalah hutan terangker di Jepang! Kita tidak tahu kalau hutan yang kita lewati sekarang adalah--"

"Bisakah kalian berhenti dan jalan saja? Hari sebentar lagi akan malam. Kita sebaiknya mencari tempat istirahat," sergah Takashi. Dia terlihat berjalan lebih dulu seperti biasa. Takashi mengabaikan peringatan Yuki dan terus melangkah maju.