...⊛⊛⊛...
Takashi bernafas lega ketika para zombie berlari menjauh darinya. Dia lantas keluar dari tempat persembunyian.
Atensi Takashi tertuju ke arah dua gadis yang ada di atap truk tronton besar. Salah satu di antara dua gadis itu tampak terluka dan tidak bisa berjalan. Mereka juga sudah dalam keadaan dikepung oleh zombie.
Takashi mematung sejenak. Dia merasa tidak tega membiarkan dua gadis itu kesulitan. Takashi lantas memindai penglihatan ke sekitar. Ia memeriksa mobil yang dapat dirinya gunakan.
Diam-diam Takashi menghampiri beberapa mobil yang kemungkinan masih berfungsi. Usai memeriksa satu per satu, akhirnya dia menemukan mobil yang dicari. Mobil yang ditemukannya itu kebetulan adalah mobil polisi.
Tanpa berpikir lama, Takashi segera menjalankan mobil. Ia menginjak pedal gas kuat-kuat. Hingga mobil dapat melesat laju menuju dua gadis yang ingin diselamatkan.
Bruk!
Brak!
Takashi sesekali tidak sengaja menabrakkan mobil ke benda-benda yang berserakan di jalan. Mendengar keributan yang dibuatnya, para zombie sontak mengalihkan perhatian ke arah Takashi. Mereka segera berlarian untuk menghampiri.
Karena sudah terlanjur menarik perhatian para zombie, Takashi sekalian menggunakan alat pengeras suara yang kebetulan tersedia di mobil. Dia memberitahukan kepada dua gadis yang ada di atas truk untuk bersiap.
Dua gadis yang ada di atas truk sontak menoleh. Mereka segera bersiap untuk melompat ke atas mobil Takashi.
Ketika Takashi menghentikan mobil, maka saat itulah dua gadis di atas truk melompat secara bergantian. Salah satu dari mereka yang kakinya tengah sakit, harus memaksakan diri. Lagi pula dia tidak akan bisa selamat jika terus diam di satu tempat.
Takashi langsung melajukan mobil. Dia menabrak zombie-zombie yang menghalangi. Hingga keadaan mobilnya dibasahi oleh darah dalam sekejap.
Sementara dua gadis yang ada di atap mobil hanya bisa berpegang erat. Mereka juga tidak berhenti berteriak saat Takashi mengemudi mobil dengan brutal. Terlebih lelaki itu melajukan mobil dalam kecepatan tinggi.
"Pelan-pelan! Kau hampir membuat kami terjatuh!" protes salah satu gadis.
"Maaf! Tapi bertahanlah sampai kita menemukan tempat aman!" sahut Takashi. Dia terus melajukan mobil.
Lima menit berlalu. Namun Takashi masih belum bisa menemukan tempat yang aman dari zombie. Para zombie justru bertambah banyak. Mengingat keadaan malam yang semakin larut.
Gadis yang terluka sudah melemah. Temannya sangat kesulitan memegangi.
"Kita sebaiknya berhenti saja! Temanku sudah tidak kuat menahan lukanya!" pekik salah satu gadis yang sedang berusaha membantu temannya untuk berpegangan.
Takashi hanya diam. Dia lantas fokus menemukan tempat yang tepat untuk berhenti. Sampai dia melihat sebuah gedung mall dengan dinding kaca yang dapat ditembus. Tanpa ba bi bu, Takashi mengarahkan mobilnya masuk ke sana.
Prang!
Dinding mall yang berupa kaca itu pecah berkeping-keping. Takashi banting setir dan menghentikan mobil dalam posisi memiring. Selanjutnya, dia bergegas keluar dan membantu dua gadis yang ada di atap mobil.
Takashi membawa gadis yang terluka dengan menggendongnya ala bridal. Sedangkan gadis yang satunya berlari mengikuti Takashi. Mereka berlindung di salah satu toko furniture. Kemudian tidak lupa menutupi toko tersebut dengan folding gate.
Takashi merebahkan gadis yang terluka ke sebuah ranjang. Dia sigap merobek ujung bajunya. Takashi menggunakan itu untuk menutupi luka sang gadis yang terlihat telah pucat.
"Dia tidak digigit kan?" tanya Takashi.
"Tidak. Dia terluka karena tidak sengaja tersandung kawat besi yang berserakan. Aku juga sempat terluka. Tapi tidak terlalu parah," sahut si gadis berambut panjang. Tanpa sepengetahuan Takashi, dia menatap dari samping. Ia menatap kagum Takashi. Gadis itu juga tidak berhenti memperbaiki rambut serta membersihkan pakaiannya yang kotor.
"Kenalkan, aku Nana. Dan temanku yang terluka ini adalah Yuki. Kami sangat senang bisa bertemu dengan seorang lelaki. Aku dan Yuki sangat terkejut saat melihat kemunculanmu," ungkap Nana sembari memegangi dada. Atensinya tidak teralihkan dari Takashi. Mengingat lelaki tersebut juga memiliki paras yang tampan.
"Terkejut?" Takashi terkekeh. Dia tidak menganggap penuturan Nana serius.
"Ya, itu karena selama ini kami mengira kaum lelaki sudah punah," celetuk gadis yang memandangi Takashi.
"Kau bilang apa?" Takashi menuntut jawaban. Ia berpikir mungkin dirinya salah dengar. Kaum lelaki sudah punah? Itu lelucon paling gila yang pernah didengar Takashi dalam hidupnya.
"Kau tidak tahu?" tanggap Nana.
"Aku bahkan tidak mengerti. Jangan bicara omong kosong. Sebaiknya kita fokus menyembuhkan temanmu ini." Takashi kembali fokus mengobati Yuki.
"Yuki... Namanya Yuki." Nana mendekati Takashi. Berbisik ke telinga hingga sukses membuat Takashi berjengit.
"I-iya. Baiklah. Tapi perlukah kau memberitahunya dengan cara begitu?" tukas Takashi sambil mengusap telinganya berulang kali. Desisan Nana tadi berhasil membuat kupingnya memanas.
Bukannya marah, Nana malah tersenyum. Dia segera menjauh satu langkah dari Takashi.
Takashi mendengus kasar. Mencoba memaklumi sikap aneh Nana. Dia kemudian mengedarkan pandangan ke sekitar. Berharap dapat menemukan sesuatu untuk dimakan.
"Kita harus mencari makanan dan obat. Tapi sepertinya di toko ini tidak akan ada," imbuh Takashi.
"Aku tahu toko obat di mall ini. Seingatku ada di lantai dua," sahut Nana. Ia berjalan ke depan folding gate. Nana mengintip keadaan di luar lewat sana. "Tapi masih ada banyak zombie di luar. Aku sudah lelah berhadapan dengan mereka," sambungnya.
"Apa kau tidak lapar?" tanya Takashi sembari mendekati Nana. Keduanya berdiri bersebelahan.
"Tidak. Aku dan Yuki baru saja makan dua jam lalu. Apa kau lapar? Kebetulan kami membawa banyak makanan," ujar Nana. Dia bergegas mengambil ransel. Lalu mengeluarkan beberapa bungkus makanan dari sana.
"Sial! Kenapa kau tidak bilang dari tadi," imbuh Takashi. Dia langsung mengambil salah satu makanan. Yaitu sebungkus ramen instan. Takashi langsung memakannya tanpa harus dimasak terlebih dahulu.
"Kau yang tidak bilang dari awal," balas Nana seraya terkekeh. Dia kembali menatap lekat Takashi. Dalam keadaan posisi menopang dagu dengan satu tangan. "Kau tampan," pujinya.
Takashi mengerutkan dahi karena heran. Dia merasa sejak tadi Nana terus berusaha merayunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Hongshi 🍦🎀
hmmm
2023-12-20
0
MATADEWA
Lanjut....
2023-08-04
1
Crow.
ada bapaku dong toettoeett
2023-04-23
2