Elvano duduk di sofa yang sudah disediakan karena memang disanalah tempat biasa Elvano berkumpul dengan teman-temannya.
Duduk di sofa tunggal, dan dikiri kanannya terdapat dua orang wanita cantik dan seksi yang memang sengaja di sediakan untuk menemani para pria dan sekedar menuangkan minuman.
Teman-temannya asik berbincang membicarakan berbagai macam topik, dari masalah perusahaan sampai wanita yang sudah berhasil mereka tiduri, namun tidak dengan Elvano yang seakan tidak tertarik dengan perbincangan sampah seperti itu.
''El, apa kau tidak tertarik dengan wanita seksi itu?'' tanya Erik yang juga merupakan mafia di gengnya.
Elvano hanya diam dengan tatapan tajam ke arahnya dan Erik pun diam karena mengerti keadaan suasana hati Elvano yang sepertinya sedang tidak baik.
''Elvano mana tertarik dengan wanita,'' timpal yang lain dan di susul gelak tawa oleh teman lainnya, Erik yang sudah mengenal Elvano sejak lama, hanya bisa menelan ludah dengan susah payah.
''Ya benar, dan kalian apa sudah dengar. Elvano sedang mencari wanita yang ada di mimpinya, sungguh konyol bukan?!'' ucap yang lainnya lagi, entah dia belum mengenal Elvano seperti apa atau memang karena pengaruh alkohol yang membuatnya hilang akal karena sudah menyinggung perasaan Elvano.
Erik melirik ke arah Elvano yang sudah mengepalkan tangannya, dan terlihat rahangnya pun menegang dengan tatapannya yang tajam ke arah teman gengnya itu.
'Satu, dua, tiga,' gumam Erik dan...
Brugh' Elvano menendang pria itu dengan sangat kerasnya sehingga dia pun terpental jauh dari tempat duduknya.
Tidak sampai disitu, Elvano terus menghajarnya dengan sangat beringas, tanpa ampun sedikit pun dan tidak memberikan kesempatan untuk orang yang sudah berani menyinggungnya itu bernafas dan sekedar menghindar dari amukannya.
Bugh' Bugh' Bugh'
Tidak ada yang berani memisahkan mereka, walaupun keadaan sudah sangat kacau seperti itu. Wanita yang ikut duduk dengan para pria disanapun sudah menyingkir karena merasa takut.
''Rik, Boni bisa mati kalau seperti itu caranya,'' ucap Dion yang merasa tidak tega dengan keadaan pria yang bernama Boni yang sudah lemas di bawah lantai namun masih juga menjadi samsak oleh Elvano.
''Itu sudah menjadi resiko. Dan pelajaran untuk kalian, jangan pernah mengatakan apapun yang membuat dia tersinggung!'' ucap Erik yang akhirnya bangun juga dari duduknya dan menghampiri Elvano yang masih menduduki tubuh Boni dan menghajarnya tanpa henti.
''El, sudah. Dia bisa mati.'' Erik menepuk pundak Elvano dan menariknya dengan hati-hati karena dia juga tidak mau menjadi sasaran amukan Elvano.
''Sial! Urus dia. Pastikan bajingan ini tidak pernah muncul lagi di hadapan ku!'' Masih dengan amarahnya, Elvano pun pergi dari sana meninggalkan kekacauan yang dibuatnya.
Beberapa teman ikut membantu Boni agar bisa mendapatkan penanganan segera karena keadaannya sudah sangat parah. Pecah disudut bibirnya bahkan ada gigi yang sudah terlepas dari tempatnya. Pipi yang sudah membiru karena lebam dan darah yang sudah keluar dari telinga juga hidungnya.
***
Di desa bumi bakti.
Alisha yang baru saja selesai memasak harus mendengarkan perdebatan kedua orang tuanya lagi. Seperti lalapan setiap hari, Alisha sudah sangat terbiasa.
Memasak masih dengan menggunakan tungku, yang harus terus meniup apinya menggunakan bambu, sehingga membuat wajah manis Alisha nampak kotor namun tidak menyembunyikan kecantikan alaminya.
Prankkkk...
Suara bising itu terdengar dari arah kamar tidur sang ayah dan ibu Alisha, tepat di jam dimana orang-orang pada umumnya sedang beristirahat karena lelah dari ladang-ladang mereka. Namun tidak dengan kedua paru baya itu.
Perdebatan keduanya membuat gadis 17 tahun itu hanya bisa mengusap dadanya, dengan berjalan perlahan Alisha menuju kamar orang tuanya karena merasa penasaran kali ini apa yang membuat mereka berdebat di tengah hari saat itu.
Alisha hanya dapat melihat dan mendengar di balik pintu rapuh yang bahkan sudah tidak dapat menutup dengan benar.
"Kapan kau akan berubah, Dirman!!" Teriak sang ibu.
"Jangan banyak mulut kau perempuan tua, aku mau kau beri aku uang sekarang!!" balasnya.
"Tidak, aku tidak akan memberikan kau uang sepeserpun!"
"Ooh, apa kau yakin tidak akan memberikan ku uang? kalau begitu gadis itu akan ku jual pada juragan Broto," ucapnya dengan lantang dan membuat Alisha terkejut.
"Kau ingin menjualnya? Tidak akan ku biarkan!" tantang sang ibu dan membuat harapan Alisha sedikit muncul.
"Kenapa, lagipula dia bukan anak kita."
Balm...
Ucapan sang ayah membuat Alisha terperanjat tidak percaya. Mulutnya terbuka lebar dengan di barengi air yang mengalir tanpa permisi dari pelupuk matanya.
Kebenaran apa ini, Tuhan?
Alisha luruh kebawah, dadanya terasa sebah,kakinya gemetar. Apa telinga dia tidak salah mendengar? tapi ucapan itu terdengar sangat jelas.
Dengan memundurkan langkahnya perlahan, Alisha keluar dari rumah reyot itu dan berlarian menuju rumah dimana adik dari sang ibu yang sering dia panggil Bibi Maryana itu berada. mengetuk dengan tangan gemetarnya sang bibi pun membuka pintu dan terkejut melihat Alisha, anak dari kakaknya yang dia sendiri tahu kalau Alisha bukan anak kandung dari mereka.
"Alis, kamu kenapa?" tanyanya dengan khawatir karena melihat Alisha yang menangis.
"Bibi, aku ingin tanya satu hal, tapi bibi harus jawab dengan jujur," ucapnya.
"Masuklah dulu," Alisha pun di bawa masuk oleh Maryana. "Kamu ingin tanya apa, Alis?" Tanyanya lagi
"Sebenarnya aku anak siapa?" Tanya Alisha dengan gemetar, lalu diapun menceritakan perdebatan orangtuanya yang di dengar nya sewaktu di rumahnya.
Tanpa mengelak sang bibi pun hanya terdiam dengan rasa kasihan terhadap gadis malang itu, ia sudah menebak akan timbul pertanyaan itu dari bibir mungil gadis yang sudah di anggapnya sebagai keponakannya itu.
"Ya kau memang bukan anak mereka melainkan anak yang di temui mereka tepat 17 tahun lalu di alun-alun kota dimana waktu itu ada acara semarak desa, pada waktu itu mereka sangat senang karena menemukan anak tapi siapa sangka kalau mereka akan bersikap buruk pada dirimu."
Dunianya seakan hancur, orang tua yang sejak dulu ia sayangi ternyata bukan orang tua kandungnya. Dan jika mengingat perlakuan mereka terhadapnya semua bisa ia mengerti.
Alisha pun menceritakan kalau Darman akan menjualnya pada juragan Broto, dan sang bibi tidak tinggal diam. Maryam menyuruh Alisha untuk segera pergi dari desa itu dengan dibekalkan uang dan baju-baju anaknya untuk Alisha bawa pergi.
''Hati-hati nak. Bila perlu jangan pernah kembali kesini lagi. Dan jika Kamu merindukan mu, kami yang akan kesana.'' Alisha mengangguk dan berpamitan pergi pada Maryam dan suaminya.
Di kota besar, disinilah Alisha berada. Turun dari bis yang berasal dari terminal di desanya, Alisha menginjakkan kakinya di sebuah halte yang dia sendiri tidak tahu dimana saat ini dia berada.
Hanya dengan berbekal alamat panti asuhan yang diberikan Maryam, karena di sanalah kakak Maryam dan ibu angkat Alisha tinggal, ya beliau adalah pemiliknya.
Penampilan yang kuyul, Alisha berjalan terus sembari melihat-lihat nama jalan yang tertera pada plang, beberapa pengendara sudah menawarkan Alisha tumpangan namun dengan tegas ia menolaknya.
Dan saat Alisha akan menyebrangi jalan, sebuah mobil hampir saja menabraknya sehingga bunyi decitan rem pun memekikkan telinga.
Alisha sudah menutup matanya, karena dia kira mobil itu benar-benar menabraknya.
Pemilik mobil itu sudah siap untuk turun karena kesal dengan kecerobohan Alisha yang menyebrang jalan dengan sembarangan.
Tapi saat melihat wajah cantik Alisha juga melihat rok Alisha yang tersingkap, seketika seseorang itu bersikap lembut.
''Nona manis, apa kau baik-baik saja?''
''Maafkan saya, Tuan.''
''Tidak apa-apa, sepertinya kamus sedang kesulitan, apa bisa ku bantu?''
''Ini Tuan, saya sedang mencari alamat ini,'' ucap Alisha menunjukan goresan pena yang di tulis oleh Maryam.
''Oh alamat ini, masih jauh dari sini. Lebih baik kamu ikut aku, aku akan mengatakan kamu.'' Tanpa permisi tangan Alisha ditarik untuk ikut dengannya.
Namun Alisha bukanlah wanita yang mudah di bodohi, ia merasa sikap pria itu terasa aneh dan mencurigakan. Alisha melepaskan tangan pria itu dengan cepat seraya berkata, ''Maaf, tidak perlu. Saya bisa sendiri.''
Alisha berlalu begitu saja tapi pria itu malah mengejarnya dan terus menarik tangannya. Ia tidak menyangka kalau ternyata di kota seperti ini tidaklah aman untuk gadis yang berjalan seorang diri dan terbukti saat ini.
Alisha terus memberontak bahkan beberapa kali dia juga berhasil lepas tapi, tetap saja postur tubuh Alisha bukanlah tandingannya karena pria itu memiliki tubuh yang besar. Alisha bingung juga takut, di jalanan itu hanya ada mereka saja, tidak seorang pun yang lewat.
Apa Alisha harus pasrah? tidak! dia terus saja berkontak.
''Lepas! Tolong!!'' teriak Alisha yang dia tahu itu hanyalah sia-sia.
Sebuah mobil melintas, namun seakan acuh dengan tindakan kriminal yang dilakukan oleh seorang pria pada seorang gadis belia.
Tapi matanya tidak sengaja melihat wajah panik Alisha dari balik kaca spionnya. Seketika ia menghentikan mobilnya.
''Gadis itu?'' gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Noh ketemu ama babang Vano..
2024-06-28
1
Sandisalbiah
poor Alisha..
2023-12-24
0
inayah machmud
masih menyimak alur cerita nya. ..
2023-07-23
0