Belum juga pertanyaan Kanaya dijawab oleh Qila, Fedrik sudah terlebih dahulu berkata, “Bagus. Semuanya sudah berkumpul. Sekarang aku bertanya pada kalian berdua, apakah kalian berdua mengenali sketsa ini?”
Kanaya pun langsung menengok ke arah Qila dan menceletuk, “Kenapa gambar yang aku buat kemarin bisa sampai ada di sini?”
Mendengar celetukan Kanaya, wanita yang merasa kalau itu juga miliknya berkata, “Siapa yang bilang kalau gambar ini kamu yang buat?”
“Eh?!” Sahut spontan Kanaya saat mendengar ucapan wanita itu.
Sementara itu, Fedrik yang mendengar ucapan ke duanya ini pun berkata, “Sudah sudah. Kalau kalian berdua merasa mengenal dan juga merasa memiliki gambar sketsa ini, bagaimana kalau kita coba buat model lain?”
Kanaya dan Qila pun sama-sama spontan langsung saling menatap satu sama lainnya. Mereka bingung kenapa bisa jadi seperti ini.
“Baik. Kita mulai aja ya,” ucap Fedrik yang langsung memerintahkan Difan untuk mempersiapkan semuanya.
Setelah beberapa saat kemudian, persiapan pun telah selesai dan mereka berdua di persilakan untuk memulai membuat sketsa.
Kanaya yang masih belum mengerti sepenuhnya tentang apa yang sudah terjadi ini pun hanya bisa mengikuti perintah atasan.
Dengan santai dia pun menggores-goreskan pensilnya di atas kertas. Sedang untuk wanita yang telah ikut mengakui gambar sketsa itu pun dengan wajah penuh semangat.
Hingga beberapa saat kemudian, akhirnya masing-masing dari mereka pun telah menyelesaikan sketsanya dan seperti biasa, Kanaya selalu saja memberikan tambahan pada sketsanya dengan huruf K.
Kini hasil desain mereka pun sedang di lihat oleh Fedrik. Tampak terlihat sekilas kalau dari ke dua gambar desain tersebut memiliki keunikan tersendiri.
Namun bukan itu sekarang yang menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah diantara mereka berdua, siapa sebenarnya yang memiliki gambar sketsa sebelumnya.
Setelah beberapa saat mengamati, Fedrik pun akhirnya menemukan jawabannya.
“Ehm. Ok. Siapa namamu?” tanya ke wanita yang mengaku-ngaku tersebut.
“Aku, Kesya Pak,” sahut wanita tersebut yang ternyata bernama Kesya.
“Oh kamu Kesya. Lalu kalau kamu siapa?” tanya Fedrik menatap lekat Kanaya.
“Kanaya Pak,” sahut Kanaya.
“Oh. Kanaya ya?!...” ucap Fedrik, “Ok. Aku perhatiin di sketsamu ini ada simbol huruf K. Apa setiap kali kamu menggambar, kamu pasti memberikan simbol K seperti ini?”
Kanaya pun mengangguk dan Fedrik pun kembali bertanya, “Kenapa? Apakah K ini adalah perwakilan inisial namamu?”
Kanaya pun mengangguk.
“Kenapa gak langsung pakai namamu saja?” tanya Fedrik pagi.
Kanaya pun terdiam sejenak dan kemudian berkata, “Supaya lebih unik aja, Pak dan lebih berkesan seperti misterius gitu.”
Mendengar penjelasan Kanaya, Fedrik pun mengangguk-angguk.
“Ok. Sekarang aku tahu siapa pemilik sebenarnya dari gambar sketsa ini,” ucap Fedrik sambil tersenyum ke arah ke duanya.
“Baik, gak perlu banyak basa-basi lagi. Sekarang aku mau tanya pada Kesya, kenapa kamu memiliki keberanian untuk mengaku-ngaku desain milik orang lain?” tanya Fedrik dengan wajah serius.
“Gak, Pak. Itu benar-benar desain milik saya,” ucap Kesya membantah ucapan Fedrik.
“Benarkah?! Lalu kenapa di desainmu yang sekarang, tidak ada simbol sama sekali?” tanya Fedrik.
“Simbol?! Aku memang terbiasa tidak menggunakan simbol, Pak. Apa ada yang salah dengan hal itu?” tanya Kesya.
Tanpa banyak bicara, Fedrik pun langsung menyuruh Kesya melihat dengan seksama di mana letak perbedaan antara gambarnya sendiri dengan gambar yang dia aku-aku tadi.
Setelah beberapa saat kemudian, Kesya pun akhirnya tidak bisa berkata apa-apa dan ini disadari oleh Fedrik.
“Bagaimana? Apa kamu sudah mengetahui di mana letak perbedaannya?” tanya Fedrik, namun tidak di jawab oleh Kesya.
“Ya sudah. Kamu boleh ambil gaji terakhirmu sekarang,” ucap Fedrik dingin.
Kesya yang mendengar ucapan Fedrik ini pun dengan spontan berkata, “Jangan, Pak. Nanti keluarga saya mau makan apa.”
‘Deg’
Kanaya yang mendengar ini pun hatinya tiba-tiba saja terenyuh dan dengan spontan dia pun berkata, “Pak, tolong maafkan lha dia.”
“Memaafkannya?!...” ucap Fedrik, “Apa kamu ini bodoh, hah? Jika hari ini orang semacam ini dibiarkan di perusahaan, maka akan berapa banyak lagi orang yang akan melakukan kecurangan seperti ini!”
Fedrik pun dengan tiba-tiba menjadi sangat emosi sekali. Sedangkan untuk semua orang yang ada di sana hanya bisa menunduk takut.
“Sudah. Kamu bisa tetap bekerja di sini tapi ada hal yang harus kamu ingat. Jika sekali lagi hal seperti ini terjadi lagi, maka detik itu juga kamu angkat kaki dari perusahaan ini dengan tanpa uang sepeser pun yang akan kamu terima. Mengerti?” ucap Fedrik dengan nada membentak.
“..., dan untuk kamu Kanaya. Kamu tetap di sini sampai saya perbolehkan kamu pergi. Kalian semua boleh keluar sekarang,” ucap Fedrik sambil memencet pelipis matanya.
Mendapatkan perintah seperti itu, mereka semua pun keluar dan meninggalkan Kanaya berdua dengan Fedrik.
Fedrik pun menatap lekat-lekat wanita yang ada di hadapannya itu sehingga membuat Kanaya menjadi tidak nyaman.
“Kamu,...” ucap Fedrik pada akhirnya, “kamu kenapa main ubah sketsa yang ada di atas mejaku, hah?!”
“Mengubah sketsa? Kapan aku mengubah sketsa?” batin Kanaya.
“Kok diam?” tanya Fedrik.
“Ma—maaf, Pak. Maksud Bapak mengubah sketsa yang mana ya?” tanya Kanaya.
Tanpa banyak bicara, Fedrik pun langsung mengeluarkan sebuah gambar dan kemudian ditunjukkan kepada Kanaya.
Saat Kanaya melihat gambar tersebut, dia akhirnya sadar. Namun saat itu, dia pikir banyak sekali coretan di sana-sini berarti gambar tersebut sudah tidak di pakai.
“Gimana? Sudah ingat?” tanya Fedrik.
“Hum. Aku sudah ingat. Tapi saat itu aku berpikir kalau gambar ini sudah tidak terpakai. Jadinya aku mencoba untuk iseng memperbaikinya saja,...” jelas Kanaya, “Apa itu salah?”
Fedrik pun terdiam mendengarkan penjelasan Kanaya. Memang benar kalau tadinya itu akan jadi sebuah karya desain yang tidak bisa di pakai, namun dia tidak menyangka kalau wanita yang ada di hadapannya itu bisa memperbaikinya.
“Salah dan kamu seharusnya mendapatkan hukuman,” ucap Fedrik.
Mendengar ucapan Fedrik, mendadak Kanaya pun tidak terima. Dia langsung protes dengan berkata, “Salah di mananya coba?! Kalau emang gambar itu masih di pakai, seharusnya kan tidak di buntal seperti akan di buang?”
'Deg'
Baru kali ini ada seseorang yang berani membantah ucapannya.
“Salah ya salah. Ini kantorku dan ini ruanganku. Suka-suka aku lha mau di apakan semua barang-barang yang ada di sini dan kamu sudah seenaknya mengubah sketsa tersebut. Pokoknya kamu harus dihukum,” ucap kekeh Fedrik.
“Gak mau. Aku gak salah,” ucap Kanaya yang tidak kalah kekehnya dengan Fedrik.
“Oh begitu?...” ucap Fedrik yang kemudian melangkahkan kakinya mendekati Kanaya, “baik. Kalau begitu gajimu akan tetap aku potong setengah sebagai gantinya tidak mau menerima hukuman. Gimana?”
“Apa!?” ucap spontan Kanaya sambil menengok ke arah Fedrik yang kala itu wajahnya sudah sangat dekat sekali dengan Kanaya membuat mereka pun akhirnya saling tatap tanpa bicara.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments