Sementara itu, Fedrik yang baru saja duduk di bangkunya itu tiba-tiba saja di kejutkan oleh sesuatu yang ada di atas mejanya.
“Kenapa bisa berubah begini?”
Fedrik pun terus menerus melihat ke arah tersebut. Dia yakin sekali kalau sketsa yang sempat buntu di otaknya itu tiba-tiba saja berubah dengan tampilan yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya.
“Sebenarnya siapa yang telah mengubahnya?” Gumam Fedrik.
Dan di saat yang bersamaan, Difan pun datang dengan membawa beberapa lembar hasil desain.
“Ini Bos. Desain yang telah terkumpul,” ucap Difan sambil menyodorkan kertas-kertas tersebut.
Fedrik pun langsung menerimanya dan melihatnya.
Namun di saat yang bersamaan, Difan melihat ke arah sebuah sketsa yang berada di atas meja kerja Fedrik.
“Bos, sketsa itu?” tanya Difan.
“Oh ini. Kenapa memangnya dengan sketsa ini?” tanya Fedrik.
“Terlihat sangat unik, Bos. Apakah ini hasil rancanganmu?” tanya Difan.
Fedrik pun menggeleng lalu berkata, “Tadinya ini hasil sketsa punyaku yang buntu di tengah jalan. Tapi tiba-tiba saja barusan sketsa ini jadi berubah seperti ini.”
“Kok bisa, Bos? Siapa yang sudah berani mengubah seenaknya begini?” tanya Difan.
Fedrik pun mengangkat ke dua bahunya sambil fokus melihat-lihat hasil desain yang telah terkumpul.
Setelah beberapa saat kemudian, lagi dan lagi, Fedrik pun melemparkan semua kertas tersebut ke atas meja kerjanya dan ini terlihat oleh Difan.
“Kenapa Bos? Gak ada yang srek lagi kah?” tanya Difan dan Fedrik pun menggelengkan kepalanya.
“Ya sudah. Kita lihat saja dalam waktu satu Minggu ini apakah ada salah satu desain yang menarik,...” ucap Fedrik, “sudah. Kamu kembali lah bekerja.”
“Baiklah, Bos. Nanti jika Bos membutuhkan sesuatu, Bos cari aku aja,” ucap Difan.
“Hum,” sahut singkat Fedrik.
Sesaat setelah Difan pergi, Fedrik pun lagi-lagi tanpa sadar matanya melihat ke arah desain yang telah diubah oleh seseorang di atas meja kerjanya itu.
Sementara itu di tempat lain...
“Kan, lo lagi ngapain?” tanya Ciko yang langsung mencelinguk ke arah yang sedang dikerjakan oleh Kanaya.
Setelah mengetahui apa yang sedang di kerjakan oleh Kanaya, spontan Ciko pun berkata, “Wah. Bagus sekali gambarnya. Gue sama sekali gak nyangka kalau lo pinter buat gambar beginian, Kan.”
Di saat yang bersamaan, Qila pun datang melihat dan langsung melihatnya juga.
“Wah, Kan. Bagus gambar lo. Kenapa gak coba lo kumpulin aja. Siapa tahu aja lo bisa terpilih jadi Asistennya Bos besar,” ucap Qila serius.
“Dih ogah,” sahut spontan Kanaya sambil masih tetap mencorat-coret kertas gambarnya dan kemudian memberikan lambang huruf ‘K' pada pojok kanan bawah.
Qila yang melihat Kanaya menuliskan huruf 'K' ini pun akhirnya bertanya, “Itu huruf 'K' apaan Kan?”
“K itu inisial namaku lha,” sahut Kanaya.
“Oh iya ya. Tapi kenapa gak langsung kasih nama Kanaya aja gitu. Kenapa cuma huruf K nya aja yang ditulis?” tanya Qila.
Kanaya pun menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Gak ah. Mending begini. Kan jadinya misterius gitu.”
“Tapi kalau tiba-tiba ada yang mengaku-ngaku gimana?” tanya Qila.
“Biarin aja. Siapa juga yang mau ngakuin gambar jelek begini,...” ucap Kanaya santai yang membuat Qila dan Ciko pun saling menatap, “lagi pula kan ada kalian yang sebagai saksinya kalau emang aku yang buat. Ya kan?”
Setelah mengatakan hal itu, Kanaya pun melihat ke arah teman-temannya itu sambil tersenyum.
Setelah selesai menggambar, Kanaya meletakkannya begitu saja di atas meja dan menganggap kalau apa yang dia gambar hanya sebagai pengisi waktu luang saja.
***
Keesokan harinya, seperti biasa Fedrik selalu melihat lembar desain yang telah terkumpul di hari sebelumnya.
Saat dia melihat satu persatu, matanya terhenti pada sebuah desain yang sangat menarik perhatiannya.
Difan yang melihat ekspresi wajah Fedrik seperti ini pun bertanya, “Bos, apa ada desain yang menarik perhatianmu?”
“Hum. Ini lihatlah,” ucap Fedrik yang menunjukkan sebuah gambar.
“Ini?!” ucap Difan yang tercengang saat melihat gambar tersebut.
“Dilihat dari cara goresan saat dia menggambar, sangat mirip dengan goresan orang yang telah mengubah sketsaku tempo hari. Ya kan?!” ucap Fedrik sambil mengeluarkan gambar sketsa yang kemarin.
Mendengar ucapan Fedrik, Difan pun lantas langsung melihat dan membandingkannya.
“Iya. Bos benar,” ucap Difan.
“Fan, tolong kamu cari tahu siapa dia dan bawa dia untuk ketemu denganku sekarang,” perintah Fedrik.
“Baik Bos,” ucap Difan yang segera pergi.
Sesaat setelah Difan pergi, Qila pun masuk dengan membawakan secangkir kopi susu hangat yang sebelumnya telah di pesan oleh Fedrik.
“Pak, ini kopi susunya,” ucap Qila yang meletakkannya di atas meja Fedrik.
Saat meletakkan cangkir kopi susu tersebut, tidak sengaja Qila melihat gambar yang telah di buat oleh Kanaya dan kemudian menceletuk, “Dasar Kanaya. Katanya gak mau ikut ngumpulin gambarnya, eh sekarang malah udah ada di sini.”
Fedrik yang mendengar celetukan Kanaya ini pun langsung bertanya, “Kamu tahu siapa yang sudah membuat ini?”
Qila pun mengangguk lalu kemudian berkata, “Bukan hanya tahu. Tapi saya juga melihatnya saat dia membuat gambar ini.”
“Benarkah?” tanya Fedrik antara percaya dan gak percaya.
“Hum. Beneran, Pak. Bukan hanya saya yang melihatnya, ada teman saya satu lagi yang juga ikut melihat saat dia menggambar ini,” jelas Qila.
Fedrik yang mendengar ini pun semakin terasa tertarik lalu dengan segera meminta agar Qila membawa orang tersebut untuk bertemu dengannya.
Dengan segera, Qila pun langsung mencari Kanaya.
Sementara Qila mencari Kanaya, Difan pun datang dengan membawa seorang wanita.
“Bos, aku sudah bawa orang yang telah menggambar sketsa itu,” ucap Difan.
Fedrik yang dari awal sudah memperhatikan mereka dari mulai masuk ruangannya itu pun berkata, “Baik. Tapi aku masih harus menunggu satu orang lagi.”
“Maksudnya?” tanya Difan tapi tidak dijawab oleh Fedrik.
Sementara itu di tempat yang berbeda, Qila yang sudah menemukan Kanaya pun langsung menarik tangannya tanpa menjelaskan apa-apa pada Kanaya.
Sedangkan Kanaya yang ditarik tangannya itu pun dengan nada berteriak dia pun bertanya, “Qil, lo mau bawa gue ke mana?”
“Udah ikut aja dulu,” sahut Qila yang semakin membuat Kanaya tanda tanya.
Sesaat setelah ditarik seperti itu, tibalah mereka berdua di depan ruangan Fedrik.
'Tok.. tok.. tok..’
“Permisi Pak,” ucap Qila.
“Masuk,” sahut Fedrik yang kemudian Qila pun masuk sambil masih menarik tangan Qila.
Saat setelah masuk ke dalam ruangan, Kanaya pun berbisik, “Qil, lo ngapain bawa gue ke sini hah?”
Belum juga pertanyaan Kanaya dijawab oleh Qila, Fedrik sudah terlebih dahulu berkata, “Bagus. Semuanya sudah berkumpul. Sekarang aku bertanya pada kalian berdua, apakah kalian berdua mengenali sketsa ini?”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments