Kenapa bisa?

Masih dengan rasa takut, Kanaya pun memberanikan diri mengangkat kepalanya dan ketika tatapan mata mereka saling bertemu...

‘Deg..’

Baik Kanaya maupun Fedrik, mereka berdua sama-sama saling terdiam terpaku. Hingga kemudian dia disadarkan oleh suara dering telepon di meja kantor Fedrik.

“Halo,” sapa Fedrik saat mengangkat telepon.

Di saat yang bersamaan, Kanaya yang merasa takut ini pun langsung kabur begitu saja saat Fedrik fokus dengan panggilan teleponnya.

“Hadeuh... Selamat selamat selamat.. untung saja,” ucap Kanaya saat sampai di Pantry sambil mengelus dada dan langsung mengambil segelas air minum.

Dan di saat yang bersamaan, Fedrik yang telah selesai menerima panggilan telepon ini pun akhirnya tersadar.

“Mana wanita tadi?” gumamnya saat mendapati Kanaya tidak ada di hadapannya.

***

Di Pantry..

Kanaya yang masih menata detak jantungnya yang takut itu pun mencoba tenang dan menarik nafas dalam-dalam.

“Lo kenapa Kan?” tanya Qila yang baru saja datang setelah selesai mengerjakan pekerjaan bagiannya.

Kanaya pun menggeleng-gelengkan kepalanya lalu berkata, “Gue tadi kepergok ma Pak Bos, Qil.”

Qila yang saat itu sedang minum ini pun tiba-tiba tersedak mendengar ucapan Kanaya.

“Lo serius? Kok bisa sih? Terus terus si Bos besar marah gak?” tanya Qila serius.

Kanaya menggelengkan kepalanya lalu menyahut, “Kami berdua sama-sama diam, Qil.”

“Diam?! Maksud lo itu kalian berdua sama-sama gak ada ucapan apa-apa gitu?” tanya Qila memastikan dan Kanaya pun mengangguk.

“Eh? Lha terus gimana ceritanya lo bisa ada di sini sekarang?” tanya Qila heran sekaligus bingung.

Tanpa basa-basi, Kanaya pun langsung menyahut, “Ya gue langsung kabur gitu aja waktu dia terima telepon tadi?”

“Apa?” teriak Qila.

Dan di saat yang bersamaan dalam ruangan Fedrik...

'Tok tok tok'

“Bos, ini sketsa yang kita terima dari beberapa orang yang berniat bergabung barsama kita,” ucap Hani, sekretaris Fedrik.

“Letakkan saja di sana,” perintah Fedrik.

Mendengar perintah seperti itu dari Fedrik, Hani pun dengan segera langsung meletakkan beberapa lembar desain di atas meja kerja Fedrik dan kemudian pergi.

Sesaat setelah Hani pergi, Fedrik pun langsung melihat ke arah beberapa lembar kertas desain tadi.

Namun saat setelah melihat semua desain tersebut, tidak ada satu pun yang mampu membuatnya tertarik.

Di lemparnya kembali semua kertas tersebut ke atas meja dan dipegangnya keningnya dengan menggunakan kedua tangannya.

Sementara itu, Difan yang baru saja masuk dan melihat Fedrik seperti itu pun akhirnya bertanya, “Bos, masih belum juga nemuin ya?”

Fedrik pun menggelengkan kepalanya.

“Lalu kita harus bagaimana dengan lomba yang sudah terlanjur kita daftar itu?” tanya Difan.

Ferdrik pun langsung berdiri dan kemudian berkata pada Difan agar membuat pengumuman yang berisi tentang siapa saja yang dapat membuat desain dengan hasil terbaik dan terpilih diikutkan lomba oleh perusahaan, maka akan diberi kesempatan untuk menjadi asisten desain dirinya dan waktu yang di berikan satu Minggu dari pengumuman ini dibuat.

Mendapatkan perintah tersebut, Difan pun langsung bergegas melaksanakannya.

Sementara itu, Fedrik yang kini hanya tinggal sendirian di dalam kantornya itu pun melihat sebentar ke arah luar kantornya melalui jendela.

Di sana banyak orang yang dengan semangat merancang dan juga membuat rancangan itu menjadi nyata.

Sedangkan dirinya saat ini, entah mengapa terasa sangat putus asa sekali.

***

Jam pulang kantor pun tiba, Kanaya dan kedua temannya memutuskan untuk pergi mampir ke sebuah kafe yang terbilang semua harga yang ada di kafe tersebut cukup terjangkau oleh kantong mereka bertiga.

Kanaya yang berpakaian sangat sederhana namun terlihat cantik dan elegan ini membuat orang yang melihatnya tidak akan sadar kalau dia adalah seorang Office Girl.

“Hei, Kan. Lo mau pesen apa?” tanya Qila.

“Gue pesen kayak biasanya aja, Qil,” sahut Kanaya yang hanya memesan secangkir kopi susu.

“Kalau lo, Cik. Lo mau pesen apa?” tanya Qila.

“Gue teh manis hangat aja, Qil. Soalnya perut gue lagi gak enak,” ucap Ciko.

“Oh. Ok. Gue pesenin dulu kalau begitu,” ucap Qila yang langsung pergi.

Sesaat setelah Qila pergi memesan, Ciko pun langsung pamit ingin pergi ke toilet sebentar dan kini tinggallah Kanaya sendirian di sana.

Sementara itu di saat yang bersamaan, tampak terlihat Fedrik sedang bersama seorang gadis sedang makan malam bersama.

Saat itu, Fedrik terlihat sangat-sangat tidak nyaman dengan gadis tersebut.

“Livia, lebih baik setelah ini kita tidak usah bertemu lagi,” ucap Fedrik tiba-tiba.

“Kenapa, Fed? Bukannya kita sebentar lagi akan bertunangan?!” ucap Livia.

“Maaf. Tapi aku akan segera membatalkannya. Karena ada gadis lain yang aku sukai,” ucap Fedrik asal bicara namun matanya menangkap seorang sosok wanita yang penampilannya sungguh menarik perhatiannya.

“Apa?! Gak bisa begitu, Fed. Perjodohan ini yang menentukan orang tua. Kita gak bisa begitu saja membatalkannya,” ucap Livia.

“Aku gak peduli akan hal itu,” ucap Fedrik yang kemudian berdiri dan kemudian pergi.

Namun sebelum dia benar-benar pergi, dia mengambil sekilas foto wanita yang menarik perhatiannya itu.

Sementara itu, Livia yang ditinggalkan begitu saja oleh Fedrik ini pun tampak sangat kesal sekali.

Dia benar-benar tidak bisa terima dengan apa yang barusan dia dengar dari Fedrik.

“Fed, kita lihat saja. Aku akan membuatmu benar-benar menjadi milikku seorang,” gumam Livia dengan nada penuh penekanan.

Sementara itu, Qila yang telah selesai memesan makanan pun kembali dan bertanya, “Mana Ciko?”

“Oh. Dia tadi pamit ke toilet sebentar,” sahut Kanaya.

“Oh.”

Di sisi lain, di dalam mobil, Fedrik yang telah mengambil foto secara diam-diam tersebut itu pun melihat dan memperhatikan dengan seksama hasil jepretannya tadi.

“Rasanya tidak ada yang spesial dari pakaiannya. Dia hanya memakai pakaian yang umum dan terkesan sangat sederhana. Tapi kenapa biar begitu tetap terlihat menarik ya?” gumam Fedrik.

Sesaat setelah bergumam tersebut, Fedrik pun langsung menyalakan mesin mobilnya dan menjalankannya.

***

Keesokan harinya, Kanaya yang bertugas seperti biasa di ruang Fedrik ini pun dengan secepat kilat membersihkan semuanya.

Namun ketika dia membersihkan di bagian meja kerja Fedrik, dia melihat sesuatu yang sangat menarik. Sehingga membuat dia tanpa sadar pun langsung duduk di bangku kebesaran bosnya itu.

Sepuluh menit telah berlalu. Fedrik yang beberapa hari ini datang ke kantor pun membuat seluruh karyawan menjadi lebih tegang dari biasanya.

Kalau biasanya saat mereka bekerja terdapat sedikit senda gurau, sekarang jadi tidak ada. Hal ini membuat para karyawan agak sedikit tertekan.

Dengan didampingi oleh Difan, seperti biasa, Fedrik pun memasuki ruangan. Beruntung saat itu Kanaya sudah berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

“Fan, bagaimana pengumuman yang kemarin sudah aku suruh. Apakah sudah ada yang mengumpulkan hasil desain mereka?” tanya Fedrik.

“Sepertinya sudah ada, Bos. Apakah Bos mau melihatnya?” tanya Difan.

“Iya. Bawa saja ke sini,” perintah Fedrik.

“Baik, Bos. Akan saya ambilkan,” ucap Difan yang kemudian pergi.

Sementara itu, Fedrik yang baru saja duduk di bangkunya itu tiba-tiba saja di kejutkan oleh sesuatu yang ada di atas mejanya.

“Kenapa bisa berubah begini?”

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!