CEO'S Sweet Lover

CEO'S Sweet Lover

Gosip pagi

Delapan tahun silam, dengan kedua matanya sendiri, dia menyaksikan perselingkuhan antara kekasihnya dengan sahabatnya sendiri.

Hingga di saat dia sedang terpuruk dan kehujanan, ada seorang gadis SMP menghampirinya dan menarik tangan Fedrik ke rumah kumuhnya.

Fedrik yang kala itu sedang merasa depresi ini, tiba-tiba terhibur dengan kehadiran gadis SMP itu.

“Kamu lagi ngapain?” tanya Fedrik.

“Oh. Aku sedang menggambar sebuah pakaian karena aku bercita-cita ingin menjadi desainer terkenal jika aku dewasa nanti,” jelas gadis itu.

“Oh.”

“Kakak, gambar ini untuk kakak. Simpanlah. Jika suatu saat kita dapat bertemu lagi, aku ingin Kakak menunjukkan gambar ini dan melamarku.”

Hingga delapan tahun kemudian...

Pagi hari, di saat semua masih tertidur pulas, ada seorang perempuan cantik berusia 22 tahun sudah terlebih dahulu bangun dan bersiap-siap untuk bekerja.

Dia bernama Kanaya. Walau hanya sebagai Cleaning Servis di sebuah perusahaan besar, tapi dirinya tetap merasa bangga. Karena paling tidak di usianya itu, dia sudah bisa menghidupi dirinya sendiri.

“Yup. Semua udah beres dan rapih. Sekarang waktunya kita untuk mencari rezeki. Yooo!!” ucapnya dengan penuh semangat yang kemudian di kayuhnya sepeda miliknya.

Karena berhubung saat dia berangkat tadi dia belum sarapan, dia pun akhirnya memutuskan untuk mampir di warung nasi dekat dia bekerja dan seperti biasa pula, pemilik warung nasi tersebut sudah tahu akan kebiasaan Kanaya.

“Seperti biasa ya, Neng?” tanya Pak Jono.

“Iya Pak,” sahut Kanaya sambil tersenyum ramah.

Tanpa membuang waktu, Pak Jono pun langsung membungkuskan pesanan Kanaya dan memberikannya.

Setelah menu untuk sarapan sudah dibawa, Kanaya pun langsung meluncur ke tempat kerjanya dan kemudian langsung menyantap sarapannya manakala dia sampai di ruangan Pantry.

“Ehm, asik bener yang lagi makan. Lo lagi-lagi belum sarapan ya, Kan?” tanya Qila.

“Belum, Qil. Soalnya kalau gue sarapan duluan nanti yang ada gue malah telat datang kerjanya,” sahut Kanaya sambil mengunyah makanannya.

“Ckckkck..” Qila pun menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Kanaya seperti itu.

Di saat Kanaya sedang menikmati sarapannya dan Qila sedang asik dengan handpone nya, tiba-tiba saja datang seseorang..

“Hallo everybody.. Selamat pagi... Ada yang kangen ma gue gak?” teriak rusuh Ciko.

Sebenarnya nama asli bukan Ciko. Melainkan Miko. Namun berhubung tingkahnya yang selalu aneh dan kekanak-kanakan, membuat orang-orang di sekitarnya memanggilnya dengan sebutan Ciko.

“Enggak,” sahut singkat Kanaya dan juga Qila bebarengan.

“Ah. Kalian ini sahabat macam apa sih!? Masa’ sama teman sendiri gak kangen,” protes Ciko.

Qila yang awalnya asik dengan HP nya ini pun akhirnya menceletuk, “Ngapain juga kita harus kangen ma lo. Lha kita aja ketemu lo dari matahari terbit sampai mataharinya hilang, melebihi ketemu pacar dan keluarga. Ya gak, Kan?”

Kanaya yang merasa ditanya itu pun hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil tetap asik menikmati sarapannya.

“Ah gak asik ah. Masa’ gak bisa nipu dikit gitu buat nyenengin hati gue yang lagi patah,” ucap Ciko dengan gaya drama mode on.

“Heleh,” sahut singkat Qila.

“Ish. Lo mah gitu, Qil. Awas ya. Gak gue kasih tebengan kuota lagi lho ya kalau lo main,” ancam Ciko.

“Eh.. Eh.. Eh.. Jangan gitu donk. Ya udah deh.. Kalau gitu gue kangen deh ma lo, Cik. Lo kasih kuota lagi ya. Please. Mau tanding nih nanti istirahat,” rayu Qila.

“Au ah,” ucap Ciko mode merajuk.

Setelah mengatakan hal itu, ruangan pun menjadi hening sejenak hingga akhirnya Kanaya pun berkata, “Dah ah. Perut dah kenyang. Sekarang waktunya kita kerja. Semangat!”

Mendengar ucapan semangat dari Kanaya, tiba-tiba saja Ciko teringat sesuatu.

“Eh, tunggu bentar deh. Gue baru inget nih. Gue punya info buat kalian berdua sebelum kalian berdua mulai kerja,” ucap Ciko mencoba menahan ke dua temannya itu.

“Info apaan?” tanya Qila.

“Itu.. Denger-denger, Bos besar kita hari ini bakalan datang lho,” ucap Ciko.

“Lha terus?” tanya Kanaya yang merasa tidak ada pengaruhnya juga dipekerjaan dia.

“Aih. Kalian ini bagaimana sih!? Kalian tahu gak kalau bos kita ini benci sekali yang namanya bertemu wanita. Jadi sebisa mungkin, lo pada jangan coba-coba deh berpapasan atau niat buat cari tahu tentang dia,” ucap Ciko.

“Oh. Lha kalau gue mah gak ngaruh kali, Cik. Justru yang pengaruh itu si Kanaya. Dia kan yang bertugas membersihkan kantornya Bos besar,” ucap Qila sambil melirik ke arah Kanaya diikuti oleh Ciko.

Sementara itu, Kanaya yang ditatap seperti itu oleh ke dua temannya pun langsung menceletuk, “Lha terus sekarang gue harus gimana?”

“Kan, lo masih ada waktu buat membersihkan ruangan bos 30 menit. Manfaatkan itu sebaik mungkin. Setelah selesai, lo cepat pergi dari sana,” ucap Ciko yang memberi saran pada Kanaya diikuti anggukan kepala dari Qila.

Melihat dari cara ke dua temannya itu menanggapi, tanpa membuang waktu, Kanaya pun langsung bergegas mengerjakan pekerjaannya.

Sementara itu, Ciko yang melihat ini pun hanya menggelengkan kepalanya sambil bergumam, “Goodluck, Kan.”

***

Tak sampai 10 menit, Kanaya sudah sampai di ruangan Bos besar untuk bersih-bersih. Karena merasa seperti dikejar-kejar dosa, Kanaya pun dengan tiba-tiba menjadi lupa dengan apa yang harus dia kerjakan.

“Oh, ya ampun. Sekarang aku harus apa dulu nih? Waktunya tinggal 20 menit lagi,” gumam Kanaya frustasi.

Kanaya pun terdiam sejenak dan melihat ke sekeliling ruangan hingga akhirnya dia tahu apa yang harus dia kerjakan terlebih dahulu.

Di bersihkannya meja dan bangku kerja milik Bos. Di siapkannya minuman berupa segelas air hangat cenderung agak panas. Setelah itu..

‘Ting..’

“Gawat. Waktunya udah gak sempat lagi buat aku keluar dari kantor ini. Gimana donk ini!?” gumamnya sambil mencoba berpikir cepat.

Namun dalam hitungan sepersekian detik...

“Bagaimana hasil rapat kemarin? Apakah Bos besar perusahaan Flaminggo mempersulit kita?” tanya Fedrik, Bos besar dari tempat Kanaya bekerja.

Di saat yang bersamaan..

“Oh tidak. Bagaimana ini?” gumam Kanaya ketakutan yang tanpa sadar sambil menggigit kain lap yang tadi dia gunakan untuk membersihkan meja.

‘Ceklek..’

Suara handle pintu pun berbunyi dan pintu pun terbuka perlahan.

‘Dag.. Dig.. Dug..’

Setelah pintu terbuka, tangan kanan Fedrik yang bernama Difan pun berkata, “Tenang saja, Bos. Pihak Flaminggo tidak akan berani mempersulit kita.”

“Oh, bagus lah kalau begitu,” sahut Fedrik yang langsung duduk di bangku kebesarannya.

Saat dia duduk, tanpa sengaja dia melihat segelas air minum yang kebetulan saat itu dia sedang sangat haus.

Betapa terkejutnya dia karena ternyata air yang dia minum itu adalah segelas air hangat.

“Ya sudah. Kamu lanjutkan saja pekerjaanmu. Jika ada masalah, cepat laporkan,” ucap Fedrik.

“Baik Bos,” sahut Difan.

Tanpa banyak bicara lagi, Difan pun langsung keluar dari ruangan Fedrik.

Dan sesaat setelah Difan keluar, Fedrik pun langsung berkata, “Keluar lah. Mau sampai kapan kamu ada di situ?”

Ternyata dari awal masuk, Fedrik sudah tahu kalau ada seseorang sedang bersembunyi di ruangannya.

Dengan rasa takut, Kanaya pun pelan-pelan keluar dari tempat persembunyiannya.

“P—Pak,” ucap Kanaya lirih sambil menunduk takut.

“Angkat kepalamu,” perintah Fedrik.

Masih dengan rasa takut, Kanaya pun memberanikan diri mengangkat kepalanya dan ketika tatapan mata saling bertemu...

‘Deg..’

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!