"Ngomong-ngomong kau ini siapa?"
Giovanna bertanya padaku.
.
.
Untuk beberapa saat aku tertegun tidak menjawab pertanyaannya. Sekarang aku sedang berpikir.
"Ketua geng mana yang mau luangin waktu buat jengukin orang yang belum lama ia kenal?"
Pikiran konyol itu mendadak muncul di kepalaku
Kembali dari pikiranku. Aku menyadari kalau mereka berdua menatapku dengan ekspresi aneh.
"Ah.. Iya namaku Kaira Anastasya dari kelas BDP. Salam kenal Giovanna."
Aku memperkenalkan diri sambil mengajaknya berjabat tangan.
Tep..
Ia menerima jabat tangan dariku.
.
.
Kukira bakal begitu..
"Kau kenal aku?"
Giovanna malah menatapiku dengan curiga.
"Eh? Aku mengenalmu saat dikantin tadi."
Aku mencoba menjelaskan padanya.
"Hmm~"
???!!!
Dia berjalan memutariku sambil melihatku dari atas ke bawah. Kemudian dia berhenti tepat di depanku.
Giovanna mendekatkan wajahnya ke wajahku, hanya menyisakan jarak beberapa inci sebelum mulut kami berci-- lupakan!
"Anu.. Kamu sedang apa ya Giovanna?"
Aku berkeringat dingin saking ngeri melihat wajahnya dihadapanku.
"Gio, panggil aku Gio." Dengan ekspresi datar.
"Baiklah Gio." Jawab aku sambil pura-pura tersenyum.
"Ketua sudahlah. Dia kayaknya ga nyaman dengan wajahmu yang terlalu dekat."
Terima kasih Claudia sudah memberitahu perasaanku yang sebenarnya pada Gio.
"Ah- maaf."
Giovanna kembali berdiri ke posisi semula.
Akhirnya aku bisa bernafas lega.
"Maaf ya Kaira. Gio memang orangnya begitu. Terkadang dia suka melihat-lihat orang yang baru dia temui. Tetapi dia bukan orang aneh kok."
Wajah Claudia seperti mengisyaratkan sesuatu dengan menggangkat alis matanya.
Apa maksudnya itu?
"Claudia ayo kita masuk!"
"Baik ketua!"
Mereka berdua pun masuk ke UKS untuk melihat keadaan Raefal.
Karena tidak ada lagi yang bisa kuperbuat. Aku memutuskan untuk kembali ke kelas dan melanjutkan pembelajaran.
***
----- Kelas 1 Pariwisata -----
Seorang siswa laki-laki mengantar beberapa perlengkapan P3K ke meja Julien.
"Ini barang-barangnya! Julien." Dengan nada tidak ikhlas.
Julien menghiraukan perkataan siswa tersebut dan masih memegang pelipis kepalanya yang terluka.
Grrrrr..
Si*l Gio! Seberapa kuat sih dia? Padahal awalnya sudah bagus aku bisa mengalahkan Raefal, malah jadi bumerang. (Dalam hati Julien marah besar)
"Hey kau! Pakaikan salep ini untukku!"
Julien menunjuk salah satu siswa yang sedang memainkan ponselnya dan menyuruhnya mengoleskan obat salep padanya.
"Ogah mah aku."
Ia menolaknya dengan tegas.
Brakkk!!
Julien bangun dan tanpa basa-basi menendang meja siswa tersebut hingga terbanting.
Waduh.. Mampus aku. (Dalam hati siswa laki-laki itu panik)
"Pakaikan aku salep atau kau mau tanganmu kupatahkan juga?!!"
Hiihhhhh...
Merasa terancam, siswa tersebut langsung gercep mengambil salep dan mengoleskannya pada bagian tubuh Julien yang bengkak. Beberapa kali Julien menjerit kesakitan saat siswa tersebut mengoleskannya pada pelipis kepalanya.
***
Sepulang sekolah. Aku, Tania, Hardian dan Joshua berencana pergi ke cafe terdekat untuk mengerjakan tugas prakarya bersama.
"Kaira kau yakin ingin mengajak Joshua?" Bisik Hardian padaku.
"Memangnya ga boleh ya?" Dengan suara kecil.
"Hmm bukannya ga boleh sih..."
***
Saat di sekolah tadi, mata pelajaran kesenian.
"Baiklah anak-anak, berhubung waktu jam kita sudah mau selesai jadi ibu ada tugas buat kalian, yaitu buat sebuah maha karya menggunakan stik es krim. Salurkan hobi maupun bakat kalian menjadi sebuah seni. Sekian dari ibu. Semangat!!!"
"Tunggu bu!"
Tanya seorang siswa perempuan sebelum ibu meninggalkan kelas.
"Iya ada apa Meyka?"
"Bagaimana kalau tugasnya kita kerjain secara berkelompok bu? Harusnya lebih efisien dan bisa menghemat waktu."
"Hmm.. Ide bagus Meyka."
.
.
***
Jadi begitulah ceritanya sehingga terbentuklah kelompok beranggotakan 6 orang yaitu aku, Tania, Hardian, Raefal, Naura dan Joshua. Karena ada sedikit halangan Raefal bilang dia bisa mengerjakan tugas prakarya tersebut berdua dengan Naura. Itu jelas bohong! Aku tahu kalau dia hanya ingin berduaan dengan Naura.
"Jadi kita hanya akan mengerjakannya berempat saja ? Yakin gamau ajak mereka berdua lagi?" Tanya Tania yang sepertinya memikirkan nilai Raefal dan Naura.
"Sudahlah kita percayakan saja pada Naura."
"Hmm.. Oke deh."
Ditengah perjalanan kami mampir ke mini market karena Joshua ingin meminjam toilet.
.
"Hei warna baju itu kan kalau gak salah dari kelas BDP kan?" Tanya seorang siswa laki-laki sambil merokok di motornya.
"Iya benar. Sepertinya mereka anak BDP."
"Anak BDP? Yang mana?"
Salah seorang siswi perempuan berbadan besar dan gemuk bertanya pada temannya.
"Ah~ tidak ada kok hehe.."
"Iya kami kayaknya salah lihat."
Terlihat jelas dimata siswi perempuan berbadan besar itu. Kalau mereka sedang menutupi sesuatu darinya.
"Apa perlu kalian kuremukkan dulu baru bicara?"
Perempuan itu terlihat kesal.
???!!!
"Ba-baiklah, jadi kami barusan melihat anak kelas BDP di mini market sana. Tapi kami gatau sekarang mereka sudah keluar atau belum."
Mereka berdua ketakutan melihat siswi perempuan itu yang hampir menyentuh ujung jari mereka.
"Jadi begitu ya? Waktunya aku mencari orang yang bernama Kaira itu."
"Tu-tunggu. Kalau kau balas dendam sekarang. Kau bisa dikeluarkan dari sekolah!"
"Aku tahu! Karena itu adalah resiko yang akan kuterima."
"Jangan!!! Jennie!"
[Jennie, Kelas 1 Tata Boga (Culinerry Arts)]
Aku akan membunuhmu hari ini juga! (Dalam hati Jennie)
.
.
"Lama juga si Joshua di toilet. Apa dia nongkrong di dalam ya?"
"Mungkin dia sedang buang air besar. Sabar dikit Har."
Sepertinya Hardian mulai bosan menunggu Joshua yang daritadi di dalam toilet tapi belum keluar-keluar.
Joshua, sejak kejadian di kantin tadi. Aku merasa ingin menjaganya seperti temanku yang lain. Meski Tania dan Hardian masih belum bisa menerimanya menjadi bagian dari kami. Tapi aku akan tetap berusaha membantunya agar dia bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. Sehingga orang-orang bisa suka padanya.
"Kaira. Aku nunggu di luar aja ya. Kalau Joshua udah keluar langsung keluar aja."
"Oh oke deh Har. Nanti kami nyusul."
Hardian kemudian keluar dari mini market. Tidak lupa ia juga membeli beberapa cemilan dan minuman dingin untuk ia habiskan sendiri.
Benar-benar orang yang rakus dan pelit!
"Aku juga deh nungguin kalian di depan."
Tania juga ingin keluar.
"Oke Tania. Nanti kami berdua nyusulin kalian."
Setelah itu Tania pun keluar dan bergabung bersama Hardian. Mereka berdua sepertinya sudah lumayan akrab, dan Hardian dia juga banyak membuat kemajuan dalam hubungannya dengan Tania.
Krieettt
Pintu toilet terbuka.
"Maaf Kaira. Perutku sakit jadi agak lama."
Joshua sudah keluar dari toilet.
"Ah iya gapapa."
Aku bertanya pada diriku sendiri. Apa dia sudah cuci tangan?
Saat kami berdua ingin keluar dari mini market.
Tiba-tiba di depan aku melihat seorang perempuan bertubuh besar sedang mengangkat tinggi tubuh Hardian ke atas.
Perempuan itu bertanya.
"Siapa diantara kalian yang namanya Kaira?"
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments