----- Tempat Billiard -----
Krettt...
Adam membukakan pintu, dan membiarkanku masuk lebih dulu.
Kebanyakan pelanggan sering mengatakan tempat ini sebagai pub di dalam rumah, karena atmosfernya yang santai dan sederhana. Tempat ini juga Menyajikan banyak bir dan makanan lezat, dilayani oleh bar crew yang ramah. Kesimpulanku, tidak ada penyesalan untuk menyambangi tempat ini.
"Kali ini mau booking meja yang mana?"
Adam bertanya padaku dan sambil memperhatikan beberapa meja Billiard yang rata-rata telah disewa orang lain.
Didepan meja resepsionis, Dua pria dewasa berbadan gemuk sedang ribut dengan resepsionis disana.
"Mohon maaf atas ketidaknyamanannya pak. Tapi kami tetap tidak bisa mengusir pelanggan secara paksa, meski bapak membayar lebih dari harga yang sudah ditentukan." Resepsionis itu terlihat cemas.
"Halah.. udahlah ambil aja uangnya. Kau gak perlu takut bakal ketahuan sama atasanmu." Ucap salah satu bapak gendut itu sambil menyerahkan beberapa gepok uang besar yang diikat dengan karet.
Jumlahnya sekitar.. 7 gepok. Tidak.. sepertinya 8 gepok.
"Kami ga bakal laporin kok hehe.. Asal kau bantu kami mengusir mereka pergi. Toh kau juga dapat uang lebih dari kami kan."
Ada apa ini? Sepertinya mereka mencoba menyogok resepsionis itu. Wajahnya terlihat pucat.
"Atau mau kuberi rokok?"
Mereka menawarkan rokok pada resepsionis tersebut.
"Maaf pak saya tidak merokok. Saya juga tidak punya hak dan wewenang untuk mengusir para pelanggan pak. Harap bapak-bapak bisa maklumi."
"Memangnya kenapa kalau kau tidak punya wewenang disini. Tugasmu kan melayani para konsumen. Kami ingin bapak menyuruh mereka semua keluar dari sini. Bukannya itu juga salah satu pelayanan kepada konsumen?"
Salah satu bapak gemuk itu mulai memanas dan seenaknya menggunakan hak sebagai konsumen.
"Heiii~"
Brakkkkk.. (Suara meja yang dipukul)
"Kau tau? Boss kami tidak suka menunggu lho.."
"Cepat ambil uangnya terus usir mereka!"
Kedua bapak gemuk itu sudah bertindak keterlaluan, membuat resepsionis itu takut dan tidak berani melawan.
Si*l padahal aku ingin main dengan tenang.
"Permisi.."
Aku dan Adam menuju ke meja resepsionis untuk bertanya tentang sewa meja Billiard.
Begitu sampai disana, kedua bapak gemuk itu melirik kami berdua sebentar. Kemudian kembali memarahi resepsionis tersebut.
"Cepetan usir mereka! Gitu aja susah."
"Tau tuh. Kita lapor saja ke boss."
"Tu-tunggu.. baik pak akan saya usahak-"
Resepsionis itu baru saja beranjak dari mejanya dengan kepala yang menunduk ke bawah. Ia sangat ketakutan. Tetapi disaat itu juga..
"Om, masih ada meja kosong gak?" Potong aku sambil bertanya padanya tanpa mempedulikan kedua pria gemuk itu.
Eeeh?
Bapak itu menatapku dengan wajah bingung sekaligus panik.
Aduh gadis kecil. Kenapa kamu masih disini? Cepat lari kalau masih sayang nyawa!
"Anu... dek. Hari ini tempat ini tutup lebih awal dari jam biasa. Jadi kalian datangnya lain kali aja ya. Mohon maaf dek.."
Resepsionis itu memberi kode dengan menggerakan mulut dan kedua bola matanya. Sepertinya Ia mengisyaratkan kami untuk segera meninggalkan tempat ini.
Cih. Gara-gara preman seperti mereka. Kami jadi tidak bisa bertanding deh.
"Kalau begitu apa boleh buat. Semoga om lancar-lancar aja ya buat ngurusin beberapa pelanggan ber-uang yang sok merasa menjadi PELANGGAN disini."
Aku sedikit menekan nada bicaraku pada kata "pelanggan". Membuat mereka tersinggung dan melirik tajam padaku.
"Ah si*l!? Kau sengaja ya meremehkan kami?"
Salah satu pria gemuk itu berjalan kemari, kemudian berdiri di hadapanku.
Tubuhnya tidak begitu tinggi. Perkiraanku tingginya hanya sekitar 170-an cm, kurang lebih sedikit lebih tinggi dariku. Bentuk tubuhnya juga gemuk, kelihatan seperti orang yang pemalas dan hanya tau makan. Teman disebelahnya pun serupa. Sama-sama kelihatan cupu dan sok jagoan. Dimataku, mereka hanyalah orang bodoh yang kelebihan lemak.
"Hei, kau yakin ingin menhajar bocah lagi?" Tanya teman pria gemuk yang dibelakang.
"Tunggu dulu.. kalau dilihat-lihat cantik juga ya?"
Pria gemuk itu melihatku dari bawah ke atas.
"Anak SMP zaman sekarang memang terbaik ya~ "
"Ingin gabung dengan kami? Hehe.."
Aku merasa jijik melihat ekspresi wajah mereka yang melihat diriku. Tatapan mereka terlihat mesum.
"Boleh juga om~" Sambil tersenyum manis.
Akan kuberi pelajaran dasar om-om brengs*k!
"Asikkk.. kalau begitu ayo kita kesana aja yuk."
Pria gemuk itu nampak senang dan mau merangkul pundakku.
Tetapi sebelum itu..
BUAKKKK!!!???
Bukkkk..
Sebuah pukulan keras melayang tepat di wajah pria gemuk tersebut dan saat itu juga ia langsung kehilangan kesadaran.
Anak ini, Adam. Ia masih saja protektif seperti dulu dan paling benci jika ada orang yang menggangguku. Aku tau dia melakukan itu karena peduli padaku tapi disetiap aksinya ia selalu menghajar lawannya habis-habisan bukannya terlalu berlebihan ya?
"He-heyy apa yang kau lakukan bocah?! Padahal cuman anak SMP."
Greppp..
Melihat temannya yang pingsan tergeletak di lantai. Pria gemuk satunya lagi meraih kerah bajuku dan bersiap melontarkan tinju ke arahku.
Takkk..
Swutt..
Dengan sekuat tenaga aku melepaskan tangan pria gemuk itu dari kerah bajuku kemudian aku menyamping menghindari tinjunya.
"Kau!! Kemari cepat!"
Sekali lagi pria gemuk itu melontarkan beberapa pukulan tinju ke arahku. Tapi yang aneh.. gerakannya lambat sekali.
Kalau begini mana bisa kena hadeh.. lebih baik segera ku akhir-
Tap.. GREPPPP..
??!!
"Uekhhh.." (Suara orang tercekik)
Apa-apaan bocah yang satu ini. Kenapa bocah SMP sepertinya bisa punya kekuatan sebesar ini? Jangan-jangan ia monster.
Seperti dugaanku tanpa kuakhiri pun Adamlah yang akan mengakhirinya untukku.
"Huftt.." aku menghela nafas melihat Adam.
"Udah Dam lepasin aja. Nanti dia juga ikutan pingsan kayak temannya itu."
"Apa kamu yakin? Om ini sepertinya senang saat mau nyentuh kamu tadi."
"Uekhh uekhh." (Suaranya makin mengeras dan melengking)
"Udah Dam lepasin aja."
"Oke Kaira~ seperti yang kamu minta."
Adam melepaskan cekikannya pada pria gemuk tersebut. Pria tersebut sempat terbatuk-batuk sebentar setelah nafasnya kembali normal.
"Kau tidak perlu sampai sejauh itu kan saat menghajar mereka?"
Aku mendekati Adam dan bertanya padanya tentang yang dia lakukan untukku.
"Bagiku kamu hanya boleh untukku seorang."
Adam mengucapkan itu dengan senyum tampannya. Lagi-lagi untuk yang kesekian kalinya aku luluh dengan ketampanannya apalagi ia mengatakan itu sambil ngegombal.
"Ya.. aku senang sih. Tapi kalau orang yang kamu habisi mati gimana? Kamu bisa urus pemakaman mereka? Minimal cobalah sesuaikan kekuatanmu dengan lawan kita. Mereka kan hanya orang biasa."
"Orang biasa atau bukan. Kalau mereka mencoba menyentuhmu. Akulah yang akan menghancurkan mereka."
Jarang sekali aku melihat wajah Adam berubah menjadi serius. Aku tau dia mengatakan itu dari hatinya yang terdalam. Ini juga alasanku bisa selalu nyaman berada didekatnya.
"Hadeh kamu ini.. lain kali jangan sembarang memukul orang yang lemah ya!"
"Oke deh. Khusus orang biasa aku tidak akan memukul mereka dengan serius."
Kuharap dia mengingat kata-katanya sendiri.
"Oohh~ pantesan kalian tidak balik-balik."
???!!!!
"Rupanya sedang main perang-perangan sama anak SMP ya?
Apa-apaan orang itu.. Pria gemuk lagi dan satunya seperti anak SMA.
"Maaf boss.. cowok disebelahnya bukan anak SMP biasa. Dia sangat kuat boss."
Pria gemuk yang pingsan tadi terbangun dan melapor pada bossnya.
"Kalian aja yang ga becus kerjanya. Masa suruh ngusir semua pengunjung bar malah main-main sama bocah SMP."
"Beneren boss.. kami tidak berbohong."
"Yah kalau begitu bagaimana kalau kau buktikan sendiri?"
Pria gemuk yang dipanggil Boss tersebut menoleh ke arah anak SMA yang berdiri disebelahnya.
"Deandra."
?
Nama anak itu Deandra ya? Dilihat dari penampilan anak itu, dari rambut coklat berantakan dan tubuh yang sepertinya lumayan terlatih di bidang olahraga. Aku tau dari melihatnya sekilas saja. Orang ini...
Dasss..drap.. drap.. drap..
Srakkk...
Duakkk.. (Suara tertendang)
Orang ini lemah.
Ia berlari mendekatiku sambil melayangkan pukulan. Aku sempat terkejut karena kukira ia akan mengincar Adam dan bukan aku.
Aku menendang ke arah depan, dengan ujung kaki dan tepat mengenai kepalanya. (Nama serangan itu adalah Ap Chagi.)
Tidak menyerah sampai disitu setelah ia memegang sebentar bagian kepalanya yang sakit. Ia langsung mencoba menangkapku dari samping dengan kedua tangannya.
"Kuakui kegigihanmu kak. Tapi kali ini akulah yang akan menang."
Aku melompat mundur ke belakang dengan kaki yang sedang terangkat. Kemudian menggunakan dinding sebagai pijakan untuk melompat kembali.
Badanku berputar sekali seperti roda dan aku berhasil menendang bagian bahunya dengan keras.
Bukkkkk....
"Ukh.."
Brukkkkkk. (Suara terjatuh)
Tap..
Aku berhasil mendarat dengan sempurna.
Nama anak itu Deandra ya. Padahal kukira dia adalah seorang jagoan karena anak SMA.
Boss gemuk itu sepertinya kecewa besar dengan hasil pertarungan bawahannya tersebut karena 2 pria dewasa dan seorang anak SMA bahkan tidak bisa mengalahkan 2 anak SMP.
Setelah itu ia sempat marah-marah sebentar. Mengucapkan kata-kata yang tidak penting kepada kami dan pastinya karena sudah kalah, ia tidak jadi mengusir seluruh pelanggan di bar. Boss tersebut bersama bawahannya pun keluar meninggalkan bar dan dengan kasar menutup pintu bar.
BRAKKKK.. (Suara pintu bar)
Fyuhh untung saja masalah kami tidak bertambah besar. (Kata Resepsionis dalam hati)
"Baiklah adek-adek sebagai ucapan terima kasih sebesar-besarnya karena kalian sudah membantu menjaga kenyamanan konsumen di bar kami. Pihak kami akan memberikan kartu VIP gratis selama 3 bulan kepada adek-adek sekalian. Selamat bersenang-senang ya~"
"Terima kasih bapak ~ semoga Tuhan membalas kebaikan bapak."
Adam dengan percaya diri menerima kartu VIP dari resepsionis tersebut.
Ya.. kami memang sudah membantu sih. Harusnya wajarkan kalau kita terima hadiah begini. Tapi apa boleh kami terima?
"Ehmm.. tidak usah repot-repot pak."
"Kenapa memangnya dek?"
"Lho Kaira kamu gamau kita bisa main Billiard gratis?"
"Bukan gamau Tol*l! Itu kitakan bantu bapak ini bukan karena mau dapetin hadiah atau apa. Kami bantu dengan iklas kok pak."
"Tapi gimana cara bapak balas budi ke kamu nak?"
"Udah gapapa pak. Ga perlu balas budi. Yang penting bapak tidak terkena masalah."
Memang seharusnya beginikan kalau membantu orang lain.
"Wah kalau gitu. Sekali lagi bapak berterima kasih ya sama kalian berdua. Semoga kalian bahagia sehat selalu dan selalu berada di bawah perlindungan Tuhan. Kalau kalian sudah menikah nanti jangan lupa undang bapak ya."
Apa maksudnya dengan.. Menikah?
"Baik pak~ akan kami undang hehe~"
Jangan jawab begitu tanpa mikir mikir dulu cowok si*lan!
Apa dia ga mikir tentang perasaanku?
Hadeh.. Ya sudahlah.
Setelah berbincang-bincang sebentar dengan resepsionis. Kami pun menyewa salah satu meja di bar tersebut. Akhirnya Adam menepati janjiku. Walau banyak hal yang terjadi barusan. Tapi aku merasa senang karena ia selalu bersamaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Anak~
ga nyangka actionnya keren banget
2022-11-11
0