Di luar rumah kontrakan yang sederhana, Ronggo baru saja tiba dan baru saja keluar dari mobil yang ia gunakan untuk mencari rezeki. Saat berada di depan pintu, ia terkejut karena pintu terbuka begitu saja. Setelah mengucapkan salam, ia langsung masuk dan memeriksa takut terjadi apa-apa pada Neneknya. Tercium bau masakan yang sangat membuat perutnya keroncongan, ia berpikir kalau sang Nenek sedang masak di dapur jadi Ronggo bergegas menuju dapur.
Namun, belum juga ia sampai dapur, ia menghentikan langkahnya karena mendengar suara gadis yang ia kenal bersama dengan Neneknya. Ronggo ingin mencuri dengar apa saja yang mereka bicarakan juga mengintip kebersamaan keduanya yang menurut Ronggo sangat jarang terjadi antara Neneknya dan juga wanita yang pernah datang untuk menemuinya. Tanpa Ronggo sadari, ternyata sang Nenek mengetahui kalau cucunya sudah pulang dan sedang bersembunyi untuk mengintip dan mencuri dengar.
“Nek, makanan apa saja yang disukai oleh Mas Ronggo?” tanya Davina tanpa canggung pada Nenek, Nenek tersenyum sambil sesekali melirik pada suatu tempat yang ternyata ada Ronggo sedang bersembunyi.
“Dia tidak memilih-milih makanan, apa pun ia makan jika sudah matang, jadi kelak jika kalian bersama kamu tak akan bingung untuk memasak apa untuknya, masakan saja apa yang ingin kau masak dia pasti akan memakannya,” sahut Nenek membuat Davina sedikit malu karena sangat terlihat kalau ia menyukai Ronggo.
“Nenek bisa saja, belum tentu aku dan Mas Ronggo bersama Nek. Aku hanya gadis Tomboi yang tak menarik dimata pria, mana mungkin Mas Ronggo menyukaiku. Ah makanannya sudah selesai, Nenek istirahat saja, aku akan membersihkan peralatannya,” ucap Davina merendah dan seketika langsung mengubah topik pembicaraannya karena takut terdengar oleh orang yang dimaksud.
“Biarkan saja, kamu istirahat saja biar nanti Nenek yang membereskannya, kamu pasti lelah.” Nenek malah menyuruh Davina untuk istirahat.
“Gak apa-apa kok, Nek. Aku sudah terbiasa, di cafe juga kerjanya mencuci piring selain mengantar pesanan.” Davina tak ingin mendengarkan Nenek, ia mencuci semua perabotan yang digunakannya untuk memasak.
“Kamu lihat, Ronggo? Wanita seperti ini yang cocok dijadikan seorang Istri, bukan wanita yang sering datang mencarimu yang hanya meminta untuk diajak jalan-jalan padahal kamu sudah lelah tapi masih saja terus merengek dan ujung-ujungnya tak menghargaimu malah meninggalkanmu dengan alasan sudah menemukan pria yang bisa memberi apa yang mereka mau yang jauh lebih mengerti dari kamu.” Davina dan Ronggo sangat terkejut dengan penuturan sang Nenek.
Ronggo keluar dari persembunyiannya dan berjalan menghampiri Nenek dan Davina yang masih berpura-pura sibuk mencuci piring.
“Sejak kapan Nenek menyadari kalau aku berada di situ?” tanya Ronggo menunjuk arah tempatnya tadi bersembunyi.
“Sejak kamu datang,” sahut Nenek dengan santainya.
“Nek, semua sudah aku cuci, aku pamit pulang dulu yah.” Davina yang merasa canggung berpamitan untuk pulang setelah cucian piringnya selesai.
“Kamu pasti lelah karena memasak ini semua, makanlah dulu ini sudah siang, nanti pulangnya biar Ronggo yang mengantar.” Nenek mendudukkan Davina dengan paksa untuk makan bersama membuat gadis tomboi itu tak bisa berkutik dan pasrah.
“Nenek benar, kamu pasti lelah karena memasak semua makanan ini, makanlah dulu nanti kalau aku sudah tak lelah akan kuantar pulang.” Ronggo menyetujui apa yang dikatakan oleh neneknya dan Davina lagi-lagi hanya bisa pasrah.
Akhirnya Davina pun makan siang bersama dengan Ronggo dan Nenek. Davina yang biasanya makan dengan lahap, kini makan dengan jaim karena merasa kikuk dengan Ronggo dan juga Nenek.
‘Sebenarnya makanan ini enak sekali, tapi kenapa suasananya canggung seperti ini sih jadi bikin aku malu mau makan dengan lahapnya.’ Davina menangis dalam hatinya karena keadaan yang sangat canggung saat makan tak bisa membuatnya makan dengan lahap.
“Neng, makan yang banyak, masakan kamu enak loh. Iya kan, Ronggo?” ucap Nenek disela makannya sambil sekalian menggoda Davina dengan bertanya pada Ronggo.
Ronggo yang namanya disebut langsung menoleh pada sang Nenek dengan wajah yang penuh tanda tanya, ia juga sebenarnya merasa canggung tapi sebisa mungkin ia sembunyikan agar Davina tak merasa canggung juga.
“Hah?” wajah Ronggo melongo penuh pertanyaan pada sang Nenek.
“Masakan buatan Neng Vina enak,” ucapnya lagi mengulang.
“Ah iya enak kok,” sahut Ronggo terbata-bata.
“Ini sudah cukup kok, Nek,” kini giliran Davina yang bersuara, ia sebenarnya ingin menambahkan makanannya tapi merasa malu.
‘Ngomong apa sih aku ini, harusnya aku nurut saja dan ngambil lagi makanannya, ini enak sekali, huhuhu,’ lagi dan lagi Davina menangis dalam hatinya.
Selesai makan Davina bergegas membereskan meja makan dan juga menyimpan makanan yang masih tersisa.
“Bantu dia membereskannya, kamu harus sedikit peka pada sikapnya yang malu-malu tapi pantang mundur itu.” Nenek menyuruh Ronggo untuk membantu Davina di dapur ketika pria tampan itu akan menuju kamarnya.
“Baiklah, Nek.” Ronggo hanya bisa menurut seperti biasanya, ia memang tak pernah membantah apa yang dikatakan oleh Neneknya, ia segera menuju dapur untuk membantu Davina.
“Datang jam berapa?” tanya Ronggo saat sedang membantu memberikan mencuci piring, Davina yang menyabuni sedangkan Ronggo yang membilasnya.
“Jam sepuluh lewat lah,” sahut Davina singkat, gadis yang biasanya banyak omong dan berisik kini menjadi minim bicara saat sedang salting alias salah tingkah.
“Kok gak chat aku?” tanyanya lagi.
“Tadi diantar sama Dan,” sahutnya jujur tapi ia tak mengatakan kalau dirinya habis hangout di Green Sky, bar tempatnya dan yang lainnya sering nongkrong terutama Boy yang lebih sering.
“Mau pulang jam berapa? Nanti aku antar,” tanya Ronggo, pembicaraan mereka terdengar sangat canggung dan kaku.
“Nanti saja, kalau kamu mau narik lagi yah gak apa-apa, nanti aku naik taksi lain atau minta jemput Boy atau Dan kalau kamu sibuk,” sahut Davina yang tiba-tiba seakan menyesali perkataannya.
‘Ngomong apa sih aku ini, padahal ini kesempatan aku buat dekat sama dia dan mengenalnya lebih dalam lagi,’ rutuk Davina dalam hati.
“Mau ikut aku narik?” entah mengapa tiba-tiba saja Ronggo mengatakan hal tersebut tanpa berpikir, seakan ucapan itu keluar begitu saja.
“Hah!?” tanya Davina yang terkejut langsung menoleh pada Ronggo yang berada di sebelahnya.
“Kenapa? Kamu gak mau atau keberatan aku ajak narik taksi? Malu yah nemeninnya?” tanya Ronggo mengelap tangannya karena ia sudah selesai membantu Davina membilas piring karena Davina pun sudah selesai mencucinya.
“Bukan begitu, hanya saja,”
“Hanya saja apa? Kalau malu bilang saja, aku sudah biasa kok mendengar pernyataan seperti itu dari bibir wanita cantik yang suka mempermainkan perasaanku,” belum juga Davina menyelesaikan ucapannya, Ronggo sudah menyela.
Setelah berucap demikian, Ronggo menuju kamarnya entah mau ngapain. Davina yang merasa tak enak langsung menghampiri Nenek untuk berpamitan pulang.
“Nek, aku dapet telepon dari cafe katanya kekurangan orang. Aku pamit pergi dulu yah, nanti kapan-kapan aku datang lagi berkunjung,” ucap Davina beralasan.
“Loh, Ronggo kemana? Biar dia yang mengantar kamu ke cafe. Sebentar, Nenek akan panggilan, kamu tunggu di sini dan jangan ke mana-mana,” titah Nenek langsung berlalu sebelum Davina berkata.
“Tapi, Nek.”
“Aish, sudahlah aku pergi saja.” Davina memutuskan pergi tak menunggu Nenek dan Ronggo.
Tak lama Ronggo dan Nenek datang ke tempat di mana tadi Nenek meninggalkan Davina seorang diri.
“Mana? Orangnya juga gak ada, mungkin dia buru-buru dan langsung pergi tak menungguku. Sudah ah, Ronggo lelah ingin istirahat sebentar, lumayan setengah sampai satu jam mah.” Ronggo malah berjalan kembali menuju kamarnya untuk beristirahat meninggalkan sang Nenek yang masih berdiri mematung bingung memikirkan ke mana perginya Davina.
Sekitar satu jam lamanya Ronggo beristirahat, ia kini sudah merasa segar dan juga siap untuk mengais rezeki kembali.
“Nek, lihat kunci mobil?” tanya Ronggo yang tak menemukan kunci mobilnya.
“Memangnya tadi kamu taruh di mana?” Nenek malah balik bertanya.
“Ronggo taruh di atas meja sini, tapi kok gak ada yah, biasanya juga masih di sini,” sahutnya menunjukkan meja yang berada diruang tamu.
“Mungkin kamu lupa kali kuncinya masih tersangkut di mobil, coba cek lagi siapa tahu ajah ada,” ucap Nenek menyuruh Ronggo mengecek mobilnya.
“Ya sudah kalau begitu, Ronggo sekalian pamit,” pamitnya mencium punggung tangan sang nenek.
Setelah berpamitan pada Neneknya, ia langsung menuju mobil yang ia gunakan untuk mencari rezeki. Betapa terkejutnya Ronggo saat membuka pintu mobil.
...
Kak minta kopi dong author ngantuk sangat ini pagi-pagi sudah ngetik 2 bab loh🥺🥺😭
Selamat pagi dan selamat menjalani hari ini dengan penuh semangat
Jangan lupa sarapan buat gak oleng, oke🙏😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Atik Marwati
mesti ada Davina 😃😃😃😃😃
2023-07-23
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kenapa Ronggo sampe terkejut ya 🤔🤔🤔
2023-07-15
1