BAB 16

Setelah sarapan, Davina segera bergegas untuk ke rumah Ronggo dengan diantar oleh Dan. Tak butuh waktu lama, mobil sudah berhenti di depan rumah kontrakan milik Ronggo dan sang nenek. Davina bergegas turun dari mobil diikuti oleh Dan yang juga turun dari mobil.

“Mau aku temani?” tanya Dan sebelum Davina menuju rumah sederhana tersebut.

“Tak perlu, kamu biasa pulang kok, nanti aku minta antar pulangnya,” sahut Davina menolak untuk ditemani oleh sahabatnya.

“Okelah kalau begitu, aku pulang dulu yah, kalau gak ada yang antar kami pulang bisa telepon aku nanti,” ucap Dan sebelum masuk ke dalam mobilnya sambil memberi kode dengan tangannya yang ia tempelkan ditelinga.

“Siap pokoknya.”

Davina berjalan menuju rumah kontrakan yang sederhana tempat Ronggo dan nenek tinggal setelah mobil Dan sudah pergi. Ia melihat sekeliling tapi rumah tersebut sangat sepi seperti penghuninya sedang pergi. Ingin memastikan sendiri apakah penghuninya ada atau tidak, Davina memutuskan untuk mengetuknya.

Tok... Tok... Tok...

Belum ada respon yang menandakan rumah tersebut ada penghuninya, Davina mencoba mengetuknya sekali lagi berharap ada seseorang yang membukakannya.

Tok... Tok... Tok...

Ceklek...

Pintu akhirnya dibuka oleh seseorang dari dalam.

“Pagi, Nek,” dengan senyum yang lebar Davina menyapa wanita tua itu.

“Neng Vina, ayu masuk Neng,” ajak Nenek dan Davina pun ikut wanita tua itu masuk.

“Nek, aku bawa makanan enak sesuai janjiku waktu itu kalau aku libur kerja.” Davina membuka paper bag yang ia bawa, isinya adalah beberapa makanan enak yang dimasak oleh Satria.

“Ah, apakah Bosmu tak marah jadi membawa mah Kirana sebanyak ini, Neng Vina. Nenek takut kamu dimarahi karena membawa banyak makanan,” tanya Nenek yang takut kalau Davina terkena marah oleh Bos di tempat kerjanya.

“Nenek tenang saja, Bosku itu baik kok Nek. Dia bukan orang yang pelit yang akan memarahiku apalagi memecatku hanya karena makanan,” sahut Davina yang menuntun Nenek untuk duduk.

‘Bagaimana mau dimarahi, orang pemiliknya ajah Mamaku, hehe,” kekeh Davina dalam hatinya.

“Syukurlah kalau begitu, kamu harus bekerja dengan baik dan jangan mengecewakan Bosmu itu kalau begitu, karena sangat jarang di zaman sekarang ini bekerja memiliki Bos yang baik seperti itu,” ucap Nenek sedikit menasihati pada Davina.

“Siap, Nek.” Davina meletakkan telapak tangannya bergaya hormat. “Nenek cicipi makanannya deh, aku yakin Nenek pasti suka,” sambungnya memberikan sendok plastik yang ia bawa pada Nenek dan Nenek pun menurutinya untuk mencicipi makanan yang dibawa oleh Davina.

“Ini enak sekali, koki di tempatmu kerja sangat pandai memasaknya,” puji Nenek pada makanan yang dimasak oleh Satria.

“Aku akan lebih pandai lagi nanti, Nek. Suatu saat nanti aku akan membuka restoku sendiri dengan masakan lezat yang kubuat dengan tanganku sendiri,” ucap Davina yang memang bercita-cita menjadi seorang Chef.

“Semangatmu sungguh sangat menggelora, Nenek yakin kamu pasti akan bisa mewujudkan cita-citamu itu, belajar yang rajin suatu hari nanti kamu pasti berhasil,” doa nenek Ronggo yang tulus membuat Davina sangat bahagia.

“Oh iya, Nek. Ajari aku memasak masakan Nusantara, karena kelak restoku akan menyajikan makanan Nusantara dan bukan makanan barat,” punya Davina untuk diajarkan memasak oleh Nenek.

“Baiklah, kamu mau masak apa? Nenek akan mengajarimu masakan yang ingin kamu masak,” tanya Nenek menyetujui permintaan Davina.

“Nenek punya buku masakan Nusantara kan? Aku mau masak masakan dari buku resep itu, tapi sekarang kita belanja dulu ke supermarket” sahut Davina mengajak Nenek untuk belanja.

Kedua wanita beda generasi itu pun langsung bersiap untuk meluncur menuju supermarket terdekat untuk membeli bahan masakan yang akan digunakan untuk memasak.

“Kita naik taksi lain saja yah, Nek. Tak perlu menghubungi Mas Ronggo, kasihan dia sedang narik masa disuruh pulang hanya untuk mengantar kita belanja,” ucap Davina mengajak Nenek untuk naik taksi lain ketimbang menghubungi Ronggo untuk menjemput dan mengantarnya, padahal jika saja Davina mau Ronggo pasti langsung menjemputnya.

“Terserah kamu saja, Nenek menurut saja, lagi pula jam makan siang nanti anak itu pasti pulang untuk makan siang di rumah,” sahut Nenek memberitahu kalau Ronggo akan pulang di jam makan siang membuat Davina berbinar.

“Oh yah, Nek! Bagus dong, nanti dia bisa aku suruh coba makananku dan membandingkannya dengan masakan yang kubawa tadi,” seru Davina kegirangan, Nenek menangkap jika Davina menyukai cucu angkatnya itu.

“Kamu menyukai Ronggo yah, Neng?” tanya Nenek Langsung pada intinya membuat Davina seakan keselek sesuatu karena ia masih malu untuk mengakui perasaannya pada orang lain selain sahabatnya meski ia sudah mengatakannya pada Ronggo langsung.

“Taksinya datang, Nek. Ayu kita bergegas sebelum orang lain menaikinya.” Davina mencoba mengalihkan pembicaraan saat ada taksi yang berhenti tepat saat ia merasa terpojok, ia bernapas lega karena taksi tersebut datang di saat yang tepat, Nenek yang mengerti hanya menggelengkan kepalanya dan tak bertanya lagi.

‘Maaf, Nek. Untuk saat ini aku belum bisa jujur karena aku belum mengenal Mas Ronggo dengan lebih dalam lagi, aku harus memastikan kalau dia adalah pria yang tepat untuk mendapatkan cinta pertamaku. Aku memang menyukainya dan tak memandang dia berasal dari keluarga terpandang atau bukan, selagi dia bukan pria br*ngsek aku tak mempermasalahkannya, tapi setidaknya aku ingin mengenalnya lebih dalam lagi dan juga ingin memberi sifatnya seperti apa,’ batin Davina.

Mobil berhenti di sebuah supermarket, keduanya turun dan berjalan memasuki supermarket untuk membeli bahan masakan yang ingin digunakan untuk memasak. Sekitar satu jam lamanya mereka belanja akhirnya selesai juga. Tepat saat mereka keluar ada taksi yang sedang berhenti baru menurunkan penumpangnya, Davina langsung mengajak Nenek untuk segera naik ke dalamnya dan taksi tersebut langsung berjalan setelah Davina mengatakan tujuannya.

“Oke, sekarang mari kita eksekusi bahan-bahannya untuk dijadikan makanan yang lezat.” Davina begitu bersemangatnya.

Nenek mengajarkan Davina untuk membersihkan bahan yang akan digunakannya terlebih dulu, memilih yang bagus dan membuang yang jelek. Setelah bahan masalahnya selesai dipilih dan dibersihkan, Nenek mengajari Davina untuk membuat bumbu, banyak bumbu rempah yang Davina tak tahu dan terkadang ia sulit membedakannya antara jahe, kencur, kunyit dan juga lengkuas. Ia juga sangat sulit membedakan mana ketumbar dan merica yang bentuknya sama-sama bulat.

Davina mencatat semua bumbu yang diajarkan oleh Nenek dari berbagai menu masakan Nusantara, ia juga memfoto bumbu rempah tersebut dan menamainya agar tak lupa. Setelah semua siap, Nenek menyuruh Davina untuk memasaknya sesuai dengan arahan yang diberitahu olehnya dengan urutan. Sekitar jam dia belas tepat, masakan Davina selesai dimasak dan siap untuk dihidangkan.

Terpopuler

Comments

Atik Marwati

Atik Marwati

selesai nya kebetulan banget pas jam ronggo pulang...

2023-07-23

1

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

Davina 👍👍👍👍

2023-07-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!