BAB 09

“Pulang kuy, aku antar ke Cafe,” ajak Boy saat mereka sudah berada di luar kelas sedang berjalan ke arah luar kampus.

“Aku udah dijemput sama sopir ganteng nih, mau jenguk Pak Paijo. Kalian duluan ajah,” sahut Davina memberitahu kalau sore ini dirinya akan mengunjungi mantan sopir taksi onlinenya.

“Aku ikut deh, mau tahu seberapa tampannya sopir barumu, apa lebih tampan dari Chef cintaku atau malah kalah jauh darinya.” Riris menyela ingin ikut bersama dengan sahabatnya itu.

“Yah pasti lebih tampan Mas sopirku yah, muka kaku kanebo kering kek si Satria mah kalah jauh, lewat pokoknya,” sahut Davina membela pria yang diam-diam sudah bertengger di dalam relung hatinya, hm memang benar-benar definisi cinta pada pandangan pertama nih kayaknya.

“Dih kalian berdua ini malah ributin cowok yang belum tentu mau sama kalian. Kalian gak lihat nih ada dua pria tampan yang sangat mempesona yang selalu setia bersama dengan kalian berdua? Iya gak Dan?” protes Boy yang jengah dengan dua gadis yang meributkan pria yang belum tentu mau dengan keduanya.

“Yoi Men, mereka tak menghargai perasaan kita banget deh, kita jadi jomblo kan demi mereka yang jones,” sambung Dan mengikuti drama Boy.

“Dih kalian ini, orang kalian yang jones karena gak laku kok yah nyalahin kita sih. Yang punya komit katanya ribet punya pasangan gak bisa bebas, siapa coba? Kan kalian berdua yang punya pemikiran begitu, udah banyak cewek antri eh kalian sok jual mehong dan sekarang menyalahi kita berdua, dasar kompleks,” gerutu Davina tak terima dibilang jones oleh Dan.

“Yah memang ribet kalau punya pasangan, gak bisa bebas lirik sana lirik sini. Aku yakin kalau nanti tuh sopir taksi jadi kekasih kamu, pasti akan sangat menderita sekali karena bakalan suruh pakai kacamata kuda biar gak jelas lihat cewek cantik lainnya yang lebih modis dari kamu, hahaha.” Boy tertawa terbahak-bahak merasa puas mengatai sahabatnya itu.

“Dasar playboy cap kuda lumping, kalau ngomong asal ngejeplak ajah minta dikepret.”

“ADUH!” tabokan cinta mendarat dibahu Boy yang sedang tertawa renyah bagaikan makan rengginang yang baru saja digoreng. “Sakit tahu,” pekik Boy yang mengusap bahunya yang terasa perih karena ditabok oleh Davina.

“Rasain, habisnya kamu rese sekali. Udah yuk ah Ris kita pergi, tuh mobilnya sudah datang.” Davina berjalan pergi meninggalkan dua pria rese yang selalu saja membuat dirinya kesal, tapi tak menyangkal kalau tanpa mereka berdua persahabatan yang dilaluinya seakan hambar seperti sayur yang kurang akan garam dan penyedap rasa.

“Rese lu malah ketawa mulu temen ditabok,” dengus Boy kesal karena Dan masih saja tertawa.

“Habisnya kamu doyan banget ledekin perempuan jadi-jadian itu, udah tahu si Vina wujudnya doangan perempuan, dalemannya mah bodyguard, hahaha. Sudah yuk kita juga nyusul mereka buat ikut jenguk Pak Paijo.” Dan melangkah menuju tempat parkir dan mengendarai sepeda motornya sedangkan Boy masuk ke dalam mobilnya, mereka mengikuti mobil yang membawa dua sahabat cantiknya.

Di dalam mobil, Davina duduk seperti biasa di kursi depan samping kemudi, tepatnya duduk samping Ronggo. Sedangkan Riris duduk di kursi belakang seorang diri, ia tak hentinya melihat pada pria yang sedang mengemudikan mobil. Riris bersandar ke kursi depan pada kursi yang diduduki sahabatnya itu, kepalanya ia sandarkan miring pada sandaran kursi menghadap Ronggo.

“Mampir supermarket, oke,” ucap Davina yang sudah masuk ke dalam mobil sedang memakai sabuk pengaman, Ronggo tak menjawab ia langsung mengemudikan mobilnya.

“Vin, bener kata kamu, dia kayak artis Korea gitu,” celetuk Riris yang masih dalam mode melongo melihat pada Ronggo yang mengemudikan mobilnya.

“Lebih tampan mana sama si kanebo kakumu itu?” tanya Davina yang saat ini sudah tak canggung lagi berdekatan dengan Ronggo.

“Jelas masih tampan my Chef dong, tak ada duanya pokoknya dia mah, jangan bandingkan dengan Oppa Korea KWmu ini yah,” sahut Riris langsung tersadar dari keterpesonaannya pada Ronggo kala mendengar sebutan khas untuk Satria dilontarkan.

“Dih dasar, bucin akut.”

“Biarin.”

“Mas, Masnya mau gak jadi pacarnya si gadis jadi-jadian ini?” tanya Riris menunjuk pada Davina membuat keduanya terkejut, Ronggo ingin tertawa tapi ia urungkan.

“Jelas mau dong, aku kan cantik, iya gak?” dengan penuh percaya dirinya Davina memuji dirinya sendiri.

"Percaya diri sekali kamu yah, Mbak. Dari mananya kamu tahu kalau aku akan menyukaimu?” tanya Ronggo dengan nada datar dan pandangannya masih fokus pada jalanan.

“Dari hatimu,” sahut Davina singkat, sebenarnya jantung Ronggo sudah berpacu saat pertama bertemu dengan Davina pagi ini untuk yang kedua kalinya, tapi karena pendiriannya membuat ia selalu dingin pada setiap wanita yang ia sukai.

“Anda ini lucu sekali yah, terlalu percaya diri,” ucap Ronggo yang tak ingin terpancing oleh keimutan Davina, bagi Ronggo gadis tomboi yang penuh dengan kepercayaan diri di sampingnya teramat imut dan cantik.

“Kalau lucu kenapa gak ketawa? Yang namanya lucu tuh ketawa bukan malah datar begitu ekspresi wajahnya,” tanya Davina diiringi protesan.

“Sudah sampai supermarket, katanya tadi mau mampir sini dulu.” Ronggo tak menanggapi, kebetulan memang sudah sampai di depan supermarket jadi ia memiliki alibi untuk tidak terus menanggapi Davina.

“Oke, tunggu sebentar yah, aku mau beli sesuatu dulu untuk dibawa.” Davina dan Riris turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam supermarket yang tak terlalu besar.

Seperginya kedua gadis cantik itu, Ronggo menunggu mereka di dalam mobil. Ia mencoba menetralkan perasaannya yang tak karuan.

“Huft, aku gak boleh suka sama dia, dia gadis kuliahan pastilah anak orang kaya, ponselnya saja tadi pagi terlihat sangat mewah dan mahal. Aku hanya anak yatim piatu yang sudah tak memiliki siapa-siapa, yang hidup sebatang kara dan tak memiliki apa pun untuk membahagiakannya, kalau bukan karena Nenek yang merawatku sedari kecil mungkin aku sudah mati hidup dipinggir jalan. Cukup dengan bersanding dengan wanita yang biasa saja sepertikulah yang menjadi pilihan terbaik. Aku tak boleh memiliki mimpi yang terlalu tinggi, toh wanita pada umumnya akan sama saja hanya menginginkan pria yang berduit. Kalau aku memiliki kekasih seperti mereka aku tak akan sanggup memenuhi gaya hidupnya yang mungkin hanya menghabiskan uang untuk belanja dan jalan-jalan,” gumam Ronggo dalam hati sambil memegang dadanya yang seketika menjadi terasa terenyuh.

Saat Ronggo sedang larut dalam lamunannya, tiba-tiba saja kaca mobilnya diketuk oleh seorang pria. Ronggo langsung menurunkannya untuk mengetahui apa yang pria tersebut inginkan.

“Ada apa, Mas?” tanya Ronggo setelah kaca mobil turun.

“Dua gadis penumpang tadi ke mana?” tanya pria yang ternyata adalah Boy.

“Oh mereka lagi belanja ke supermarket. Memangnya ada apa dan kamu ini siapa?” tanya Ronggo bingung, dirinya seketika merasa berkecil hati karena ada yang mencari dua gadis cantik yang menjadi penumpangnya, ia merasa minder karena melihat Boy dengan penampilan yang begitu mewah dan elegan layaknya anak orang kaya.

“Aku sahabatnya, kami mengikuti mobil ini katanya mereka mau mengunjungi Pak Paijo yang sedang sakit,” jelas Boy pada Ronggo semakin membuat Ronggo yakin kalau Davina adalah anak dari orang kaya melihat Boy dan ternyata ada teman satunya lagi yang sedang bertengger di atas motor sport mahalnya.

“Tunggu saja sebentar, Mas. Bilangnya mau membeli sesuatu gitu, mungkin sebentar lagi akan datang,” ucap Ronggo dengan sopan.

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

Ronggo gak pede nih

2023-07-15

1

Rizky prasetyor862@gmail.com

Rizky prasetyor862@gmail.com

berasa anak ABG awak karna kisah anak kuliahan,,,kalau kisah ortu nya dulu kn langsung kedewasa,,,ini masih terasa ngambang karna yang baca emak emak x ya 😁😁😁,,,apa pun itu 💪💪💪💪💪 Isti,,,,

2022-11-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!