“Dia adalah chef tertampan yang pernah aku temui, chef Juna saja kalah tampannya jika dibandingkan dengan my sweety Satria,” ucap Riris membuat ketiga sahabatnya seketika langsung berbalik badan membelakangi dirinya dengan serempak seperti jalan di tempat.
...
Sesuai permintaan Riris, Davina dan dua cowok tertampan di kampusnya akan menemani sahabatnya itu untuk mengunjungi toko buku sepulang dari kampus. Davina dan Riris menebeng mobil Boy, sedangkan sang calon dokter anak seperti biasa menggunakan motor gede kesayangannya. Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di toko buku yang terbesar di kotanya, mereka langsung memasuki toko buku tersebut.
Riris melihat-lihat di area bagian novel dan komik, sedangkan Davina dan Boy memilih untuk kebagian masakan atau tata boga, Dan tak perlu ditanya lagi ke mana ia akan menuju. Davina dan Boy berjalan menyusuri toko buku tersebut kebagian seluruh ruangan, keduanya berhenti di bagian kumpulan buku-buku cerita dongeng. Davina mengambil satu buku dongeng yang sangat terkenal di kalangan anak-anak, ia tersenyum jahil pada Boy yang juga tersenyum jahil sambil menaik turunkan alisnya.
Mereka berjalan menuju tempat Riris yang sedang sibuk mencari komik atau novel yang sesuai dengan kriteria yang ia butuh kan. Namun, tiba-tiba saja ia terkejut karena dua sahabatnya itu datang dari belakang tanpa menimbulkan suara sedikit pun.
“Ini cocok buat kamu,” ucap Boy menyodorkan buku fantasi anak berjudul Cinderella dengan senyuman menggodanya.
Riris mengambil buku tersebut dan langsung memukulkannya ke kepala Boy dengan segera membuat Boy mengaduh kesakitan, Davina hanya terkekeh melihat Boy yang terkena hajar oleh sepupunya yang feminin tapi juga terkadang sangat garang.
“Rese banget sih kamu,” pekik Riris yang terus memukul Boy dengan buku yang diberikan oleh Boy.
“Aw, sakit oi, mukulnya udah kayak tukang pukul ajah, pantesnya jadi bodyguard nanti nih kalau kerja, bukan jadi koki,” pekik Boy mengusap kepalanya yang kena pukul dengan buku oleh Riris.
“Habisnya, kamu rese sekali, bukannya bantu malah kasih buku anak-anak begini,” protes Riris kesal.
“Lah, memangnya salah kah? Kan itu cocok sama kamu yang lagi ngejar si kanebo kering itu, kamu bisa manfaatin kesempatan seperti dalam cerita tersebut, misal kalau dia lagi sibuk kamu bisa pura-pura menawarkan bantuan ke dia gitu,” ucap Boy memberi saran.
“Aku gak sebar-bar itu buat langsung turun tangan deketin dia secara langsung, harus ada taktiknya biar dia mau langsung terpikat sama aku,” sahut Riris serasa tak nyadar diri mengatakan kalau dirinya tak bar-bar seketika membuat Boy tertawa terbahak-bahak, beruntung mereka berada di toko buku dan bukan di perpustakaan.
“Woi, kamu kalau ngomong bisa mikir dulu gak sih? Kagak nyadar apa kalau kamu tuh bukan Cuma bar-bar, tapi juga somplak binti tengil, hahaha,” ucap Boy dengan tawa yang masih terus menggema membuat Riris merasa kesal karena sahabatnya mengatai dirinya somplak binti tengil.
“Yang tengil itu kamu tahu, aku kan kalem, pendiam dan imut-imut begini, enak ajah kamu bilang aku somplak binti tengil. Yang tengil bin jomblo karatan abadi itu kan kamu, gayanya sok keren tak tahunya jomblo karatan abadi plus sejati lagi, sungguh memparipurna sekali jomblo kamu tuh,” protes Riris tak mau kalah dengan Boy yang selalu jahil.
“Weh, yang jomblo bukan Cuma aku saja kali, kalian juga jomblo, memangnya kamu gak sadar apa?” balas Boy masih berlanjut.
“Aku memang jomblo, tapi setidaknya gak seperti kamu yang buaya got, semua wanita digoda, nanti jangan-jangan tante-tante juga kamu goda lagi.” Riris masih meladeni Boy dengan sambil memilih beberapa novel dan komiknya, sedangkan Davina sudah pergi entah ke mana.
Davina berjalan menyusuri rak buku khusus tata boga, ia melihat satu persatu buku yang berisikan tentang masak memasak. Saat sedang asyik memilih-milih buku tak sengaja ia mengambil buku yang juga sedang dipegang oleh seorang pria.
“Maaf, saya yang lebih dulu mengambil buku ini,” ucap pria tersebut sopan dan lembut tapi dengan raut wajah yang tak menampilkan senyum sama sekali, seketika Davina langsung terpesona saat melihat wajah pria tersebut.
“Bisa tolong lepaskan buku ini?” tanya pria tersebut membuyarkan lamunan Davina yang sedang terpesona dengan pria tersebut.
“Ah, gimana?” tanya Davina gugup.
“Buku,” sahut pria tersebut dengan memberi kode menggunakan kepalanya yang menunjukkan pada buku yang masih dipegang Davina.
“Ah, bisakah kamu mengambil buku lain? Saya ingin melihat resep-resep dari masakan nusantara ini, apakah kamu keberatan?” tanya Davina sedikit memohon.
“Maaf, tapi ini pesanan Nenek saya, mungkin Anda yang harus memilih buku lain,” sahutnya dengan nada yang lembut hingga membuat Davina yang selalu berpenampilan bak seorang pria pun mampu terpesona, bahkan baginya pria yang berada di depannya lebih tampan dari sang kakak laki-lakinya.
“Ah, ternyata seperti itu. Baiklah kalau begitu, aku akan mengalah untuk Nenekmu. Ini, ambillah,” ucap Davina melepaskan buku yang sedari tadi ia pegang tersebut.
“Terima kasih, saya permisi.” Pria tampan yang sangat sederhana itu pun pergi meninggalkan Davina yang masih saja terpesona dengan pria tersebut.
“Sungguh ketampanan yang memparipurna,” gumamnya masih melihat menuju arah kepergian pria tampan nan misterius tersebut karena ia belum mengetahui namanya.
“Semoga kita bisa bertemu kembali,” sambungnya masih bergumam berharap bisa bertemu kembali dengan pria yang seketika mampu menggetarkan hatinya tersebut.
“Oi, aku cari-cari ternyata kamu di sini. Tuh si Riris sudah selesai katanya, ayu pulang, kamu mau ke Cafe apa mau pulang?” tanya Boy yang sedari tadi mencari keberadaan dirinya.
“Aku mau ke Cafe, kamu antar Riris saja, biar aku naik takol atau naik ojol gak apa-apa, aku masih mau cari buku dulu,” sahut Davina menyuruh sahabatnya untuk mengantar sepupunya.
“Udah nanti dia aku yang antar deh, kamu antar si Riris pulang saja gak apa-apa.” Dan yang menghampiri mereka langsung menimpali ucapan Davina.
“Ya sudah kalau begitu, aku antar Riris dulu yah, bye. Sampai ketemu besok.” Boy meninggalkan kedua sahabatnya itu berdua.
“Kamu mau cari buku apa sih?” tanya Dan yang penasaran dengan sahabatnya yang sedari tadi mencari buku tapi belum juga dapat.
“Aku mau cari buku tata boga sama buku resep masakan kekinian gitu, tadi sih udah nemu tapi diambil duluan sama orang,” sahut Davina masih sibuk mencari buku yang sesuai keinginannya.
“Ya lagian kamu kurang gercep sih, makanya diambil orang kan,” seru Dan mengatakan kalau sahabatnya itu kurang gercep atau gerak cepat.
“Yah mau bagaimana lagi, orang sudah keduluan. Ya sudah ah, kita balik ke Cafe saja, takutnya Cafe rame kurang orang,” ajak Davina segera keluar dari toko buku.
...
Salam hangat dariku
Tetap somplak dan jangan waras, oke
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
apa itu Ronggo ya yg bakal JD jodohnya Davina 🤔🤔🤔🤔
2023-07-15
1