Tidur Gavin nampak gelisah, keringat dingin mengucur di keningnya sebesar biji jagung.
" Vania... Jangan Vania! Jangan buang anakku!.. Vania.. Jangan buang anakku! Vania aku menginginkannya.. Vania.. "
Vania melempar Gava ke sungai yang alirannya sangat deras.
" Gava!!!!!!" Teriak Gavin membuka matanya.
" Hah.. Hah... Mimpi itu lagi." Ujar Gavin ngos ngosan.
Gavin segera meminum segelas air putih hingga tandas.
Sudah tiga bulan kepergian Vania, Gavin selalu memimpikan Vania dan anaknya setiap malam. Mimpi yang selalu berbeda beda, kadang Vania membuang anaknya, kadang anaknya marah marah padanya, kadang Vania mengalami kecelakaan dan sebagainya.
Kini kondisi Gavin berantakan, ia nampak kurus tak terurus karena hanya memikirkan Vania dan anaknya saja. Nyonya Rindu sampai kewalahan mengurusnya.
Karena bayang bayang mimpi itu membuat Gavin semakin terpuruk. Ia semakin menyadari perasaannya terhadap Vania. Ya.. Gavin mencintai Vania, bahkan rasa cinta itu semakin hari semakin besar di dalam hatinya.
" Vania... Kamu dimana sayang? Aku mohon pulanglah! Aku telah menyadari perasaanku selama ini, aku mencintaimu Vania, aku tidak bisa hidup tanpamu. Kalau kamu tidak mau pulang setidaknya berikan petunjuk kepadaku dimana kamu sekarang, aku akan menjemputmu sayang... Aku berharap kau tetap mempertahankan anak kita, aku berdoa semoga kalian baik baik saja, Gava... Maafkan papa sayang yang pernah menolak kehadiranmu, papa menyesal.. Sangat menyesal sayang, sehat sehat tumbuh di rahim mama kamu sayang, papa pasti akan menemukan kalian." Gavin memijat pelipisnya.
Gavin membayangkan saat saat ia bersama Vania. Kadang ia tersenyum kadang dia menangis sendiri menyadari kekejamannya selama ini.
" Hiks... Hiks... Vania... Aku menyesali perbuatanku selama ini, aku sangat menyesal sayang, ku mohon kembalilah! Ya Tuhan... Tolong berikan petunjuk dimana Vania saat ini! Aku merindukannya ya Rob." Ujar Gavin.
"Vania!!!! Gava!!!! Kembalilah!!!" Teriak Gavin.
Nyonya Rindu yang mendengar teriakan Gavin segera berlari masuk ke kamar Gavin.
" Gavin." Nyonya Rindu naik ke atas ranjang.
" Sayang tenanglah!" Nyonya Rindu memeluk Gavin.
" Vania Ma hiks.... Dimana Vania Ma? Aku ingin bertemu dengannya sekarang juga Ma... Vania Ma, hikss... Aku mau Vania saat ini juga Ma, ku mohon bawa Vania ke sini Ma,aku mohon!" Isak Gavin.
" Sabar sayang! Tenangkan dirimu! Kita semua juga sedang mencarinya, kita berdoa saja semoga anak buahmu bisa menemukannya sayang." Ujar nyonya Rindu.
" Bagaimana aku bisa tenang Ma!" Bentak Gavin tiba tiba.
Gavin turun dari ranjang. Ia berdiri menatap mamanya.
" Istri dan anakku pergi meninggalkan aku, mereka membenciku Ma, mereka membenciku." Teriak Gavin.
" Gavin tenang Nak!" Nyonya Rindu khawatir, keadaannya sama dengan keadaan nyonya Rindu dulu. Ia tidak mau kalau sampai Gavin stress karena depresi.
" Vania.. Vania.. " Teriak Gavin mencari Vania di kamar mandi, ruang ganti bahkan di almari.
" Kenapa aku tidak menemukan Vania dimanapun."
Gavin mengeluarkan pakaian dari almari satu persatu.
" Vania kamu dimana sayang? Vania kemarilah sayang!"
Saat melihat ikat pinggang, tiba tiba bayangan Vania menangis karena di cambuk dengan ikat pinggang berputar di kepala Gavin.
Gavin mengambil ikat pinggang itu lalu mencambuk nya di tubuhnya sendiri.
Cetar...
" Gavin... " Teriak nyonya Rindu.
" Gavin jangan lakukan ini Nak!" Ucap nyonya Rindu sambil terisak.
" Aku sering menyiksa Vania Ma, aku juga harus merasakan apa yang dia rasakan saat aku mencambuk nya Ma... Ternyata rasanya sakit dan perih... hiks.., biarkan aku menghukum diriku sendiri karena telah membuat Vania pergi." Sahut Gavin terisak.
" Sayang ini tidak akan menyelesaikan masalah, kendalikan dirimu! Mama tidak mau kamu sampai stress dan berujung seperti Mama saat itu sayang." Ujar nyonya Rindu.
Gavin tidak mempedulikan ucapan mamanya. Ia terus mencambuk dirinya sampai....
Brugh....
Gavin tidak sadarkan diri dan tergeletak di lantai.
" Putraku... Hiks... " Nyonya Rindu luruh ke lantai.
" Kenapa semua ini terjadi kepada putraku hiks... Vania... Mama mohon pulanglah Nak! Sudah cukup menghukum Gavin nya Nak! Mama tidak kuat melihat putra mama terpuruk seperti ini, mama tidak mau sampai Gavin menjadi gila." Isak nyonya Rindu.
Pagi bersambut Gavin masih setia memejamkan matanya. Nyonya Rindu dan Sandia menemaninya. Mereka duduk di sofa.
" Sayang, bicara jujur pada Mama! Dimana sebenarnya Vania?" Nyonya Rindu menatap Sandia.
" Aku tidak tahu Ma." Sahut Sandia.
" Mama yakin kepergiannya ada campur tangan dirimu sayang, kau tidak bisa membohongi mama." Ujar nyonya Rindu.
" Ma jujur kepergian kak Vania memang ada campur tanganku, tapi aku hanya mengantarnya ke rumah kak Leon, aku meminta bantuannya untuk membawa pergi kak Vania, aku pikir kak Leon akan memberitahuku dimana dia membawa kak Vania pergi, tapi sampai sekarang kak Leon tetap bungkam Ma, dia tidak mau kita tahu keberadaan kak Vania." Terang Sandia.
" Mama akan menanyakan ini pada Leon." Ujar nyonya Rindu.
" Iya Ma, siapa tahu kak Leon mau berbicara kalau Mama yang menanyakannya." Sahut Sandia.
Gavin membuka matanya, ia menatap kosong ke depan.
" Sayang kau sudah bangun." Nyonya Rindu menghampiri putranya.
Gavin tidak menyahut, ia asyik dengan dunianya sendiri.
" Sayang." Nyonya Rindu mengguncang bahu Gavin.
" Sandia ada apa dengan kakakmu? Kenapa dia diam saja Sandia?" Tanya nyonya Rindu panik.
" A.. Aku juga tidak tahu Ma." Ujar Sandia.
" Ya Tuhan... Jangan sampai apa yang aku takutkan menjadi kenyataan." Ucap nyonya Rindu.
Nyonya Rindu ke kamar mandi, ia membawa segayung air lalu...
Byurrrr....
Tidak hanya wajah Gavin saja yang basah tapi juga kasur dan selimutnya.
" Mama." Gavin menatap nyonya Rindu.
" Gavin." Nyonya Rindu memeluk Gavin. Sesekali ia menciumi kepala putranya.
" Gavin jangan seperti ini lagi! Mama tidak menyukainya Nak, kamu harus tetap kuat! Jangan kosongkan pikiranmu! Mama tidak mau sampai kamu kenapa napa sayang." Nyonya Rindu menangkup wajah Gavin.
" Iya Ma, aku tidak pa pa." Gavin turun dari ranjang masuk ke dalam kamar mandi.
Ia menyalakan shower membasahi tubuhnya tanpa membuka pakaiannya.
" Aku berjanji sayang, jika aku menemukanmu aku akan memperlakukanmu dengan baik, aku akan menjadikanmu ratu di dalam hidupku, aku akan menebus semua kesalahanku dengan kebahagiaan, aku harus tetap menjaga kewarasanku supaya aku bisa menemukanmu, aku tidak boleh terpuruk, aku harus mencarimu lagi, aku yakin aku akan menemukanmu suatu hari nanti sayang, kita akan kembali bersama dan hidup bahagia bersama anak anak kita." Gavin mengusap wajahnya.
Gavin melanjutkan mandi dengan benar, setelah selesai ia keluar menghampiri mama dan adiknya.
" Ma aku akan mencari Vania sendiri, aku tidak akan pulang sebelum Vania ketemu Ma, aku akan menyebar fotonya ke seluruh kantor polisi, aku pasti akan menemukannya Ma, aku membutuhkan doa Mama." Ucap Gavin dengan penuh semangat.
Nyonya Rindu dan Sandia tersenyum melihatnya.
" Semoga apa yang kau impikan akan segera menjadi kenyataan sayang, doa Mama selalu menyertaimu." Ucap nyonya Rindu.
" Terima kasih Ma." Ucap Gavin keluar kamar.
" Aku yakin, aku bisa menemukanmu sayang." Batin Gavin.
Bisa nggak nih?
Jangan lupa tekan like koment vote dan 🌹nya buat author semoga sehat selalu...
Terima kasih untuk kalian semua yang sudah mensuport author semoga sehat selalu...
Miss U All...
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Maryani Yani
pagi"udh nangis
😭😭😭
2023-05-28
1
MarthaAnna
huuuu 😭😭😭😭
nangis baca adegannya Gavin
pertemukan saja Thor, memaafkan adalah kemuliaan terbesar yg dilakukan oleh insan manusia kepada manusia lainnya
2022-11-30
3
Iqlima Al Jazira
jangan🤔
2022-11-29
1