Dua hari Vania tidak pulang ke rumah, hal itu membuat Gavin uring uringan. Entah mengapa ada sesuatu yang hilang dari dalam hatinya. Ia mondar mandir di dalam kamarnya, sesekali ia menarik kasar rambutnya.
Ceklek.....
Sandia masuk ke dalam Gavin.
" Kak sarapan sudah siap, ayo turun!" Ajak Sandia.
" Sandia, apa kau benar benar tidak tahu kemana Vania? Kakak sudah meminta anak buah kakak untuk mencari tapi tidak ketemu." Gavin menatap Sandia.
" Aku tidak tahu Kak." Sahut Sandia.
" Maaf Kak aku tidak bisa memberitahumu, saat ini Kak Vania sedang dalam masa pemulihan." Batin Sandia.
Ya, kemarin Sandia di telepon oleh Leon. Ia mengabarkan kalau Vania ada bersamanya.
" Kak, apa Kakak mengkhawatirkan kak Vania?Dua hari Kak Vania tidak pulang membuatmu gelisah, apa Kakak tahu artinya apa itu? Aku harap Kakak bisa menyadari perasaan Kakak sendiri, apakah Kakak gelisah karena tidak menyiksanya atau gelisah karena takut kehilangannya, renungkanlah semua itu Kak!" Sandia keluar dari kamar Gavin.
Gavin memikirkan ucapan Sandia.
" Sandia benar, kenapa aku gelisah? Kenapa aku mengkhawatirkannya? Apakah aku mulai mencintainya?"
" Tidak... Aku tidak mungkin mencintai wanita sepertinya. Aku gelisah karena takut dia kabur, aku belum puas menyiksanya... Aku belum puas membalaskan dendam ku sebelum dia menjadi gila.. Vania... Awas kau Vania, jika kau pulang nanti aku akan menghukummu." Geram Gavin.
Gavin turun ke bawah, mereka sarapan bersama. Terdengar langkah mendekati mereka. Keduanya menoleh ke asal suara.
" Kak Vania."
" Vania, darimana saja kau hah?" Gavin mendekati Vania.
" Katakan! Darimana kamu?" Bentak Gavin mengguncang tubuh Vania.
" Maaf Mas aku kemarin ke rumah temanku, tapi aku malah sakit di sana jadi aku menginap di rumahnya." Sahut Vania membuat Gavin murka.
" Sakit? Kamu sakit apa?" Tanya Gavin terlihat cemas membuat Sandia dan Vania heran.
" Maksudku kamu sakit apa sampai kamu tidak bisa pulang ke rumah hah? Banyak pekerjaan yang harus kamu selesaikan di rumah kan, sekarang ikut aku! Aku akan memberikanmu hukuman agar kau tidak mengulangi perbuatanmu ini." Gavin menyeret Vania ke kamarnya.
" Kak." Panggil Sandia.
Gavin terus menarik tangan Vania menaiki tangga. Ia mendorong tubuh Vania ke ranjang.
" Kau harus di hukum karena telah membuatku cemas Vania."
Gavin membuka ikat pinggangnya membuat Vania beringsut.
" Mas ku mohon jangan lakukan itu! Saat ini kondisi ku sedang tidak baik Mas, aku mohon padamu maafkan aku! Aku tidak akan mengulanginya, aku mohon padamu! Ibalah sedikit saja padaku Mas." Vania menatap Gavin dengan penuh harap. Matanya nampak berkaca kaca.
Entah kenapa saat Gavin menatap matanya ia menjadi tidak tega.
" Kenapa aku tidak sanggup menyiksanya? Ayo siksa dia Gavin, dia sudah membuat hidupmu berantakan." Gavin berperang dengan batinnya sendiri.
Plek...
Gavin membuang ikat pinggangnya ke lantai. Ia menindih tubuh Vania, ia mencium bibir Vania dengan sedikit kasar. Gavin kembali menjamah tubuh Vania, kali ini tidak ada kekerasan seperti biasanya.
Entah kenapa Gavin melakukannya dengan sedikit lembut membuat Vania terbuai akan sentuhannya. Bahkan Vania melupakan rasa sakit pada luka bekas operasinya.
Setelah mencapai puncaknya, Gavin merebahkan tubuhnya di samping Vania.
Gavin mengerutkan keningnya saat melihat darah di sprei.
" Vania apa kamu terluka? Kenapa ada darah di sprei?" Gavin menatap Vania dengan tatapan menyelidik.
" Tidak Mas, biar aku bersihkan." Vania melilitkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Ia segera masuk ke kamar mandi memakai pakaian nya.
" Semoga Mas Gavin tidak curiga." Gumam Vania.
Vania keluar, ia tidak menemukan Gavin di kamarnya mungkin Gavin ke kamar tamu. Ia segera mengganti sprei dengan yang baru sebelum Gavin menanyakan banyak hal padanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari hari berlalu tak terasa satu bulan pasca operasi kini luka Vania sudah benar benar sembuh. Ia selalu berhasil menutupi luka itu dari Gavin.
Malam ini Vania membawa secangkir kopi untuk Gavin ke ruang kerja. Saat ia hendak membuka pintu sayup sayup ia mendengar Gavin sedang berbicara dengan seseorang di telepon.
" Syukurlah kalau pak Ziko sudah tiada hitung hitung mengurangi biaya hidupnya, jangan kasih makan pada wanita ular itu! Biarkan dia mati kelaparan agar dia tahu bagaimana rasanya tidak bertemu makanan,biarkan dia gila! Dia juga harus merasakan apa yang ibuku rasakan sela ini!"
Deg...
Jantung Vania berdetak sangat kencang. Tangannya gemetaran, ia bahkan tidak mampu menopang tubuhnya sendiri hingga...
Prang....
Pecahan cangkir berserakan di lantai.
Mendengar itu Gavin keluar dan..
" Vania." Gumam Gavin.
Vania menatap tajam ke arah Gavin, entah mendapat keberanian darimana yang jelas saat ini hatinya di kuasai oleh emosi. Ia merasa di bohongi oleh Gavin.
" Mas Gavin bilang papa sudah meninggal? Berarti selama ini Mas Gavin tahu dimana mereka, atau mungkin Mas Gavin yang menyekap mereka hah? Katakan Mas!" Vania mengusap air matanya.
" Kenapa kamu begitu tega melakukan semua ini Mas? Tidak puaskah kamu menyiksaku selama ini Mas? Aku menerima semua siksaanmu dengan ikhlas karena aku berpikir kau melepaskan orang tuaku Mas, aku tidak menyangka kau menyiksa mereka juga. Sampai kapan kau akan melakukan semua ini kepadaku? Apakah kau belum puas membalaskan dendammu dengan membuat keluargaku menderita selama ini Mas?...
" Ya... Aku belum puas menyiksamu sebelum kau menjadi gila." Bentak Gavin membuat Vania berjingkrak kaget.
Gavin mencengkeram kuat pipi Vania.
" Aku akan puas kalau kau menjadi gila seperti mamaku! Aku akan terus menyiksamu sampai kau menginginkan kematianmu sendiri." Gavin mendorong Vania hingga punggungnya menabrak tembok.
Gavin meninggalkan Vania dengan kesal.
Tubuh Vania luruh ke lantai.
" Hiks.... Ya Tuhan aku harus bagaimana? Selama ini aku bertahan dengan harapan Mas Gavin akan berubah, tapi kenyataannya sampai saat ini Mas Gavin sama sekali tidak menunjukkan perubahan akan sikapnya, aku merasa bodoh karena usahaku selama ini sia sia hiks... Aku harus bagaimana?" Isak Vania sedih.
" Pergilah Kak."
Vania mendongak menatap Sandia.
" Pergilah yang jauh dari kehidupan Kak Gavin." Sandia duduk di samping Vania.
" Tapi Sandia...
" Jangan keras kepala Kak! Cukup sudah selama ini Kakak membiarkan Kak Gavin menyakitimu, sekarang jangan lagi Kak! Aku tidak kuat melihatnya, kau berhak bahagia Kak, pergilah!" Sandia menatap Vania.
Vania memeluk Sandia.
" Sandia hiks.... " Isak Vania.
" Pergi Kak, kau tidak perlu bertahan lagi, percuma kau bertahan karena Kak Gavin tidak akan pernah berubah, mungkin dia akan berubah jika kau sudah tidak ada di sampingnya, maafkan aku yang tidak bisa membantumu selama ini hiks... " Ucap Sandia.
Vania melepas pelukannya, ia mengusap air matanya.
" Kau benar Sandia, kakakmu sangat sulit untuk berubah, kepercayaan diriku kini hilang musnah Sandia, aku mengakunkalah, aku menyerah Sandia." Ucap Vania.
" Aku mendukung keputusanmu Kak, sekarang bersiaplah Kak." Sandia mengusap air mata Vania.
Saat Vania berdiri tiba tiba pandangannya kabur, semuanya terasa berputar. Tiba tiba...
Brugh....
" Kak Vania!" Teriak Sandia.
" Kak bangun Kak! Kau kenapa Kak!" Sandia menepuk pelan pipi Vania.
" Ya Tuhan selamatkan Kak Vania." Gumam Sandia.
Apa yang terjadi dengan Vania? Pasti sudah ketebak kan?
Jangan lupa selalu tekan like koment vote dan kasih 🌹yang banyak buat author biar author semangat ya...
Terima kasih untuk kalian semua yang berkenan mensuport author semoga sehat selalu...
Miss U All...
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Dee Na
wey hebat 2hari abis operasi bsr bs langsung digagahi. emang ga buka baju y, ga kliatan gitu ada perban atau apa? masa 2 HR SDH kering lukanya, ajaib
2023-03-02
1
Iqlima Al Jazira
hamil?
2022-11-22
3
sella surya amanda
lanjut
2022-11-22
2