Satu bulan berlalu, kondisi nyonya Rindu semakin membaik. Ia sudah bisa merespon ucapan Vania dengan menggeleng dan menganggukkan kepalanya. Vania dan Sandia sering menjenguknya ke rumah sakit. Seperti hari ini, Vania sudah bersiap pergi ke rumah sakit bersama Sandia.
" Mau kemana lagi kamu? Kenapa akhir akhir ini kamu sering pergi?" Selidik Gavin mendekati Vania.
" Aku mau ke rumah temannya sandia Mas." Dusta Vania.
" Teman yang mana?" Tanya Gavin.
" A.. Aku tidak tahu, aku cuma di ajak Sandia saja." Gugup Vania.
Gavin mencengkeram pipi Vania.
" Kalau sampai kamu berbohong kepadaku maka kau akan menerima akibatnya." Gavin mendorong tubuh Vania hingga terjerembab ke atas ranjang.
" Iya Mas." Sahut Vania.
Vania segera keluar dari kamar menuju kamar Sandia.
" Segera selidiki kemana adik dan istriku pergi!" Titah Gavin menelepon seseorang.
Vania masuk ke dalam kamar Sandia.
" Sandia." Vania menghampiri Sandia.
" Iya Kak? Ada apa?" Tanya Sandia.
" Sepertinya hari ini kita tidak bisa ke rumah sakit, kakakmu sudah mulai curiga Sandia, aku tidak mau sampai kakakmu tahu soal ini." Ucap Vania cemas.
" Baiklah Kak, kalau begitu gimana kalau kita jalan jalan saja!" Ujar Sandia.
" Yah kau benar, kita akan ke rumah sakit lain kali saja." Sahut Vania.
Setelah Gavin berangkat ke kantornya, keduanya berjalan menuju mobil. Vania melajukan mobilnya ke sebuah tempat wisata yang ada taman bunga di dalamnya.
" Kenapa kita ke sini Kak?" Tanya Sandia.
" Untuk menghibur diri menghilangkan stress San." Sahut Vania.
" Baiklah terserah kau saja Kak, karena sepertinya kau memang membutuhkan hiburan ha ha." Sahut Sandia tertawa.
Keduanya berjalan menuju taman bunga, mereka duduk di gazebo yang tersedia di sana.
" Kak tanganmu kenapa?" Sandia mengamati tangan kanan Vania yang terlihat biru biru.
" Aku jatuh di kamar mandi." Kilah Vania.
" Tidak! Ini pasti perbuatan kak Gavin, ini seperti bekas ikat pinggang Kak, ya Tuhan... Jahat sekali kak Gavin kepadamu Kak, harusnya kau bisa melawannya Kak, jangan diam saja!" Ucap Sandia.
" Tidak Sandia, dia suamiku. Dia berhak melakukan semua ini padaku." Sahut Vania.
" Aku jadi sulit menilaimu Kak, entah kau wanita yang baik atau wanita yang bodoh Kak." Ucap Sandia.
Drt.... Drt...
Ponsel Sandia berdering tanda panggilan masuk.
" Halo." Ucap Sandia setelah mengangkat teleponnya.
" Sandia kamu dimana? Kita harus segera ke kampus San, ada rapat pembentukan panitia untuk perpisahan kita." Ujar Ruhi.
" Aku di taman bunga xx, kamu ke sini aja jemput aku!" Sahut Sandia.
" Ok." Sahut Ruhi mematikan teleponnya.
" Kenapa San?" Tanya Vania.
" Aku harus ke kampus Kak, Kak Vania nanti pulang sendiri tidak apa kan?" Sandia menatap Vania.
" Tidak apa." Sahut Vania.
Tak lama Ruhi datang menghampiri mereka bersama kakaknya.
" Kak Leon." Ucap Vania.
" Hai, bagaimana kabarmu?" Tanya Leon.
" Baik Kak." Sahut Vania.
" Kakak sendiri gimana kabarnya?" Tanya Vania.
" Baik." Sahut Leon.
Leon melihat tangan Vania dengan tatapan iba.
" Aku yakin itu pasti perbuatanmu Vin, malang sekali nasibmu Vania." Batin Leon.
" Terus kita gimana nih?" Tanya Ruhi.
" Kita pakai mobilku aja, biar Kak Leon yang mengantar Kak Vania pulang nanti." Ujar Sandia.
" Iya kalian pergilah! Nanti Kakak yang akan mengantar Vania." Sahut Leon.
" Terima kasih Kak." Sandia dan Ruhi meninggalkan Leon dan Vania.
" Mau langsung pulang atau mau duduk dulu?" Tanya Leon.
" Duduk sebentar deh Kak." Sahut Vania.
" Ok." Sahut Leon duduk di kursi depan Vania.
" Kalau aku langsung pulang yang ada Mas Gavin tambah curiga." Batin Vania.
" Apa Gavin memperlakukanmu dengan baik?" Pancing Leon.
" Baik Kak, dia menyayangiku." Sahut Vania.
" Kau tidak pandai berbohong Vania, kau bisa menipu orang lain tapi tidak denganku." Sahut Leon.
" Kalau begitu jangan tanyakan apapun lagi padaku supaya aku tidak melakukan kebohongan padamu Kak." Ujar Vania.
" Baiklah maafkan aku!" Sahut Leon.
Di tempat lain, tepatnya di ruangan Gavin. Gavin nampak murka melihat foto yang di kirim oleh anak buahnya. Ia mengepalkan erat tangannya.
" Ternyata kalian bermain di belakangku, aku tidak menyangka kau berani melakukan ini Vania, kau akan merasakan akibat dari perbuatanmu." Geram Gavin.
Leon mengantar pulang Vania setelah jam makan siang, lalu ia kembali ke kantornya. Ia segera masuk ke ruangan Gavin.
" Dari mana saja lo? Kenapa jam segini baru datang?" Selidik Gavin.
" Gue ngantar Ruhi ke kampus terus sekalian gue lanjut makan siang." Sahut Leon.
" Makan siang bersama istri lo." Lanjut Leon dalam hati.
" Selesaikan semua pekerjaan lo! Gue mau pulang." Gavin keluar ruangan.
Sesampainya di rumah, Gavin segera menuju kamarnya. Ia masuk ke dalam menghampiri Vania yang mulai terlelap.
" Bangun Vania!" Bentak Gavin.
Vania langsung membuka matanya.
" Mas Gavin, kamu sudah pulang." Ucap Vania beranjak duduk.
Gavin membuka ikat pinggangnya.
" Apa yang kau lakukan Mas?" Vania beringsut ketakutan.
" Aku akan menghukummu karena kau telah berani membohongiku." Sahut Gavin.
" Bohong? Bohong soal apa Mas?" Tanya Vania.
" Kau bermain gila di belakangku." Bentak Gavin.
" Kau berselingkuh dengan Leon kan?" Gavin menarik kasar rambut Vania.
" Argh... Tidak Mas!" Sahut Vania.
" Kau tidak bisa membohongiku Vania, aku punya mata mata yang selalu mengawasimu." Ucap Gavin.
Deg....
Jantung Vania berdetak sangat kencang. Ia takut Gavin tahu jika selama ini ia menemui mamanya.
" Aku harus menghukummu!"
Cetar...
" Argh." Vania mengelus tangannya. Ia meringis kesakitan menahan panas dan perih karena sabetan ikat pinggang.
Cetar...
" Mas sakit!
Cetar...
" Mas ku mohon hentikan!"
Cetar...
" Argh.. " Tubuh Vania telungkup di atas ranjang saat Gavin memukul punggungnya.
" Mas hiks... Aku tidak mengkhianatimu Mas! Aku hanya kebetulan bertemu dengannya." Isak Vania.
Gavin menarik rambutnya hingga Vania mendongak.
" Menangislah sampai kering air matamu aku tidak akan mengampunimu." Teriak Gavin.
Gavin menarik gaun yang di pakai Vania. Lagi lagi Vania mendapat perlakuan kasar dari Gavin. Gavin menyentuhnya dengan brutal hingga satu jam lamanya. Air mata selalu menjadi teman setia yang selalu mengiringi penderitaan Vania.
Dengan alasan berbakti kepada suami, Vania selalu berusaha bertahan. Ia akan mempertahankan pernikahannya apapun yang terjadi. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan membuat Gavin menyadari kesalahannya, dan membuat Gavin membalas perasaannya.
Setelah puas menyiksa Vania, Gavin masuk ke dalam kamar mandi membersihkan keringat yang melekat di tubuhnya. Setelah selesai ia kembali menghampiri Vania.
" Siapkan makan siang untukku dalam waktu sepuluh menit, dan antar ke ruang kerja! Terlambat sedikit saja kau akan mendapat hukuman lagi dariku." Ucap Gavin meninggalkan kamarnya tanpa mempedulikan kondisi Vania.
Vania segera berlari ke kamar mandi. setelah mengganti pakaiannya ia ke dapur menyiapkan makanan untuk Gavin. Lalu ia mengantarkannya ke ruang kerja.
" Mas ini makanannya." Vania meletakkan nampannya di meja.
" Hmm." Gumam Gavin.
" Kalau butuh apa apa lagi panggil aku saja." Ucap Vania keluar ruangan.
Gavin menatapnya dengan tatapan yang entah.
" Kenapa dia bersikap seolah tidak terjadi apa apa? Apa siksaanku selama ini tidak ada artinya baginya? Heh kau bersikap sok kuat Vania, aku ingin lihat sampai kapan kau bisa bertahan dengan siksaanku." Ucap Gavin tersenyum smirk.
Ada yang mau jawab sampai kapan?
Jangan lupa tekan like koment vote dan kasih 🌹 yang banyak buat Vania biar Vania semangat...
Terima kasih untuk kalian semua yang telah rela memberikan support... Semoga sehat selalu...
Miss U All...
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Nurul Aeni
ayo Vania pergi & menghilang dr gavin
2025-02-03
1
Widya Asyanti
bodoh
2024-07-30
1
Nina Nina
lumayan sadis sih, untung bukan d i dunia nyata, klo di dunia nyata pasti sdah berurusan dengan polisi, tp karna ini novel jadi polisi tdk di pake
2022-12-17
3