Curhatan Suami

Hari ini, adalah hari wisuda anakku. Alhamdulillah putriku sudah lulu S1 kedokteran. Sungguh bahagia melihat anakku tersenyum lepas seperti itu. Sungguh tiada sia-sia selama ini aku bekerja nyaris siang malam untuk membiayainya.

Namun, senyumnya perlahan hilang. Saat kami berphoto bersama. Dia bersedih karena tidak adanya sosok Ayah yang mendampinginya di hari bahagianya ini. Dia iri dengan temannya yang lain, yang masih memiliki orangtua yang lengkap.

Itu bukan tanpa alasan. Ayah tercintanya sudah lama wafat. Sudah lama meninggalkan dunia ini, tanpa menyelesaikan tugas-tugasnya dengan sempurna di dunia. Sekitar tujuh belas tahun yang lalu.

Ketika Desti masih berusia empat tahun. Kami memiliki pria yang amat baik, namun kami sia-siakan. Ehh, bukan kami. Tapi tepatnya aku yang menyia-nyiakannya. Arif namanya.

Pernikahan kami tidak didasari dengan cinta. Karena dia adalah pria pilihan orangtuaku. Jadi aku terpaksa menikahinya. Walau dalam hati, aku sangat menolak pernikahan ini. Tapi tak kuasa menerima dan menjalaninya.

Hari demi hari kami lalui dengan penuh suasana yang dingin. Arif sangat menikmati perannya sebagai seorang suami. Dia bekerja amat keras. Bahkan jika sudah pulang kantor. Dia pun tetap bekerja di peternakan ayam miliknya.

Kebutuhan ekonomi kami sangat tercukupi pada saat itu. Bahkan semua pekerjaan rumah Arif yang mengerjakan. Aku hanya bersantai-santai aja dan tidur-tiduran menikmati hidup.

Namun, aku yang sedari awal tidak mendasari dengan cinta. Tapi dengan keterpaksaan. Sangat berat menjalaninya. Bahkan sampai satu tahun pertama pernikahan. Aku bersikukuh berkata kepada Arif bahwa aku belum mau memiliki seorang anak dulu.

Aku masih mau bebas. Masih mau main dan berkumpul-kumpul dengan teman-temannku. Aku rutin meminum pil KB, untuk menunda kehamilan. Namun pada saat aku lupa meminum pil KB itu, kami berhubungan badan sebanyak kurang lebih tiga kali dalam rentang waktu dua hari.

Dari situlah kemudian aku hamil. Hal yang kedua yang paling tidak aku sukai. Pertama suamiku dan kedua calon bayi dalam kandunganku. Namun bagaimana lagi, semua sudah terjadi.

Sempat tersirat, untuk menggugurkan kandungan ini. Tapi, aku takut akan dosa. Jika aku sampai menggugurkan kandungan ini. Walaupun ada banyak cara untuk melakukannya. Tapi, tunggu dulu. Apa itu?

Aku bilang dosa? Aku baru-baru ini memikirkan dosa. Setelah apa yang aku lakukan terhadap suamiku selama ini, aku baru memikirkan dosa. Lalu dosa itu pun semakin bertambah ketika anak itu lahir.

Suamiku amat bahagia. Tetapi tidak dengan aku, yang pada akhirnya semua tugas mengurus dan merawat bayi dilakukan oleh suamiku, kecuali menyusui. Aku ingin anakku menerima asi ekslusif dariku. Kemudian, semuanya berjalan begitu saja.

Seperti tanpa rintangan apapun. Aku seperti Ratu, sedangkan suamiku. Seperti budak bagiku. Dia sangat penurut bagiku. Dia sangat amat mencintaiku hingga takut kehilangan diriku, aku pun memanfaatkannya. Sekali lagi semua urusan rumahtangga bahkan sampai mengurus anak.

Dia semua yang kerjakan. Aku tidak mengejakan apa-apa. Bahkan untuk ambil sendok untuk makan dan nyari remote tv, aku mennyuruh dia. Hingga, cobaan itu datang bertubi-tubi. Tapi seolah-olah, cobaan itu hanya dia yang boleh menghadapi sendirian.

Berawal dari kedua orangtuanya yang sakit stroke. Ketiga kakaknya tidak ada yang mau merawat, jadilah dia sebagai anak yang paling bungsu yang merawatnya. Dia membawa kedua orangtuanya untuk tinggal dirumah kami.

Sudah mengurusi pekerjaan rumah dan anak. Sekarang ditambah mengurusi kedua orangtuanya yang sakit. Membuat dia kewalahan membagi waktu, dan akhirnya resign dari tempat kerja. Aku sempat protes kepadanya berkata, “Jika tidak kerja. Nanti makan apa?”

Tapi dia meyakinkan diriku, kalo masih ada peternakan untuk bisa dijadikan mata pencaharian. Dan aku pun sedikit percaya kepadanya. Berselang dua bulan kemudian, kedua orangtuanya wafat, dan ketiga kakaknya. Dengan tega berebut warisan. Hingga tidak menyisakan sepeser pun untuk suamiku. Marahkah suamiku?

Ternyata tidak. Dia lebih memilih diam, dan sesekali aku memergokinya menangis di kamar mandi dan di ruang makan pada malam hari. Sambil memegang photo kedua orangtuanya.

Tidak hanya disitu. Selang satu bulan kemudian. Musibah terjadi lagi. peternakan ayam kami hangus terbakar karena korsleting listrik. Semua ayam dan kandang-kandangnya ludes, hangus terbakar tanpa tersisa apapun. Putus asakah suamiku?

Jelas, dia sangat amat terpukul. Sebab itulah mata pencaharian kami satu-satunya. Selebihnya kami membuka usaha kecil-kecilan. Dari usaha sembako, minuman ringan, dan laundry.

Tapi tidak ada yang berhasil. Ke semuanya bangkrut. Hingga uang tabungannya habis tak tersisa. Dia sempat ingin meminjam uangku tapi aku tidak kasih, dengan alasan ini uangku bukan uangnya. Astaga, apakah ini yang dinamakan keluarga?

Saat suami kesusahan aku hanya berdiam dan tidak membantu. Malah lebih banyak menuntut. Bahkan aku mengancam, jika dia tidak dapat pekerjaan. Aku akan menceraikannya. Kemudian, lagi-lagi aku melihatnya menangis.

Saat ini bukan hanya karena sedang menatap photo kedua orangtuanya. Melainkan hampir di setiap malam dia menangis. Pernah suatu saat dia ingin menangis di bahuku, namun aku menolaknya dan berkata, "Kamu itu cowok. Badan gede doank buat pajangan. Cari kerja sana. Jangan nangis mulu!"

“Tapi aku sedang butuh kamu, aku ingin curhat sama kamu," pintanya.

“Aahh. Aku ngantuk. Mau tidur," balasku.

Hari-hari pun berganti. Kami hanya bertahan dengan menjual barang-barang yang ada dirumah. Pernah diam-diam dia bekerja sebagai seorang tukang sapu jalanan. Dari rumah dia beralasan ingin keluar cari pekerjaan.

Entah benar atau enggak yang pastinya terserah dia, dan yang pastinya juga, aku gak mau mengurus anak. Hingga ada tetangga kami yang mengadu kepadaku. Jika dia melihat suamiku sedang menyapu jalanan sambil menggendong anakku.

Kemarahanku memuncak. Aku benar-benar habis-habisan memarahinya. Aku tidak mendengarkan semua alasannya. Dia beralasan jika tidak ada barang lagi yang bisa dijual selain rumah.

Aku anggap itu bukanlah alasan. Aku menganggap dia lemah dan tidak mampu. Aku juga tidak memahami apa yang dia rasakan selama ini. Aku sebut dia, hina.

Kemudian, peristiwa itu terjadi. lagi-lagi dia menangis. Hampir di setiap kesempatan dia selalu menangis. Selalu merengek ingin sharing untuk melepaskan bebannya, dia hanya mau di dengarin saja. Tapi sekali lagi. Aku tidak peduli.

Hingga di sore hari. Aku menemukan sepucuk surat darinya di dekat meja makan yang meminta maaf karena belum bisa memberikan yang terbaik untuk anak dan istrinya. Dan jasadnya, aku menemukannya tergeletak lemas, karena meminum racun serangga. Di dekat dapur. Sedihkah aku?

Sungguh hati ini amatlah keras, aku tidak menangis barang setitik pun. Berbeda dengan anakku dan saudara-saudaranya. Malah aku yang menenangkan mereka. Hingga pada saat dirinya dibungkus kain kafan barulah. Perlahan air mataku menetes.

Aku bertanya dalam hati. Itukah dia? Jika itu dia yang terbungkus kain kafan putih itu. Maka, siapa yang nanti mengambilkan sendok aku untuk makan? Siapa nanti yang mengambilkan aku handuk sehabis aku mandi? Siapa yang nanti mengambilkan remote tv untukku? Siapa yang nanti menenangkan Desti saat malam hari? Siapa? Siapa?

Sedangkan aku selalu menyebutnya hina. Padahal suamiku sering aku sia-siakan sampai dia kelaparan, hingga terpaksa makan diluar. Padahal uangnya sudah ngepas banget. Karena hampir semua uang gajinya untukku.

Suami yang omongannya sering aku anggap remeh dan tidak aku dengarkan. Suami yang rela diomelin sama Ayahnya karena datang terlambat untuk jenguk. Karena harus buatin makanan untuk istrinya dulu.

Suami yang rela berantem sama Ibunya. Karena membela istrinya yang gak pernah senyum jika berada dirumah mertuanya. Jadi, siapakah yang hina sebenarnya?

Suami yang bilang, “Nitip anak, aku mau cari kerja.”

Tapi aku gak bisa jaga anak hingga anak itu sering menangis dan jatuh jika bersamaku. Aku selalu merasa diriku dan keluargaku paling benar dan paling teraniaya. Padahal, heiii. Bahkan untuk shalat shubuh aja, aku selalu susah dibangunkan olehnya.

Padahal, dia sedang butuh diriku. Dia menjadi yatim piatu. Dia disisihkan oleh kakak-kakaknya. Dia terkena musibah yang bertubi-tubi. Tapi aku nyaris tidak pernah ada untuknya.

Duhai para sahabatku. Para istri. Para wanita dan para calon Ibu. Buanglah pemikiran dan stereotype jika laki-laki itu harus kuat. Laki-laki itu harus bisa segalanya. Laki-laki itu gak boleh nangis.

Karena kalo laki-laki sampai nangis dan lemah. Maka kepada siapa istri dan anaknya bersandar. Tapi, tolong ingatlah. Kalo setiap orang itu berbeda. Setiap orang itu unik.

Bahkan sepatu yang kita pakai pun tidaklah sama. Tapi, coba lihat dan perhatikanlah. Dia juga manusia. Dia juga punya hati dan perasaan. Dia bukan malaikat yang sempurna, karena kita juga hanya manusia biasa.

Temani dia jika dia ingin ditemani, dengarkan dia jika dia ingin didengarkan. Pahami dia. Karena, sungguh. Mereka cuma butuh didengarkan. Mereka tidak butuh solusi, karena itu bisa mereka dapatkan nanti.

Duhai para sahabatku. Sungguh aku sangat menyesalinya. Saat ini, aku lebih memilih suamiku untuk curhat dan menangis dibahuku. Ketimbang aku harus menangis di hari pemakamannya.

Episodes
1 Humor Religi
2 Toilet vs Kyuli
3 Cerita Baim (Part 1)
4 Humor Religi Assik
5 Cerita Baim (Part 2)
6 Kisah Horor Gedung Tua
7 Sajak Teruntuk
8 Cerita Baim (Part 3)
9 Kisah Horor Otopsi
10 Humor Religi Asal
11 Lapangan Gerobak (Part 1)
12 Ulangtahun Naay
13 Lantunan Sedih Dari Mimpi (Part 1)
14 Lantunan Sedih Dari Mimpi (Part 2)
15 Kubunuh Kau, Sepi
16 Lapangan Gerobak (Part 2)
17 Malam Yang Diam-Diam Tanpa Bintang (Part 1)
18 Malam Yang Diam-Diam Tanpa Bintang (Part 2)
19 Malam Yang Diam-Diam Tanpa Bintang (Part 3)
20 Curhatan Suami
21 Wulan dan Donny (Mendapatkan Namun Kehilangan)
22 Wulan dan Donny (Mendapatkan Namun Kehilangan)
23 Lapangan Gerobak (Part 1)
24 Wulan dan Donny (Janji)
25 Wulan dan Donny (Airmata Wulan)
26 Kisah Horor Asrama Cewek
27 Wulan dan Donny (Si Kakek)
28 Wulan dan Donny (Kesempatan Kedua)
29 Wulan dan Donny (Mengubah Takdir)
30 Kisah Horor Kantor Baru
31 Keadilan Allah
32 Kisah Horor Asep Metal
33 Humor Religi Piala Dunia
34 Kisah Horor Bangsal Melati
35 Kisah Horor Palu Gada
36 Humor Religi Nyeleneh
37 Humor Religi Kabel Kebakar
38 Tanah Tercinta
39 Bulan Turun Ditendaku
40 Kisah Horor Tengah Malam (Part 1)
41 Kisah Horor Tengah Malam (Part 2)
42 Humor Religi Singkat
43 Humor Religi Ringkas
44 Kejutan Besar (Part 1)
45 Kejutan Besar (Part 2)
46 Aku Kira Dia Normal (Part 1)
47 Aku Kira Dia Normal (Part 2)
48 Aku Kira Dia Normal (Part 3)
49 Humor Bingung
50 Humor Linglung
51 Kisah Horor Dokter Muda
52 Kisah Horor Gak Sadar
53 Kepribadian dan Lubang yang Benar
54 Cinta ? (Part 1)
55 Cinta ?? (Part 2)
56 Humorin Aja
57 Humorin Lagi Aja
58 Kisah Horor Jangan Baca Sendirian
59 Kisah Horor Jangan Tidur Sendirian
60 Beraninya Kau Pergi
61 Membenci Hujan
62 Humor Di Hari Natal
63 Humor Salah Pengertian
64 Kisah Horor Naik Gunung
65 Kisah Horor Ojek Online
66 Bait Perahu Kertas
67 Kasih Ibu Sepanjang Masa
68 Malam Menjelang Pergantian Tahun Baru
69 Cela Bumi Pada Langit & Memberi Berkah 3 Jagoan
70 Humor Awal Tahun 2023
71 Rumah Syuting Angker (Part 1)
72 Rumah Syuting Angker (Part 2)
73 Lelah
74 Teganya Kau !?
75 Humor Sabeno Kingdom
76 Humor Fatih Tutuk
77 Horor Rumah Pinggir Hutan (Part 1)
78 Horor Rumah Pinggir Hutan (Part 2)
79 Horor Rumah Pinggir Hutan (Part 3)
80 Horor Rumah Pinggir Hutan (Part 4)
81 Horor Rumah Pinggir Hutan (Part 5 )
82 Cobaan Hati
83 Hal Yang Tidak Dimengerti (Part 1)
84 Hal Yang Tidak Dimengerti (Part 2)
85 Dia (Part 1)
86 Dia (Part 2)
87 Dia (Part 3)
88 Sedikit Tentangnya
89 Horor Kakak Caca Cantik (Part 1)
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Humor Religi
2
Toilet vs Kyuli
3
Cerita Baim (Part 1)
4
Humor Religi Assik
5
Cerita Baim (Part 2)
6
Kisah Horor Gedung Tua
7
Sajak Teruntuk
8
Cerita Baim (Part 3)
9
Kisah Horor Otopsi
10
Humor Religi Asal
11
Lapangan Gerobak (Part 1)
12
Ulangtahun Naay
13
Lantunan Sedih Dari Mimpi (Part 1)
14
Lantunan Sedih Dari Mimpi (Part 2)
15
Kubunuh Kau, Sepi
16
Lapangan Gerobak (Part 2)
17
Malam Yang Diam-Diam Tanpa Bintang (Part 1)
18
Malam Yang Diam-Diam Tanpa Bintang (Part 2)
19
Malam Yang Diam-Diam Tanpa Bintang (Part 3)
20
Curhatan Suami
21
Wulan dan Donny (Mendapatkan Namun Kehilangan)
22
Wulan dan Donny (Mendapatkan Namun Kehilangan)
23
Lapangan Gerobak (Part 1)
24
Wulan dan Donny (Janji)
25
Wulan dan Donny (Airmata Wulan)
26
Kisah Horor Asrama Cewek
27
Wulan dan Donny (Si Kakek)
28
Wulan dan Donny (Kesempatan Kedua)
29
Wulan dan Donny (Mengubah Takdir)
30
Kisah Horor Kantor Baru
31
Keadilan Allah
32
Kisah Horor Asep Metal
33
Humor Religi Piala Dunia
34
Kisah Horor Bangsal Melati
35
Kisah Horor Palu Gada
36
Humor Religi Nyeleneh
37
Humor Religi Kabel Kebakar
38
Tanah Tercinta
39
Bulan Turun Ditendaku
40
Kisah Horor Tengah Malam (Part 1)
41
Kisah Horor Tengah Malam (Part 2)
42
Humor Religi Singkat
43
Humor Religi Ringkas
44
Kejutan Besar (Part 1)
45
Kejutan Besar (Part 2)
46
Aku Kira Dia Normal (Part 1)
47
Aku Kira Dia Normal (Part 2)
48
Aku Kira Dia Normal (Part 3)
49
Humor Bingung
50
Humor Linglung
51
Kisah Horor Dokter Muda
52
Kisah Horor Gak Sadar
53
Kepribadian dan Lubang yang Benar
54
Cinta ? (Part 1)
55
Cinta ?? (Part 2)
56
Humorin Aja
57
Humorin Lagi Aja
58
Kisah Horor Jangan Baca Sendirian
59
Kisah Horor Jangan Tidur Sendirian
60
Beraninya Kau Pergi
61
Membenci Hujan
62
Humor Di Hari Natal
63
Humor Salah Pengertian
64
Kisah Horor Naik Gunung
65
Kisah Horor Ojek Online
66
Bait Perahu Kertas
67
Kasih Ibu Sepanjang Masa
68
Malam Menjelang Pergantian Tahun Baru
69
Cela Bumi Pada Langit & Memberi Berkah 3 Jagoan
70
Humor Awal Tahun 2023
71
Rumah Syuting Angker (Part 1)
72
Rumah Syuting Angker (Part 2)
73
Lelah
74
Teganya Kau !?
75
Humor Sabeno Kingdom
76
Humor Fatih Tutuk
77
Horor Rumah Pinggir Hutan (Part 1)
78
Horor Rumah Pinggir Hutan (Part 2)
79
Horor Rumah Pinggir Hutan (Part 3)
80
Horor Rumah Pinggir Hutan (Part 4)
81
Horor Rumah Pinggir Hutan (Part 5 )
82
Cobaan Hati
83
Hal Yang Tidak Dimengerti (Part 1)
84
Hal Yang Tidak Dimengerti (Part 2)
85
Dia (Part 1)
86
Dia (Part 2)
87
Dia (Part 3)
88
Sedikit Tentangnya
89
Horor Kakak Caca Cantik (Part 1)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!