Namaku Beyazid Ahmad. Ada tiga hal besar di Tahun ini yang aku ingin wujudkan. Pertama aku ingin mendapat pekerjaan terlebih dahulu setelah lulus kuliah, sambil menunggu seleksi untuk menjadi pemain sepakbola professional di Juventus.
Kedua aku ingin menjadi pemain Sepakbola professional di klub luar Negeri terutama di Italia. Sudah lama sekali aku memimpikan bermain di klub pujaanku, Juventus. Lalu saat ini impianku hampir terwujud, karena ada seleksi pencari bakat dari Juventus yang melihat bakat bermain bolaku. Aku tidak menyangka, orang Indonesia sepertiku bisa mendapat kesempatan untuk ikut seleksi di klub besar seperti Juventus.
Jika lolos nanti, aku akan memakai nama Ahmad sebagai nama di jerseyku. Kemudian impianku yang ketiga adalah. Mendapatkan cinta dari gadis yang ku inginkan, yaa Risa namanya. Hanya dia wanita yang bisa membuatku sedikit mengalihkan perhatianku dari duniaku.
Itulah semua harapan dan mimpiku yang aku ingin wujudkan di Tahun ini. Semoga semuanya berada pada tempat yang tepat sesuai dengan keinginanku. Aku tahu butuh kerja extra keras untuk mewujudkan itu semua. Berikutnya, belum genap satu Bulan pertama selesai, aku sudah mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan swasta menengah di Jakarta.
Tapi, yaa cukup lumayan untuk mengisi waktu dan dompetku. Tohh yang kujalani ini hanya sementara karena impianku yang utama adalah menjadi pemain sepakbola professional yang terkenal dan hebat. Sudah ada sekitar lima Bulan aku bekerja di kantor ini, hari-hari yang aku jalani sangat membosankan.
Rasanya seperti berada di penjara, semua perbuatan yang aku lakukan dengan baik dan benar selalu dianggap salah. Aku juga merasa kebebasanku terkekang di sini, etos kerja mereka yang ada di kantor ini, benar-benar berbeda sekali denganku. Rasanya ingin cepat-cepat keluar dari kurungan ini.
Haafhhh, namun mau bagaimana lagi. Disinilah aku bisa mendapatkan uang dan mengisi waktu sebelum mencapai impianku yang kedua dan ketiga di Tahun ini. Kedua orang tuaku hanya seorang pegawai percetakan biasa yang sudah cukup tua dan sakit-sakitan.
Aku tidak ingin terlalu membebani mereka dengan keinginan-keinginanku lagi. Lagipula ini juga kan termasuk salah satu impianku. Aku harus menjalani dan mensyukurinya karena Tuhan telah mengabulkan salah satu impianku yang aku pinta dengan segala kelemahan dan kewarasanku dalam menjalani hidup ini.
Cukup lama juga aku menanti-nanti seleksi dari kota Turin itu, sudah hampir Bulan kelima di Tahun ini. Aku mulai cemas dan tidak tenang. Takut impianku tidak terwujud. Bukan karena terlalu berambisi atau tidak sabaran, itu memang bisa dibilang salah satunya.
Namun yang paling aku inginkan adalah menunjukkan pada Dunia bahwa aku ini ada dan aku ini hebat. Itu yang aku inginkan, pengakuan. Pengakuan bahwa aku ada dan mampu. Menunjukkan pada mereka yang sombong dan menganggapku lemah, tidak kompeten, lambat, kurang bergaul serta pemalu.
Menunjukkan pada mereka jika aku ini ada dan pantas mereka banggakan. Dalam hal lain mereka boleh meremehkanku, tapi tidak dalam sepakbola. Karena itu adalah impianku. Hatiku merasakan ketenangan di tengah Dunia yang semakin kacau ini ketika bermain sepakbola.
Dalam masa menunggu itu untungnya aku selalu ditemani oleh orang yang aku cintai, tapi sayangnya dia sudah pacar yang sangat dia cintai pula. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Malah sempat terlintas dalam pikiranku, jika impianku menjadi pemain sepakbola professional di Juventus terwujud.
Aku bisa mendapatkan gadis yang lebih cantik dan baik seperti dia dan berpaling darinya. Kami berdua sering bercerita tentang impian dan cita-cita kami di masa depan, dia orang ke empat yang tahu tentang impianku setelah kedua orangtua dan Adikku. Aku sangat suka ketika dia bercerita tentang keadaan keluarganya yang rapuh, dia sering bercerita ketika Ayah dan Ibunya bertengkar dan sering terlontar kata cerai dari keduanya.
Aku juga baru tahu ternyata dia mencari ketenangan dengan cara yang salah, dia suka lari ke minum-minuman keras bersama dengan teman-temannya pada saat mengalami masa-masa sulit. Di saat dia bercerita tentang semua hal itu, aku merasa dia benar-benar membutuhkanku dan menganggap aku ini ada dan penting untuknya. Aku sangat senang dengan itu, walaupun di satu sisi aku khawatir dengan keadaannya.
Khawatir, takut terjadi hal buruk yang menimpanya. Aku kira hidupku saja yang sudah sulit. Lahir dari keluarga yang sederhana dan dibesarkan dengan kehidupan yang keras. Tapi ternyata kehidupan orang lain yang terlihat bahagia dan kaya raya juga memiliki masalah, bahkan bisa dibilang lebih sulit dari apa yang aku alami.
Yaa, masalah memang teman dari kehidupan, jika tidak ada masalah berarti manusia tidak hidup. Di lain hal, yang paling tidak aku sukai dari cerita Risa adalah ketika dia bercerita dengan senang dan tertawa mengenai pacarnya. Dia sangat cinta dengan kekasihnya itu, bahkan bercita-cita untuk membina sebuah keluarga.
Aku hanya bisa mengangguk dan berkata ya saat dia menceritakan itu, sambil menahan rasa cemburu dan kesal di dalam hati. Bulan Juni 2012, tepatnya di tanggal 20 hari Rabu. Akhirnya saat yang kunanti-nanti telah tiba. Aku cuti dari pekerjaanku dengan alasan bahwa aku ingin ikut seleksi untuk menjadi pemain sepakbola professional.
Walaupun ada banyak orang kantor yang mengejekku. Aku tetap pada pendirian dan keyakinanku bahwa suatu saat nanti aku akan jadi orang besar. Aku mengikuti seleksi itu, seleksi yang di adakan langsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Seleksi yang dilakukan cukup tertutup dari awak media, mungkin ini dilakukan untuk memfokuskan para peserta mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Tidak ketinggalan hadir sebagai juri dari seleksi ini, sang legenda hidup Juventus, Pavel Nedved. Seleksi dilakukan dengan beberapa tahap.
Pertama test fisik meliputi lari, push-up dan sit-up. Lalu yang kedua adalah test kepribadian, untuk mengukur tingkat tekanan terhadap stress dan emosional, dan yang terakhir adalah test tanding. Di sini dibagi menjadi dua tim yaitu, tim merah dan biru.
Aku terbagi dalam tim merah, yaa salah satu warna favoritku. Semoga saja aku beruntung. Aku juga mendapatkan kesempatan menjadi starter di tim merah ini dengan posisi favoritku sebagai gelandang serang.
Hampir seharian penuh aku melakukan seleksi ini bersama dengan dua puluh lima orang lainnya. Di seleksi akhir tim merahku menang dengan keunggulan telak 4-1 atas tim biru, aku juga mencetak 2 goal dan 1 assist untuk kemenangan timku. Semua teman timku merasa senang aku satu tim bersama mereka.
Ku perhatikan dari kejauhan juga pencari bakat dari Juventus terilhat terpukau dengan permainanku. Pukul 16:00 seleksi ini pun selesai, hasilnya akan diberitahukan sekitar empat Bulan dari hari seleksi ini dilakukan. Sumpah, lama banget.
Itu berarti aku harus menunggu lagi dan menjalani rutinitas di tempat kerjaku lagi. Ke esokan harinya, banyak teman-teman kantorku yang menanyakan tentang seleksi itu, atau lebih tepatnya mengejek. Aku hanya bisa terdiam dan menahan diri mendapat kenyataan bahwa masih banyak orang yang meragukan kemampuanku.
Padahal mereka juga sudah beberapa kali melihatku bermain bola mengolah si kulit bundar. Apa karena sifatku yang terlalu baik, ramah dan pemalu. Sehingga mereka merasa ragu akan kemampuanku.
Bahkan salah satu atasanku sampai sempat mengomentariku dengan nada sinis bahwa jika kamu terlalu baik di Jakarta apalagi di lingkungan kerja, maka kamu akan di injak-injak oleh orang lain. Mendengar pernyataan itu, aku lalu berpikir. Jika kebaikan hatiku ini memang tidak diterima disini, maka akan ku bawa kebaikan hatiku ini ke tempat lain yang masih bisa menerimanya.
Tempat yang aku impikan, dan tujuannya adalah Kota Turin, Juventus. Ternyata, menunggu itu ada enaknya juga yaa. Banyak hal-hal menyenangkan yang terjadi di masa-masa menungguku menjadi mega bintang sepakbola.
Salah satunya adalah kabar bahwa Risa dan pacarnya sudah putus. Aku kurang tahu penyebabnya dan aku memang tidak pedulikan hal itu, yang penting mereka putus. Jahat sii, tapi mau gimana lagi, memang itu yang selalu aku harapkan.
Aku mengajaknya keluar makan malam di hari Sabtu tanggal 30 Juni, dia pun mengiyakannya. Aku sangat senang sekali, sampai bingung harus berbuat apa. Kebetulan sekali hari Sabtu itu aku libur, jadi bisa menepati janjiku padanya. Dalam peraturannya hari Sabtu itu memang libur, tapi atasanku sering kali memintaku untuk masuk kerja.
Sehingga aku sedikit melupakan kehidupanku sosialku. Aku mengajaknya ke salah satu mall di daerah Depok. Malam itu dia terlihat cantik sekali, anggun. Dengan baju kerah berwarna pink yang membentuk setiap lekukan tubuh indahnya terlihat, wajah dan kulitnya yang putih bersih.
Menambah kesan indahnya mahkluk ciptaan Tuhan yang satu ini. Aku sangat bersyukur sekali pada Tuhan yang telah menciptakan, mempertemukan dan menjadikan aku sahabatnya. Kemudian aku akan benar-benar bertambah berterima kasih pada Tuhan jika menjadikan dia kekasihku, impianku yang ketiga di Tahun ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments