DO’A BAIM
Dengan seiring berjalannya waktu. Malam ini pun sudah berakhir. Berganti fajar pagi. Dalam hati Baim selalu bertanya betapa cepatnya malam berganti. Semua yang dia impikan, menghilang saat dia terbangun.
Bau harum itu, tingkah laku ceria itu semua yang dia lakukan disukai oleh Baim. Mengingatnya membuat Baim teringat akan sesuatu yang telah hilang darinya. Hari-hari terasa bahwa Baim hidup sendiri. Tidak ada apa-apa. Kecuali hujan di pagi itu.
Entah sejak kapan Baim mulai membenci hujan, dia sendiripun tidak tau. Hanya satu hal yang dia tau jika hujan dan malam hari hanya mengingatkan dia pada kepingan kenangan yang ingin dia lupakan. Menangis di setiap detik dalam kegilaan dan kenangan manis itu. Baim merasa tanpa dia, siang dan malam terasa sama. Hanya sepi yang dia rasa.
Banyak orang bijak berkata jika kau sedang rindu dengan orang yang kau sayangi. Kau tinggal memejamkan mata, dan orang yang kau sayangi itu akan hadir di sisimu. Baim pernah sesekali mempraktekkan hal itu, namun yang terliat malah gambaran siksa kubur. Sudah tepat dua bulan semenjak kepergian Nabila.
Yaa, Nabila meninggalkan Baim karena dia mendapat tempat kerja yang lebih baik daripada sekedar di kantor itu. Tempat kerja yang berani membayar Nabila dengan gaji yang lebih besar dan ada kepastian untuk pengangkatan karyawan tetapnya. Bukan itu saja yang membuat Baim merasa sedih dan hancur.
Tidak lama, setelah bergabung dengan kantor baru. Nabila jadi susah dihubungi, balas bbm pun bukan cuma seadanya lagi rentangnya bukan menit apalagi jam melainkan hari. Awalnya Baim mengira jika Nabila butuh perhatian yang lebih darinya, maka dari itu Baim memberanikan diri untuk ke rumahnya.
Ketika tiba di rumah Nabila. Baim merasa seakan langit runtuh. Banyak mobil di sekitar rumahnya, orang- orangyang berpakaian rapih dan membawa aneka barang serta buah seperti seserahan. Baim bertanya pada orang yang menjaga parkiran, “Kang permisi,” tanya Baim.
“Iyaa ada apa?” ujar Kang Parkir.
“Di rumah itu lagi ada acara apa yaa?” tanya Baim.
Sambil menunjuk ke arah rumah Nabila, yang sedang ramai orang saat itu. Para wanitanya berdandan cantik, dan prianya amatlah rapih.
“Ouww, itu lagi ada acara lamaran Mas," seru Kang Parkir.
Baim tersontak kaget. Ternyata ketika itu Nabila resmi dilamar oleh Managernya yang cuma terpaut empat tahun lebih tua darinya. Baim tidak percaya dengan apa yang dia saksikan, pikirannya semerawut bahkan dia sempat menempel tulisan di punggungnya dengan kata-kata senggol bacok.
Dia langsung berbalik ke rumahnya mengunci pintu di kamar dan mulai berbicara dengan tembok. Kenapaaa? kenapaaa? kenapaaa? Saat mandi pun terdengar isak tangis dan sekali lagi kata-kata, kenapaaa? kenapaaa? kenapaaa?
Kedua orangtuanya hanya bisa saling tatap mendengar apa yang Baim katakan. Ibunya yang ketakutan bertanya kepada Ayahnya takut ada apa-apa sama anaknya. Tapi dengan entang Ayahnya cuma berkata, “Itu efek hormon masa muda.”
Begitu perasaan serta pikirannya sudah mulai kembali. Dia beranikan diri menelpon Nabila. Basa-basi menanyakan kabar, lalu langsung menanyakan apa maksud dari hubungan mereka selama ini dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa pada hari ini.
Detik itu pun juga di tengah malam yang sudah mulai mencekam, Nabila mengajak Baim untuk bertemu di sebuah restoran di dekat rumahnya. Baim meliat dompetnya, ini adalah akhir bulan, persediaan uangnya sudah mulai menipis, karena untuk beli pulsa dan hadiah-hadiah kecil untuk Nabila. Tapi tetap dia berangkat ke restoran itu demi mendapat kepastian dan kejelasan dari hubungan mereka dan apa benar acara lamaran yang dia liat tadi adalah untuk Nabila.
Dia tidak memakai motor karena sedang dipinjam oleh saudaranya, naik angkot sama busway takut macet dan telat. Akhirnya dengan uang yang pas-pasan Baim naik taksi dari Grogol ke Pondok Gede. Baim mengiyakan ajakan itu dan langsung bergegas ke restoran tersebut.
Sampai di sana Nabila sudah menunggu di meja yang posisi berada agak pojok di dalam ruangan restoran ini. Baim segera duduk begitu menatap Nabila yang tersenyum manis di depannya. Tersenyum melihatku, merenung melihamu, lagu Peterpan yang berjudul di belakangku yang secara kebetulan sedang diputar sangat cocok menggambarkan perasaan Baim saat ini.
Baim sebenarnya langsung ingin ke pokok pembicaraan. Namun Nabila memintanya dengan manja agar Baim ikut memesan makanan juga, karena dia juga baru saja memesan makanan. Bukan karena masalah uang yang menipis. Baim gak mau pesan makan karena jangankan untuk makan, di saat seperti ini, untuk bernapas aja Baim udah badmood.
Tapi Baim paling gak bisa denger rengekan dari Nabila, akhirnya dia juga pesan makanan. Dia memesan iga penyet dan air jeruk. Sambil nunggu makanan tiba, Nabila bercerita dengan bangga tentang keadaan kantornya. Baim hanya bisa menyimak tanpa berani memotong pembicaraan.
Bagi Baim butuh keberanian untuk menanyakan hal itu. Akhirnya dengan keberanian yang sudah mulai terkumpul Baim mulai bertanya tentang arti dari hubungannya selama ini. Nabila dengan senyuman manisnya menjawab, “Kita kan cuma temen.”
Baim menunduk dan menggelengkan kepalanya, menahan amarah dan sedihnya. Andai dia Hulk atau Thor. Mendengar ucapan ini dia pasti akan langsung marah dan mengobrak abrik restoran bahkan seisi kota ini. Lalu dibutuhkan beberapa kompi pasukan gabungan antara TNI dan Polri serta beberapa pasukan berani mati dari Rusia dan Bosnia untuk menenangkannya kembali.
Sayangnya, Baim hanya manusia biasa yang cuma bisa menerima nasib buruk ini menurut persepsinya. Baim menatap Nabila tajam seolah-olah ingin menumpahkan semua uneg-uneg yang ada dalam dirinya. Begitu dia siap, dan ternyata pesenan makanannya datang.
Pelayan itu dengan hati-hati dan ramah menaruh pesanan dan pesanan dari mereka. Setelah selesai lalu kemudian pamit. Tanpa tingkah polos dan seperti tidak terjadi apa-apa Nabila memulai salah satu kebiasaannya. Yaitu mencicipi makanan Baim sebelum mencicipi makanannya dan mengakui kalo apa yang dipesan Baim itu enak. Sementara Baim, bener-bener gak ngerti apa yang ada dipikiran Nabila.
“Jadi selama ini kita cuma temen?” tanya Baim pada akhirnya.
Nabila yang sedang asik menyantap makanan Baim terhenti. Kemudian menatapnya dengan serius dan menganggukkan kepala. Baim yang meliat itu makin sedih dan bertanya-tanya, “Lalu apa artinya hubungan kita selama ini?” tanya Baim lagi
Nabila hanya bisa terdiam dan tertunduk tanpa suara, yang terdengar hanya tarikan napasnya saja.
“Kita sering keluar malam bareng, jalan bareng, nonton bareng, berpegangan tangan dan hampir berciuman di tempat karaoke. Semua itu cuma teman?” tanya Baim lagi menambahkan.
Nabila perlahan mulai berani menatap Baim dan berkata rendah, “Ya, kita memang sering kayak gitu, tapi setiap bangun di pagi hari. Aku gak pernah merasa yakin sama kamu. Apakah kamu ini benar jodoh untuk sementara atau untuk selamanya," ucap Nabila.
Mendegar itu Baim menundukkan kepalanya. Menahan sedihnya. Nabila yang meliat reaksi Baim, langsung menyentuh tangan Baim dengan lembut.
“Menyakitkan yaa ...” Baim berusaha bicara kembali.
“Jika ternyata selama ini kamu hanya melakukan apa yang kamu inginin,” ujar Baim.
“Gak usah bersedih kayak gitu. Kamu cowok baik, lucu dan pintar. Suatu saat nanti kamu pasti bisa dapetin jodoh yang pantas untuk kamu.” Nabila menatap Baim penuh iba.
“Dan betapa menyakitkannya ...” ujar Baim melanjutkan dengan mata yang semakin memerah.
“Betapa menyakitkannya jika seseorang yang kamu yakini, justru tidak yakin pada dirimu dan malah justru memilih hidupya dengan oranglain.”
Nabila semakin menggenggam erat tangan Baim dan berkata, “Sudah gak perlu sedih kayak gitu. Kita tetap berteman kok, dan bahkan kamu bukan sekedar teman, melainkan sahabat terbaikku.”
Baim tidak menghiraukan ucapan Nabila. Dia hanya bisa berdiri. Mengambil uang dari dompetnya dan meletakkan uang sebesar dua ratus ribu rupiah di atas meja, lalu meninggalkannya.
Nabila hanya bisa berteriak memanggil namanya. Kini terungkap semua mengapa Nabila cepat sekali berubah dan alasan mengapa hati Baim terasa sakit di tiga hari terakhir ini. Yaitu karena Baim mencintai Nabila pada saat pertama kali meliatnya, sedangkan Nabila tidak menaruh hati apapun pada Baim.
Ketika keluar dari restoran itu, maka seluruh kisah cinta inipun berakhir. Terlepas sudah genggaman tangan ini. Pupus sudah kisah ini. Saat seseorang memilikimu, aku kehilangan arti diriku. Saat kau marah saat kau sedih, aku memberikan semua kebahagiaan serta senyumanku untukmu.
Karena dalam senyuman manismu. Aku menemukan ketenangan. Baim tidak tau mengapa hatinya berdebar. Baim juga tidak tau mengapa airmatanya tertumpah, yang Baim rasakan hanyalah Baim seperti kehilangan separuh dari dirinya.
Baim kembali pulang dengan menaiki taksi. Tapi baru separuh perjalanan argo taksi sudah lebih dari limapuluh ribu. Uang Baim habis, dia lupa membawa kartu ATM untungnya dia masih ada tiket busway yang seingat dia masih ada sisa sekitar untuk dua kali perjalanan.
Dia turun di daerah Galur, untuk lanjut naik busway. Namun sebelum itu dia meliat Masjid besar di sekitar shelter itu dan teringat jika dia belum shalat Isya. Baim menghampiri rumah Allah itu dengan menyebut nama kekasih-Nya, Muhammad SAW.
Tubuh lelahnya meronta meminta untuk dikuatkan. Baim merebahkan diri di teras Masjid, melepas sepatunya, lalu menaruhnya di rak tengah teras Masjid. Kemudian, dia beranjak ke tempat wudhu, sambil berwudhu entah sadar atau tidak dia mulai berkata dalam hati, "Yaa Tuhanku, mengapa cinta sesulit ini?"
Sebelum memasuki Masjid, Baim meliat bulan purnama yang indah di malam ini. Mengingatkan dia akan masa-masa bersama Nabila. Sekarang Baim hanya ditemani oleh bulan purnama itu yang sinarnya sampai ke halaman hatinya. Usai berwudhu dia masuk ke dalam Masjid, ruanga Masjid yang sudah kosong, maklum karena sudah hampir jam sepuluh malam.
Tubuh itu hanya bisa tertunduk. Tanpa berani memandang kaligrafi indah bertuliskan lafadz Allah dihadapannya. Sekali lagi dalam hati dia berkata, "Yaa Tuhanku, mengapa cinta sesulit ini?"
Tubuh lelah itu roboh sebelum dia tegak berdiri untuk shalat. Dalam bayangannya dia meliat jika. Pria itulah yang akan memegang tangannya, berjalan bersamanya, menari bersamanya, tertawa bersamanya dan menjalin cinta dengannya.
Sedangkan Baim hanya masih bisa bahagia saat wa atau sms nya cuma dibaca oleh Nabila. Baim merasa sadar jika dia adalah orang yang salah karena berada diantara mereka. Sebelum hatinya benar-benar hancur dia memilih untuk menyingkir. Namun sudah terlambat, Baim sudah terlampau dalam mencintainya, hingga merasa tidak bisa hidup tanpanya.
Sementara dia, pada saat dia benar-benar mencintai pria itu, dia akan melupakan Baim. Karena sebenarnya dia memang tidak pernah mencintai Baim. Baim sungguh tidak tau apa yang diinginkan oleh seorang wanita.
Baim juga bingung harus mengadu pada siapa jika bukan pada Tuhannya. Baim beranjak bangkit, dia berdiri tepat di belakang tempat imam, menguatkan hati dan berniat shalat Isya. Dalam pikirannya sejenak teringat rencana-rencana besar yang sudah dia rancang bersama Nabila.
Menikah, memiliki anak, membesarkannya dengan bimbingan agama dan cinta kasih. Itulah cita-citanya. Baim membaca surat Al-Fatihah dengan sangat khidmat, dilanjutkan dengan surat An-Nur ayat 26 yang mengandung arti.
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).
Di rakaat kedua bibir gemetar Baim membaca surat Adh-Dhuha, yang kandungan artinya bisa menenangkan Baim. Bahwa Allah tidak akan meninggalkannya dan tidak pula membencinya dan Allah mendapatinya sedang dalam keadaan bingung kemudian memberinya petunjuk. Selesai shalat Baim tidak mampu lagi menahan gemuruh yang ada di dadanya, dia tumpahkan semua pengaduan dan do’a.
"Aku sangat bingung Yaa Allah, aku pasti melakukan kesalahan. Itu yang membuat-Mu tak mendengarkanku. Kumohon katakan dengan caramu, tunjukkan aku jalannya. Kumohon."
"Aku sudah meminta dan memohon pada-Mu. Berharap Engkau memantaskan diriku untuknya. Aku sudah bersujud. Aku sudah bertahajud. Aku sudah rutin melaksanakan shalat dhuha dilanjut dengan membaca surat Ar-Rahman dan Al-Waqiah."
"Namun, hamba memang tidak mengerti apa itu cinta, hamba hanya kaum dhuafa cinta. Pemuka agama-Mu yang beragam, mengatakan hal yang berbeda satu sama lain. Ada yang bilang kalo jodoh itu harus dikejar, ada yang bilang juga tidak perlu dikejar nanti datang sendiri."
"Ada yang bilang cukup memperbaiki diri sendiri. Ada yang bilang juga harus dicari. Ada yang bilang yang penting diniatkan untuk ibadah. Namun ada banyak yang hanya berniat untuk uang, hawa nafsu dan jabatan, tapi bisa memiliki cinta dan menikah."
"Manakah yang salah dan manakah yang benar Yaa Allah. Aku tak mengerti. Tolong dengarkan Yaa Allah, aku butuh jawaban dan pertolongan-Mu. Bukankah Kau ini Tuhan alam semesta dan Tuhan orang-orang yang butuh pertolongan. Hamba sedang kalut dan putus asa Yaa Allah. Tolonglah hamba Yaa Allah," ucap Baim lirih.
"Kumohon. Apapun yang Kau pinta akan aku lakukan. Hanya saja kabulkan permohonanku. Kumohon. Katakanlah sesuatu. Tunjukkanlah sesuatu, bukan dengan semua keheningan dan kesepian ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Fauzan Ahn Berkelana
keren
2024-11-03
0