Anna sudah berada di rumah sakit dan berada di ruangan Lucia. Gadis itu masih belum sadar, tapi Anna duduk di sampingnya untuk menunggu Lucia sadar. Malam ini dia akan mencari tahu apa yang sebenarnya dialami oleh Lucia saat dia diikuti oleh si payung merah untuk pertama kali.
Korban arwah itu begitu banyak dan Lucia adalah satu-satunya korban yang masih hidup jadi dia akan menggali informasi darinya untuk menguak kasus tersebut. Dia bahkan membeli sebuah buku untuk dia pelajari. Tentunya buku mengenai arwah dan kenapa arwah mengambil nyawa seseorang.
Sekarang dia benar-benar menjadi seperti seorang cenayang. Sepertinya dia harus belajar cara mengusir hantu dari pasangan Josh Lambert di film insidious. Mungkin dia akan menjadi ahli seperti mereka. Ck, pikiran bodoh!
Nick keluar untuk membeli minuman hangat, tentunya untuk Anna. Dua gelas kopi sudah berada di tangan, dia akan menghabiskan waktu bersama dengan Anna malam ini. Mereka akan berbincang sambil menunggu Lucia sadar.
Kedua orangtuanya sudah kembali ke rumah, Nick meminta ibunya untuk beristirahat di rumah. Bagaimanapun ibunya memiliki penyakit. Jangan sampai keadaan Lucia sudah membaik, ibunya justru harus dirawat.
Anna memandangi wajah Lucia dalam diam. Dia tidak tega melihat keadaan gadis yang tidak bersalah justru harus menerima kemarahan arwah si payung merah. Apa pun akan dia lakukan untuk menyelamatkan Lucia. Sekalipun harus menghadapi arwah, dia pasti akan menyelamatkan Lucia.
Nick masuk ke dalam ruangan, senyum menghiasi wajahnya melihat Anna sedang memegangi tangan adiknya sambil memejamkan mata. Dia jadi ingin tahu, apa Anna sedang meramal masa depan Lucia? Jika Anna Baker bisa meramal, sungguh memiliki banyak profesi.
"Bagaimana, usia berapa dia akan menikah?" tanya Nick bercanda saat Anna mengetahui kedatangannya.
"Apa maksudmu?" tanya Anna tidak mengerti.
"Bukannya tadi kau sedang meramal masa depan adikku?"
"Bu-Bukan," ucap Anna tidak enak hati.
"Baiklah, aku hanya bercanda saja. Ini untukmu," Nick memberikan segelas kopi yang dia bawa pada Anna.
"Thanks," Anna mengambilnya sambil tersenyum.
"Boleh aku bertanya sesuatu padamu, Anna?" Nick duduk di sisinya, pandangan matanya tertuju pada wajah adiknya.
"Tentu saja boleh, apa yang ingin kau ketahui?" Anna melirik ke arah Nick sejenak.
"Kemampuan yang kau miliki, kau dapatkan dari mana?" tanya Nick ingin tahu.
"Entahlah, aku tiba-tiba bisa melihat si payung merah begitu saja tanpa aku sadari."
"Apa itu arwah yang selalu mengganggu Lucia?" tanya Nick. Sungguh dia sangat ingin tahu.
"Yeah," jawab Anna. Kopi yang masih panas pun diseruput.
"Jika begitu, tolong katakan padaku bagaimana rupa hantu itu. Mungkin aku bisa mengenalinya."
"Wajahnya pucat," Anna mengernyitkan dahi, mengingat sosok si payung merah namun sulit dia ungkapkan karena wajahnya yang mengerikan, "Dan sebelah mulutnya robek," ucap Anna lagi.
"Hanya itu saja?"
"Sosoknya sulit untuk dijabarkan dengan kata-kata, Nick. Seandainya bisa aku lukiskan mungkin itu lebih baik tapi sayangnya aku tidak pandai melukis yang pasti wajahnya begitu pucat dan dia terlihat mengerikan dengan mulutnya yang robek. Arwah itu juga memakai gaun merah dan selalu membawa payung berwarna merah," jelas Anna.
"Baiklah, aku tidak memaksa tapi aku sangat berterima kasih kau mau datang untuk menunggu Lucia sadar. Kami benar-benar bergantung denganmu saat ini."
"Sudah aku katakan, jangan bergantung padaku, Nick. Aku tidak hebat, aku hanya seorang agen dan secara kebetulan aku sedang menyelidiki kasus yang berhubungan dengan apa yang menimpa Lucia jadi jangan mengandalkan aku. Malam ini saja aku menemani tapi tidak untuk besok malam karena aku memiliki privasi dan aku juga harus melakukan pekerjaanku jadi tolong jangan bergantung padaku," pinta Anna.
"Maaf, sepertinya kami sudah keterlaluan," ucap Nick.
"Tidak apa-apa," Anna memandanginya kembali dan tersenyum. Dia memang tidak bisa selalu menjaga Lucia tapi bagaimana caranya agar Lucia tidak diincar oleh si payung merah lagi?
Mereka berdua diam, Anna kembali menyeruput kopinya. Jika terpaksa, mau tidak mau dia harus memberikan apa yang dia miliki pada Lucia agar gadis itu tidak diganggu lagi dan agar si payung merah tidak melakukan aksinya lagi.
Anna dan Nick tidak bicara cukup lama sampai akhirnya Lucia tersadar. Seperti pertama kali, Lucia berteriak ketakutan. Sepertinya dia mulai berhalusinasi seperti melihat sosok mengerikan berada di dekatnya.
"Pergi, pergi kalian!" teriak Lucia sambil mengibaskan kedua tangannya ke atas.
"Lucia, ada apa denganmu?" Nick memegangi kedua tangan adiknya yang terus mengibas tidak jelas.
"Tidak, aku melihatnya. Dia hitam dan mengerikan!" teriak Lucia.
Anna mengernyitkan dahi dan melihat sekeliling. Tidak ada apa pun apalagi sosok seperti yang dikatakan oleh Lucia. Gadis itu masih berteriak, ketakutan. Lucia juga memberontak dari pegangan sang kakak, Nick terlihat kewalahan. Anna masih melihat sana sini, tapi dia tidak menemukan apa pun di ruangan itu selain mereka.
"Pergi, jangan ganggu aku. Pergi!" teriak Lucia ketakutan. Dia bahkan semakin histeris dan memberontak sampai-sampai darah mengalir dari jahitannya yang masih basah.
"Lucia, jangan seperti ini!" teriak Nick frustasi.
"Lepas, dia ingin membunuh aku. Dia ingin membunuh aku!" teriak Lucia histeris.
Anna menghampirinya, memegang telapak tangan Lucia dan meletakkan sesuatu di atas telapak tangan gadis itu. Lucia seperti terkejut dan tiba-tiba saja dia seperti orang linglung bahkan dia sudah tidak berteriak lagi. Anna membaringkan Lucia dengan perlahan, gadis itu tampak terengah-engah.
"Bagaimana dengan keadaanmu, apa kau masih melihat sesuatu?" tanya Anna.
"Tidak, mereka sangat banyak. Mereka mengelilingi aku seperti ingin membawa aku pergi. Mereka semua terlihat begitu menakutkan, aku benar-benar takut. Apa yang harus aku lakukan, Nona Anna," Lucia menangis, dia terlihat ketakutan dan apa yang dia alami tidaklah dibuat-buat.
Anna semakin iba dibuatnya. Entah apa yang terjadi pada Lucia tapi dia benar-benar tidak melihat apa pun di dalam ruangan itu. Apa ini semacam pengalihan?
"Sekarang bagaimana denganmu?" tanya Anna.
"Mereka tiba-tiba pergi , tidak terlihat lagi. Apa yang Nona Anna berikan padaku?" Lucia membuka telapak tangannya dan mengernyitkan dahi saat melihat sesuatu di tangannya.
"Apa ini?" tanyanya sambil memandangi Anna dengan tatapan tidak mengerti.
"Itu jimat dari ibuku, sekarang akan menjadi milikmu jadi bawalah ke mana pun kau pergi. Semoga tidak ada lagi yang mengganggumu begitu juga dengan arwah si payung merah itu," semoga keputusannya memberikan jimat itu tidaklah salah. Walau ibunya berkata jimat itu bisa melindunginya dari roh jahat yang mengincarnya tapi jujur saja, dia tidak begitu percaya. Lagi pula jika jimat itu berguna untuk keselamatan Lucia maka akan dia berikan.
"Terima kasih," Lucia memeluknya dan menangis. Jujur saja dia sudah tidak tahan apalagi saat dia sadar, begitu banyak arwah menakutkan berada di kamar itu tapi sekarang arwah itu sudah tidak ada lagi.
Anna mengusap kepala Lucia dengan perlahan, sekarang dia sudah mendapatkan solusi agar dia tidak perlu menjaga Lucia setiap hari. Dia benar-benar tidak tega melihat Lucia ketakutan tapi dia tidak tahu jika keputusannya memberikan jimat tersebut pada Lucia justru membawanya ke dalam bahaya besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Jimatnya diberikan kpd Lucia, trs kamu juga sedang dalam bahaya Anna krn arwah jahat yg mengincarmu sejak dulu akan leluasa utk mendekatimu...
2023-02-21
2
SUMI 🐊🐊
tp keselamatan mu yg terancam Ann
2022-12-21
0
SUMI 🐊🐊
mau alih profesi kah Ann
2022-12-21
0