Lucia sudah sadar, kedua orangtuanya terlihat sangat senang namun keadaan Lucia membuat rasa senang mereka sirna seketika.
Lucia berteriak ketakutan, dia juga meminta sesuatu pergi dari hadapannya padahal saat itu hanya ada mereka saja. Lucia juga melemparkan bantal, dia bahkan ingin turun dari atas ranjang sampai membuat luka tusukan pisau dibagian perutnya kembali menganga.
Tentunya tim dokter segera menangani dan memberikan obat bius untuk Lucia sehingga gadis itu tertidur tapi keadaannnya akan kembali seperti itu jika dia sudah sadar kembali.
Maria menangis sambil memeluk suaminya. Apa yang sebenarnya terjadi pada putri mereka? Entah kenapa pertanyaan Anna teringat, dia jadi ingin tahu apakah suaminya pernah melibatkan diri dengan sebuah kasus kriminal atau tidak tanpa sepengetahuannya. Dia harap tidak karena dia khawatir suaminya terlibat.
"Bagaimana ini, Dad? Aku takut Lucia akan terus seperti ini sehingga kejiwaannya terganggu," ucap Maria.
"Jangan mengada-ada, dia hanya takut saja!" ucap suaminya.
"Jangan mengada-ada bagaimana? Kau bisa melihat sendiri keadaannya! Aku melihat bagaimana Nick hampir meregang nyawa, aku juga melihat bagaimana Lucia melukai dirinya sendiri, jadi aku tahu jika keadaan Lucia bukan karena rasa taku saja tapi ada yang mengendalikan tubuhnya!"
"Lalu kau ingin aku bagaimana?" tanya suaminya.
"Sekarang aku tanya padamu, apa kau pernah terlibat dengan tindakan kriminal yang bersangkutan dengan nyawa seseorang?"
"Kenapa bertanya seperti itu? Apa kau kira aku penjahat?" tanya suaminya dengan nada tidak senang.
"Bukan seperti itu, Nona Anna bertanya demikian jadi aku?"
"Jadi dia menuduh aku yang telah mencelakai keluarga kita?!" teriak suaminya marah.
"Bukan begitu, Nona Anna bertanya karena dia pikir mungkin kita pernah membantu salah satu anggota keluarga sehingga kita terseret kasus ini dan yang membuat Lucia jadi seperti ini."
"Katakan padanya, sekalipun dia seorang agen, aku tidak akan tinggal diam saja jika dia mencurigai keluarga kita!"
"Jika kita memang tidak melakukan apa yang Anna Baker curigai, untuk apa kita takut," ucap Nick yang baru saja masuk ke dalam ruangan.
"Benar yang Nick katakan, Dad. Jika kita tidak terlibat dengan kejahatan apa pun maka kita tidak perlu takut."
"Baiklah, baik. Tapi jika dia berani mencurigai keluarga kita, aku tidak akan segan menuntutnya atas tindakan pembunuhan yang dia lakukan di rumah sakit!" ucapnya karena dia mengira Anna hendak membunuh Lucia beberapa hari yang lalu.
"Tindakan pembunuhan bagaimana, Dad? Dia berniat menolong Lucia bahkan dia tidak ragu untuk pulang pergi menolong Lucia," ucap Nick.
"Terserah tapi jangan terlalu percaya dengannya," ucap ayahnya.
"Untuk saat ini, kita hanya bisa mempercayakan keselamatan Lucia padanya. Kita tidak punya pilihan, Dad."
"Terserah kalian saja!" ucap suaminya seraya melangkah pergi.
Maria memandangi putrinya yang tertidur karena obat bius. Dia harap Lucia tidak ketakutan lagi saat dia sadar. Lucia pasti mengalami trauma hebat, sebaiknya dia meminta Nick menghubungi Anna dan memintanya untuk datang.
Anna sedang berada di kamar mandi saat Nick menghubunginya. Dia sudah tiba setengah jam yang lalu, tentunya setelah makan malam dengan Barrow.
Baju dilepaskan, Anna melihat dirinya di cermin. Hari ini dia benar-benar lelah. Sungguh kasus di luar akal sehat. Bagaimana dia memberi laporan pada atasannya besok?
Da tidak pernah menduga akan terlibat dengan arwah tapi dia yakin jika dia akan terus terlibat dengan arwah selama kemampuannya masih ada. Anna menghela napas, tatapan mata masih melihat cermin namun dia harus dikejutkan oleh sosok hitam yang tiba-tiba lewat di belakangnya.
Anna berpaling, mencari sosok yang dia lihat. Dia bahkan melangkah mendekati shower di mana tirai masih menutup namun air shower menyala secara tiba-tiba. Anna semakin mendekat dan mengernyitkan dahi, sesosok hitam terlihat di balik tirai. Sial, jangan katakan hantu yang dia lihat mengikutinya pulang.
Karena tidak mau terlibat dengan hantu lain selain si payung merah, Anna melangkah pergi dan berpura-pura tidak melihat. Dia belum selesai dengan si merah, dia tidak mau terlibat dengan si hitam lagi. Rasanya ingin menyediakan ring tinju lalu mengadu si hitam dan si merah, dia ingin lihat siapa yang akan mati untuk kedua kali.
Anna melangkah keluar, hidupnya jadi di kelilingi oleh arwah dan itu, sangat menyebalkan. Saat dia sudah berada di luar kamar mandi, dia baru mendengar suara dering ponsel yang berbunyi, "Pria tampan menghubungimu, pria tampan menghubungimu," dan perkataan itu diucapkan oleh seekor burung kakak tua sehingga terdengar lucu.
"Agen cantik di sini, hanya menerima panggilan dari pria tampan," ucap Anna setelah menjawab panggilan dari Nick.
"Ini aku, maaf mengganggu waktu Nona Anna," ucap Nick.
"Ada apa? Apa sudah memutuskan kita akan kencan di mana??" goda Anna. Dia sengaja agar mereka tidak terlalu tegang.
"Aku akan mengajak Nona Anna berkencan nanti tapi apakah Nona bisa datang? Lucia baru saja sadar tapi dia terlihat ketakutan sehingga lukanya terbuka dan dia harus diberi obat bius. Aku rasa dia akan kembali ketakutan saat dia sadar. Aku tahu ini permintaann egois tapi hanya Nona Anna saja yang bisa menenangkan dirinya."
Anna menghela napas, dia memang harus mencari solusi untuk hal ini agar Lucia tidak selalu bergantung pada dirinya tapi bagaimana caranya? Anna melihat ke kamar mandi, sebaiknya dia pergi saja dari pada dia harus berduaan dengan si arwah hitam itu.
"Bagaimana, Nona Anna? Apa anda bersedia datang?" tanya Nick.
"Aku akan ke sana untuk menjaga adikmu," jawab Anna tanpa ragu. Banyak yang ingin dia bicarakan pada Lucia, ini akan menjadi kesempatan baginya. Dia bahkan belum menginterogasi gadis itu karena dia ingin tahu bagaimana kejadian awalnya sehingga dia bisa diincar oleh sii payung merah.
"Baiklah, aku menunggu kedatanganmu, Nona Anna."
"Tolong panggil namaku saja, Nick. Aku lebih nyaman kau memanggilku dengan namaku," pinta Anna.
"Baiklah, aku berjanji akan mengajakmu berkencan lain waktu setelah situasi aman, Anna."
"Aku hanya bercanda," ucap Anna tapi sesungguhnya dia mengharapkannya. Bagaimanapun dia harus dekat dengan keluarga itu agar dia bisa memecahkan kasus yang sedang dia tangani apalagi dia curiga jika keluarga itu terlibat dengan sesuatu yang berhubungan dengan si payung merah sebab itulah mereka diincar. Tidak akan ada api jika tidak ada minyak.
"Tidak apa-apa, Anna. Aku akan mengajakmu kencan jika kau tidak keberatan," ucap Nick.
"Baiklah, sekarang aku harus bersiap untuk pergi ke sana. Aku akan tiba lebih cepat sebelum Lucia sadar," ucap Anna.
"Aku tunggu kedatanganmu," ucap Nick dan pembicaraan mereka pun berakhir.
Anna meletakkan ponselnya dan menjatuhkan diri di atas ranjang. Napas berat dihembuskan, tidak peduli seberapa sulitnya kasus yang sedang dia tangani, dia pasti bisa memecahkannya dan mengungkap kematian si payung merah. Jangan meremehkan dirinya karena dia bukan orang yang pantang menyerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Aya Vivemyangel
Serah luu deh thor 😂😂😂
2023-05-05
0
SUMI 🐊🐊
ntar kalau ada yg nelpon aku mau kek Anna juga akh 😂😂😂
2022-12-21
0
SUMI 🐊🐊
jiah mendadak punya teman kencan ga tuh
2022-12-21
0