Nick keluar dari sebuah ruangan dan melangkah menuju kamar adiknya. Dia tidak menjaga adiknya setelah Anna pergi karena ada yang hendak dia kerjakan. Lagi pula ada ibunya yang berjaga jadi dia merasa aman. Sambil mengusap lehernya yang terasa pegal, Nick membuka pintu kamar dan masuk ke dalam.
Nick terkejut tidak mendapati Lucia di atas ranjangnya. Kakinya melangkah cepat menuju ranjang, dia juga mencari Lucia di kamar mandi namun adiknya tidak ada di sana.
"Mom, mana Lucia?" tanya Nick pada ibunya yang sedang berbaring di sofa.
"Lucia keluar untuk mengambil minum," jawab sang ibu.
"Apa? Kenapa Mommy membiarkannya keluar!" Nick melangkah lebar menuju pintu.
"Kenapa? Keadaannya sudah baik-baik saja jadi Mommy pikir tidak masalah!" ucap ibunya seraya beranjak untuk mengikuti putranya.
"Tidak, Nona Anna berkata kita harus menjaganya baik-baik!" Nick berlari keluar menuju dapur. Dia harap Lucia memang hanya mengambil air minum tapi apa yang dia dapatkan? Langkah Nick terhenti dan dia sangat terkejut saat melihat sebilah pisau tajam sudah berada di tangan Lucia.
"Apa yang kau lakukan, Lucia!" teriak Nick.
Lucia berpaling, seringai lebar menghiasi wajah. Pisau diangkat di depan, tawa mengerikannya pun terdengar. Tidak saja Nick, ibunya juga terkejut melihat putrinya.
"Lucia, simpan pisau itu!" teriak ibunya. Nick mencegah ibunya yang hendak berlari menghampiri Lucia karena sangat berbahaya.
"Menyimpannya? Ambil jika kalian bisa!" ucap Lucia tapi yang terdengar bukan suaranya karena memang bukan dia yang sedang berbicara.
"Jangan perlakukan adikku seperti ini, siapa pun kau," Nick melangkah mendekati Lucia, dia akan mencoba berbicara dengan arwah yang merasuki adiknya sedangkan ibunya berlari keluar untuk menghubungi Anna.
"Jangan mendekat!" teriak arwah itu sambil menyabetkan pisaunya ke depan.
"Jika kau berani mendekat maka aku akan membunuhmu!" teriaknya.
"Lepaskan adikku, aku yang akan menggantikan dirinya jadi kau bisa merasuki tubuhku!" ucap Nick. Dia harap arwah yang merasuki adiknya bisa dia ajak bernegosiasi tapi yang dia dapatkan justru tawa mengerikan dari arwah si payung merah.
Di luar sana, Maria Devan mengambil ponselnya dengan terburu-buru. Beruntungnya dia sudah menyimpan nomor ponsel Anna Baker sehingga dia bisa menghubungi Anna tanpa perlu meminta nomor ponselnya terlebih dahulu pada putranya. Maria begitu panik karena suara tawa mengerikan terdengar dari dapur dan juga suara barang-barang yang berjatuhan.
Anna baru saja menurunkan korban untuk dievakuasi, sungguh kejadian yang tidak terduga tapi dia punya firasat buruk. Entah kenapa dia merasa jika dia sedang dikelabui oleh arwah si payung merah. Anna berpikir keras sampai akhirnya suara ponsel yang berbunyi mengalihkan perhatiannya.
Anna mengambil ponselnya, kali ini dia tidak bergurau seperti biasanya karena dia merasa sudah kecolongan satu langkah.
"Hallo."
"Nona Anna, tolong datang karena Lucia kembali menggila," pinta Maria Devan.
"Apa?" Anna terkejut namun kini dia sadar jika arwah si payung merah mempermainkan dirinya. Arwah itu sengaja menggunakan wanita itu untuk mengalihkan perhatiannya.
"Tolong segera datang, Nona," pinta Maria.
"Aku segera ke sana!" tanpa melepaskan ikatan yang masih dia gunakan, Anna kembali naik ke helikopter dan meminta pilot untuk membawanya ke kediaman keluarga Devan. Dia akan terlambat jika menggunakan mobil apalagi jalanan jadi padat akibat aksi wanita yang sedang di bawah pengaruh arwah si payung merah itu.
Maria kembali ke dapur setelah berbicara dengan Anna, dia pikir putranya sudah bisa mengambil pisau yang ada di tangan Lucia tapi pisau itu masih ada di tangan Lucia bahkan dia harus kembali terkejut karena saat itu tubuh Nick berada di dinding dan dalam keadaan terangkat. Nick memberontak, kedua kaki menendang dan kedua tangan berada di leher karena dia merasa ada yang mencekik lehernya.
"Lucia, apa yang kau lakukan pada kakakmu?" teriak ibunya sambil berusaha menurunkan tubuh putranya. Maria menangis, suaminya tidak ada di rumah, dia benar-benar panik.
"Turunkan kakakmu, Lucia. Turunkan!" pinta ibunya.
"Mati kalian, mati!" arwah si payung merah mengencangkan cekikan di leher Nick, sang ibu semakin panik lalu dia dikejutkan oleh tindakan yang dilakukan oleh putrinya.
Jleebbb.... Satu tusukan sukses menembus perutnya. Maria berteriak histeris, putranya berada di ambang kematian dan sekarang putrinya menusuk perutnya sendiri secara bertubi-tubi menggunakan pisau yang ada. Tidak ada rasa sakit terlihat dari wajahnya, tawa mengerikannya justru terdengar.
Teriakan Maria semakin menjadi, entah sudah berapa kali Lucia menusuk perutnya sendiri dia tidak tahu tapi yang pasti tubuhnya sudah bersimbah darah. Nick juga terlihat sudah hampir kehabisan oksigen, bisa dilihat ada bekas tangan di lehernya padahal tidak terlihat ada yang sedang mencekiknya.
Di luar sana, Anna melompat turun dari atas helikopter. Dia meminta rekannya untuk tidak pergi karena khawatir ada hal buruk yang sedang terjadi. Tali yang masih terikat dilepaskan, Anna berlari masuk saat mendengar suara teriakan Maria yang histeris.
"Apa yang terjadi?" Anna berlari masuk dengan sebuah pistol di tangan.
"Hentikan Lucia, hentikan!" teriak Maria memohon.
Anna masuk ke dapur, di mana terdengar suara teriakan Maria. Anna terkejut melihat apa yang sedang dilakukan oleh Lucia. Gadis itu menusuk perutnya sambil tertawa terbahak dan kakaknya tampak kesakitan di dinding ruangan seperti yang dia alami waktu di hutan.
"Hei, apa sebenarnya masalah yang kau alami?!" teriak Anna marah.
Arwah itu melihat ke arahnya dengan tatapan penuh dendam, tubuh Nick jatuh ke bawah dan terlihat tidak berdaya. Maria segera menghampiri putranya dan mengguncang tubuhnya agar dia sadar. Tidak saja mengkhawatirkan keadaan putranya tapi yang paling dia khawatirkan adalah keadaan Lucia.
"Jangan perlakukan mereka seperti ini? Apa kau memiliki dendam dengan mereka?" tanya Anna seraya melangkah mendekat ke arah Lucia.
"Jangan mendekat!" pisau di arahkan ke arah Anna.
"Apa yang terjadi padamu, apa kau mati dibunuh? Atau mati karena di perkosa?"
"Diam!" arwah itu berteriak sambil menutup telinga seolah-olah tidak ingin mendengar apa yang Anna ucapkan.
"Aku pasti akan membantumu, percayalah, Katakan apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Anna semakin mendekat, dia harap kali ini arwah itu bisa mengatakan apa yang terjadi sehingga arwah itu tidak melakukan hal itu lagi.
"Diam, aku bilang diam! Kalian para penegak hukum dan kalian para pengusaha, kalian tidak benar-benar menegakkan keadilan, kalian diam setelah mendapat suap, aku tidak percaya pada kalian manusia munafik. Aku akan menuntut balas dengan kedua tanganku ini!" teriaknya.
"Jika begitu apa salah keluarga ini padamu?" teriak Anna. Tapi arwah itu justru pergi sehingga tubuh Lucia limbung ke samping.
Anna berlari ke arah Lucia dan menangkap tubuhnya. Dia segera meminta rekan yang ada di luar masuk untuk membantu sehingga Lucia bisa langsung mereka larikan ke rumah sakit. Tidak saja Lucia, Nick juga dilarikan ke rumah sakit.
Anna mengumpat, kasus yang rumit tapi dia bisa mengambil kesimpulan dari kejadian yang ada. Sepertinya kematian si payung merah ada campur tangan pihak berwajib dan pengusaha dan sepertinya dia mati akibat di perkosa atau di bunuh tapi apa semua itu ada hubungannya dengan keluarga Devan?
Dia benar-benar harus menyelidiki hal ini dengan serius agar kasus yang sedang dia tangani dapat dituntaskan tapi bagaimana dia bisa melindungi Lucia agar hal itu tidak terulang kembali? Sebaiknya dia memikirkan hal ini baik-baik karena dia tidak bisa selalu berada di samping Lucia.
#Mau ada Visualnya ngak all? Udah dapat nih Visual arwah si payung merah. kalau pada mau pakai Visual dan gak takut nanti aku kasi, wkwkwkkw....#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Santi Rahma
baca jga tegaaaaaaaang
2023-03-10
1
Cata Leya
gd job mbak payung merah
si anna..goblog..trllu lemot krg tegas..roh jahat kq bt main..trllu menyepelkn...gk ada usaha sm skli..mlh trllu sante huhh
2023-03-03
0
Indah Hermiati
mauuuu
2023-01-26
0