Gadis bernama Lucia itu ketakutan, dia belum pernah mengalami hal seperti ini bahkan dia tidak tahu apa yang telah terjadi dengannya. Dia tidak ingat apa pun, dia bahkan tidak tahu apa yang terjadi dengannya selama berada di hutan. Ibunya berlari untuk melihat keadaan putrinya, sedangkan Anna melepaskan gadis itu dan beranjak.
Pemuda yang terlihat marah karena mengira Anna sedang melukai adiknya kembali menghampiri Anna dan menarik kerah baju yang Anna gunakan. Dia tidak terima adiknya diperlakukan seperti itu hingga ketakutan. Dia belum tahu apa yang terjadi karena kabar apa yang dialami oleh adiknya baru dia dapatkan oleh sebab itu dia dan kedua orangtuanya datang untuk melihat keadaan Lucia.
"Apa yang telah kau lakukan pada adikku?" tanya pemuda itu sambil menarik tubuh Anna mendekat.
"Hei, jika ingin berkenalan dan meminta nomor ponselku jangan seperti ini caranya," ucap Anna bercanda.
"Jangan basa basi, apa yang telah kau lakukan pada adikku? Apa semua kekacauan yang terjadi akibat ulahmu?" pemuda itu kembali bertanya.
"Jangan seperti ini, bertanyalah dengan baik. Lagi pula bukan aku yang melakukannya," Anna memegangi telapak tangan pemuda itu dan memutarnya ke kiri sehingga kerah bajunya terlepas dari pegangan tangan pemuda itu.
Pemuda seperti tidak percaya apalagi Anna melangkah melewatinya dengan santai untuk menghampiri Barrow. Pemuda itu melihat ke arahnya, siapa wanita itu?
"Apa kau baik-baik saja, Anna?" tanya Barrow.
"Tidak perlu khawatir, arwah itu tidak bisa menyentuhku!"
"Tidak perlu sombong tapi di mana arwah itu?" tanya Barrow ingin tahu.
Anna melihat sana sini, mencari arwah si payung merah yang benar-benar hilang dari ruangan itu. Tatapan matanya kini jatuh pada punggung pemuda yang baru saja berlaku kasar padanya, lalu jatuh pada Lucia yang masih menangis akibat takut.
"Apa yang terjadi padamu, Lucia?" tanya ibunya.
"Aku tidak tahu tapi kakak itu telah membantu aku jika tidak mungkin aku sudah mati," ucap Lucia sambil menunjuk ke arah Anna. Dia benar-benar tidak tahu karena saat dia sedang tidur, lehernya seperti di cekik oleh seseorang sehingga membuatnya kesulitan untuk bernapas.
Kedua orangtua gadis itu melihat ke arah Anna, begitu juga dengan sang kakak yang sudah salah paham terhadap Anna.
"Nona, aku sangat berterima kasih padamu," ibu Lucia melangkah menghampirinya, "Maafkan tindakan kasar putraku. Kami akan membalas kebaikanmu jadi katakan apa yang kau inginkan, apa pun yang kau inginkan akan diberikan oleh putraku," ucapnya lagi.
"Tidak perlu, Nyonya. Terima kasih atas kebaikannya," tolak Anna.
"Jangan menolak, kau sudah menyelamatkan putriku jadi kami akan membalas budi."
"Tolong jangan senang dulu!" Anna melangkah mendekati Lucia dan berdiri di sisi gadis itu, "Aku belum menginterogasinya," ucapnya lagi.
"Apa maksudmu?" tanya kakak Lucia yang tampak tidak senang.
"Perkenalkan, aku Anna Baker dan dia rekanku, Barrow. Kami agen yang sedang menangani kasus pembunuhan berantai dan tanpa sengaja melihat Nona ini berada di dalam bahaya sebab itu kami membantunya tapi kasus kali ini agak istimewa sebab itu aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Nona Lucia sebelum kami melihatnya karena aku menduga kasus yang sedang kami tangani berhubungan dengannya," ucap Anna.
"Jangan mengada-ada. Lucia tidak mungkin terlibat dengan kasus apa pun!" ucap Kakak Lucia. Sebagai seorang kakak tentu dia tidak senang adiknya dituduh seperti itu.
"Benar, Lucia masih seorang pelajar. Bagaimana mungkin dia bisa terlibat dengan kasus pembunuhan berantai yang sedang anda tangani? Sebaiknya jangan asal bicara tanpa adanya bukti!" ucap ibu Lucia dengan nada tidak senang.
"Bukan seperti itu maksudku, Nyonya," Anna tampak memikirkan alasan yang bisa dia berikan tapi bagaimana? Mereka tidak akan percaya jika Lucia sedang diincar oleh arwah penuh dendam yamg menginginkan nyawanya. Tanpa bukti mereka tidak akan percaya. Mereka bahkan bisa menertawakan dirinya dan menganggapnya sebagai agen pembual.
"Sekarang kami akan membawa Lucia agar dia bisa dirawat di rumah sakit yang lebih baik," ucap ibu gadis itu.
"Nyonya, bisakah Lucia tinggal denganku untuk beberapa hari?" pinta Anna. Dia meminta demikian karena dia pikir dia bisa menjaga Lucia dari arwah yang menginginkannya.
"Apa sebenarnya yang kau inginka, Anna Baker? Apa kau melakukan hal ini untuk mendapatkan uang? Berapa yang kau inginkan, katakan saja!" ucap kakak Lucia.
"Bukan begitu, sudah aku katakan adikmu dalam bahaya dan dia akan aman jika bersama denganku!"
"Tidak, kami akan menjaganya selama dua puluh empat jam!"
Anna menghembuskan napas beratnya. Dia tidak bisa menjelaskan karena dia tidak memiliki bukti akan keberadaan arwah tersebut. Wajar jika keluarga Lucia tidak percaya dengannya dan mengira dia menginginkan uang mereka.
"Baiklah, begini saja," Anna mengeluarkan kartu nama miliknya, "Jika terjadi sesuatu dengannya segera hubungi aku," Anna memberikan kartu nama pada kakak Lucia.
"Jika adikmu menunjukkan gelagat aneh, seperti dirinya tapi bukan dirinya segera hubungi aku. Tolong jangan ragu dan menunda jika kalian tidak mau dia mati," ucap Anna. Dia harap pemuda itu bertindak seperti apa yang dia pinta.
"Baiklah, aku akan segera menghubungimu jika Lucia bersikap aneh seperti yang kau katakan!" kartu nama diambil. Walau terdengar seperti lelucon tapi tidak ada salahnya mengambil kartu nama itu.
"Terima kasih, tolong jangan lupa pesanku dan jaga dia baik-baik," setelah berkata demikian, Anna mengajak Barrow untuk keluar dari ruangan yang kacau dan berantakkan itu.
"Apa kau yakin tidak apa-apa membiarkan mereka, Anna? Bukankah kau bilang gadis itu sedang diincar? Jika kita membiarkan mereka, gadis itu bisa mati dan menjadi korban berikutnya. Lagi pula kita belum menginterogasi gadis itu sama sekali," tanya Barrow saat mereka berada di luar dan melangkah pergi meninggalkan ruangan.
"Kita tidak memiliki bukti jadi mereka tidak akan percaya denganku, Barrow. Jangankan mereka, aku yakin kau juga belum bisa mempercayai apa yang sedang terjadi bahkan aku pun belum bisa mempercayainya. Biarkan saja mereka membawa gadis itu, aku yakin mereka akan menghubungi aku saat terjadi sesuatu dan pada saat itu, mau tidak mau mereka akan mempercayai aku. Akan lebih mudah berbicara dengan mereka yang sudah melihat dari pada saat ini karena mereka akan menganggap kita sedang menipu mereka," ucap Anna.
"Baiklah, yang kau katakan sangat benar. KIta tidak mungkin berkata semua yang terjadi terjadi ulah arwah yang menakutkan, bisa-bisa kita berdua jadi bahan tertawaan."
"Oleh sebab itu, aku tidak punya pilihan walau sesungguhnya aku sangat mengkhawatirkan keadaan gadis itu. Dia hampir saja mati dicekik tadi dan aku yakin, arwah itu masih mengincar dirinya," sesungguhnya dia khawatir namun dia tidak punya pilihan selain membiarkan gadis itu kembali bersama keluarganya.
"Jadi semua barang yang terbang itu adalah ulah si arwah yang hanya bisa kau lihat itu?"
"Tentu saja. Selain arwah itu, apa kau kira aku bisa melakukannya?" sepertinya dia harus mencari tahu kenapa dia bisa melihat arwah si payung merah.
"Aku sungguh tidak menduga kau memiliki indera keenam sehingga kau bisa melihat arwah itu," ucap Barrow.
"Aku juga tidak!" ucap Anna pula. Selain melihat arwah itu, sepertinya dia juga memiliki kekuatan sehingga arwah itu bisa terpental.
"Baiklah, dasar kau aneh. Ayo pergi ke kantor," ajak Barrow.
Anna menoleh ke belakang sebelum mereka masuk ke dalam lift. Tatapannya matanya bertemu dengan kakak Lucia yang saat itu secara kebetulan juga sudah keluar dari ruangan bersama dengan yang lain dan hendak menuju lift. Apa dia harus mendekati pria itu untuk mencari tahu apakah dia memiliki hubungan dengan arwah si payung merah? Entah kenapa dia merasa salah satu dari mereka, tidak Lucia atau kakaknya memang memiliki hubungan dengan arwah si payung merah tapi itu masih perkiraan karena yang selalu menjadi korban selama ini adalah para gadis muda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Aya Vivemyangel
Bikin g brenti baca ,,
2023-05-05
0
Bernadet Wulandari
penasaran euy.
2023-02-11
0
Anonymous
hmmm....ada apa yaa
2022-12-29
0