BAB 13

"Ha-ha-ha kamu sangat lucu saat marah, Apa kamu mengancam ku?" ujar Iyan tertawa.

"Awas saja kamu ya, kalian berdua lihat saja nanti," ucap Amelia kesal.

"Sudah, sudah untuk apa kalian bertengkar? Kan bagus jika Chasyn makan di sini, setidaknya bertambah pendapatan ibu," ucap ibu penjual itu membawakan makanannya lalu meletakkan di atas meja.

"Ayo di makan," ucap ibu kantin.

"Terima kasih buk," ucap Chasyn.

"Jika begitu kami tidak makan di sini lagi," ucap Amelia berdiri lalu pergi.

"Hey hey Neng, kalian belum bayar, maen pergi aja," ucap ibu kantin.

Amelia mengeluarkan uangnya lalu meletakkan di atas meja lalu kembali pergi.

"Eh Neng tunggu dulu, ini duitnya kurang," panggil ibu kantin lagi.

"Huh!" Amelia mendengus kesal, ia mengambil uang di kantongnya lalu meletakkan di atas meja dengan keras.

"Nah gini donk," ucap ibu itu menyusun uangnya agar tetap rapi.

"Maaf buk, gara-gara aku makan di sini ibu kehilangan pelanggan," ucap Chasyn.

"Tidak apa-apa, ibu selalu ingin memberimu makan gratis, tapi kamu nggak pernah datang," ucap Ibu itu.

"Oh begitu, terima kasih ya buk jika aku tau aku pasti akan sangat senang menerimanya, aku akan sering makan di sini tapi akan bayar, ibu tidak perlu menggratiskan untuk ku," ucap Chasyn.

"Memangnya kamu punya uang?" tanya ibu itu.

"Ibu nggak perlu khawatir aku punya uang kok," jawab Chasyn.

"Syukurlah jika begitu, ibu pergi dulu," ucap ibu kantin.

"Iya buk," ucap Chasyn mengangguk.

Chasyn dan Iyan menyantap makanannya dengan lahap.

"Hm… makanan ibuk Kantin emang terbaiklah, enak banget," ucap Iyan.

Chasyn tersenyum, makanan ibu kantin memang enak, ia tak pernah makan di sini karena ia kadang bawa bekal, atau dia tidak sarapan karena takut terlambat ke sekolah yang hanya pergi dengan berjalan kaki.

Lonceng pertanda masuk kelas berbunyi nyaring.

"Berapa semuanya buk?" tanya Chasyn buru-buru, ia mengambil dompetnya lalu mengeluarkan uangnya.

"30 ribu," jawab ibu kantin.

Chasyn memberikan uang selembar berwarna merah lalu buru-buru menarik tangan Iyan menuju kelasnya.

"Ayo cepat, nanti kita terlambat," ucap Chasyn.

"Uang kembaliannya," panggil ibu kantin.

"Ambil saja," teriak Chasyn yang sudah berlari jauh.

Ding Ding

Pembayaran berhasil ✔️

Hadiah Anda di potong 100.000

Sisa hadiah Anda [14.200.000]

Chasyn segera duduk di kursinya. Tak lama kemudian guru pun masuk ke kelas.

"Baiklah semuanya kita buka buku halaman 20. Eh Chasyn, kamu sudah sembuh? Bukan waktu terjatuh itu lukamu sangat parah? Apa kamu yakin bisa mengikuti pelajaran hari ini, apa kamu tidak istirahat saja di rumah?" tanya guru itu khawatir.

"Aku baik-baik saja buk guru, aku masih bisa mengikuti pelajaran seperti biasanya kok," jawab Chasyn.

"Tapi… jatuh dari lantai 4 itu biasanya beresiko Kematian, tapi mungkin memang ada keajaiban sehingga kamu selamat, ibu juga bersyukur jika kamu baik-baik saja, tapi kenapa cepat sekali sembuhnya, bukannya kepalamu di katakan pecah ya?" tanya ibubitu penasaran.

"Hm… I-itu karena saya mempunyai obat turun temurun dari kakek moyang saya terdahulu, ada obat yang bisa ampuh dalam mengobati segala macam penyakit termasuk kepala yang pecah," jawab Chasyn ngasal.