Love Of A Nurse
Kringgggggg alarm berbunyi. Aneska masih menutup matanya dia mencari keberadaan jam weker. Dirabanya nakas di samping kasur dan dia tidak menemukan benda berisik itu. Dia melempar bantalnya kearah nakas tapi jam weker itu tetap berdering.
“Berisik.” Aneska menutup telinganya dan mencari benda itu. Ketika menemukan benda itu, dia langsung mematikan jam wekernya.
“Kenapa aku menyalakan jam weker sepagi ini, bukannya aku masuk sore.” Gumam Aneska.
Dia melihat kalender yang ada di kamarnya ada sebuah tanggal yang di lingkarinya.
”Oh Tuhan, aku hari ini harus menggantikan mbak Tami.” Aneska langsung berlari ke kamar mandi, melakukan rutinitas membersihkan diri di kamar mandi.
Setelah selesai dia langsung bersiap dengan mengenakan seragam berwarna merah muda dengan celana panjangnya. Hanya mengambil sepotong roti untuk di jadikan sarapannya, dia menikmati makanannya sambil berjalan ke rumah sakit.
Setiap perawat yang bekerja di rumah sakit mendapatkan fasilitas berupa mes. Dan mes itu terletak tidak jauh dari rumah sakit agar memudahkan para perawat untuk datang bekerja.
Aneska bekerja di sebuah rumah sakit ternama di ibu kota. Dia sudah sudah bekerja di rumah sakit itu kurang lebih tiga tahun. Dia di tempatkan di bagian pasien dewasa, dan hari ini dia harus menggantikan jadwal teman kerjanya yaitu mbak Tami. Mbak Tami perawat senior di bagiannya. Dan hari ini beliau di pindah tugaskan ke tempat lain.
Aneska dan Tami sudah berteman cukup akrab sehingga mereka sering di katakan sebagai kakak adik. Tidak ada satu rahasiapun yang ada di antara keduanya. Cuma ada yang ganjal di hatinya, dimana mbak Tami tidak memberitahukan kepadanya dimana tempat dia di pindahkan. Dan kemaren hari terakhir Aneska bertemu dengan wanita itu.
Aneska melakukan absensi dengan finger print. Dan langsung menuju ruangan khusus pasien dewasa.
“Hampir saja kamu terlambat.” Ucap Tiara yang sama-sama berprofesi sebagai perawat.
“Ibu ratu belum datang.” Tanya Aneska.
“Ibu ratu?”
“Ibu Susan sudah datang tapi belum sempat mengecek, beliau di panggil ke kantor. Kamu hati-hati kalau memberi julukan kepadanya, kalau sampai ibu Susan mendengar kamu memberikan julukan itu kepadanya bisa-bisa hukuman akan mendekatimu.”
“Kan memang beliau seperti ibu ratu, banyak merintah daripada bekerja.”
“Sstt diam, beliau sudah datang.” Ucap Tiara mengingatkan Aneska.
Wanita yang tidak muda lagi itu jalan dengan wajah angkuhnya, dia menatap semua para karyawannya. Dia melakukan brefing pagi sebelum memulai aktivitas di rumah sakit. Setelah selesai dengan briefingnya semua perawat mengecek pasien di dalam ruang rawat inap. Berbagai penyakit ada di situ. Cuma untuk penyakit yang menular di beri ruangan terpisah.
Aneska, Tiara dan Aldo satu tim, mereka mengecek ke ruang rawat inap. Dari tekanan darah, suhu tubuh dan botol infus di cek mereka. Tidak lupa mereka memberikan obat yang harus di minum pasien.
Mereka melakukan itu penuh dengan suka cita. Ada rasa senang ketika pasien pulang dalam keadaan sehat. Tapi ada rasa bersedih jika pasien pulang dalam keadaan meninggal. Dan tak heran banyak yang mengalami seperti itu, dan sudah terbiasa di telinga mereka ketika mendengar keluarga pasien teriak-teriak karena kehilangan orang yang di cintai.
Waktunya makan siang.
Aneska, Tiara dan Aldo berganti dengan tim yang lainnya. Mereka mendapatkan jatah istirahat terakhir karena harus ada yang menjaga di bagian mereka.
“Ada dengar kabar mbak Tami.” Tanya Aneska.
Kedua temannya Aldo dan Tiara menggelengkan kepalanya.
“Bukannya mbak Tami selalu memberitahukan sesuatu kepadamu sebelum kami.” Ucap Tiara.
“Kenapa Nes.” Tanya Aldo.
“Enggak ada, mbak Tami juga tidak ada memberi kabar. Aku sudah menghubunginya tapi nomornya di luar jangkauan.” Ucap Aneska.
“Mungkin lagi sibuk, coba kamu kirim pesan kepadanya. Pasti kalau tidak sibuk di balasnya.” Ucap Tiara.
“Sudah, ini buktinya.” Aneska menunjukkan pesan yang di kirimkannya kepada mbak Tami. Kedua temannya melihat isi pesan yang di kirimnya.
“Perasaanku tidak enak.” Ucap Aneska.
“Tidak enak bagaimana?” Ucap Aldo.
“ Mbak Tami tidak pernah melakukan hal ini, biasanya dia selalu mengirim pesan kepadaku, mengabari tentang keadaanya. Sama halnya ketika dia pulang kampung, dia pastii mengabari kepadaku.”
“Tunggu saja, mungkin atau lusa dia menghubungimu.” Ucap Tiara.
Aneska menganggukkan kepalanya. Dia juga memikirkan hal yang sama kalau teman yang di anggapnya sebagai kakak akan mengabarinya.
“Apa kalian tau mbak Tami bekerja dimana?” Aneska melihat kedua temannya. Dan kedua temannya menggelengkan kepalanya.
Waktu makan siang untuk mereka sudah tiba. Mereka pergi ke kantin dan menikmati makanan yang sudah tersedia di sana. Bergabung dengan sesama perawat seperti makan bersama keluarga. Banyak perawat dari bagian yang berbeda berkumpul di sana, ada perawat untuk ruangan anak dan bagian-bagian lainnya.
“Nes, sampai kapan kamu masuk pagi.” Tanya Tiara.
“Belum tau, tapi jadwal yang baru belum ada kan?” Ucap Aneska.
Ada seorang pria yang datang dan duduk di dekat mereka, pria itu membawa nampan yang isinya makanan.
“Hai semuanya, aku duduk di sini ya.” Ucap Dimas.
“Bawa pulang juga boleh.” Celetuk Tiara.
Semuanya tertawa bersama. Dimas perawat di bagian ruang operasi. Sudah bukan rahasia lagi kalau pria itu naksir dengan Aneska. Caranya memberi perhatian kepada wanita itu dan caranya menatap sangat berbeda. Ketika menatap wajah Aneska, pria itu menatap dengan penuh kasih.
“Aku dengar Tami sudah pindah.” Tanya Dimas. Dimas seangkatan dengan Tami. Mereka termasuk senior di rumah sakit itu. Dimas melirik ketiganya secara bergantian sambil menyuapkan makanan kedalam mulutnya.
“Kak Dimas pernah dengar tentang pemindahan tugas mbak Tami tidak?” Ucap Aneska.
“Tidak, cuma dia pernah bilang ke aku kalau gaji yang di tawarkan di sana empat bulan gaji kita.” Ucap Dimas.
“Apa!” Ucap Aneska dan Tiara bersamaan. Ekspresi mereka mencari perhatian semua perawat yang ada di situ.
“Sstt. Ini bukan kantin kita. Jangan teriak seperti itu.” Ucap Aldo mengingatkan temannya.
“Kenapa ekspresi kalian seperti itu.” Ucap Dimas.
“Kami membayangkan gajinya kak.” Ucap Aneska.
“Iya kak, tapi kira-kira di bagian apa mbak Tami di tempatkan. Rata-rata gaji perawat di rumah sakit sama.” Ucap Tiara sambil memikirkan sesuatu.
“Enggak tau, tapi sepertinya dia bukan merawat manusia tapi merawat hewan buas.” Ucap Dimas. Semuanya tertawa membayangkan kalau yang di alami mbak Tami benar adanya.
Aneska dan Tiara kembali ke mesinya dengan berjalan kaki. Mereka tinggal di dalam mes yang sama. Tapi beda blok.
“Nes, aku kalau dapat tawaran mau loh di pindah tugaskan seperti mbak Tami.” Ucap Tiara.
“Yakin kamu mau? Kalau kamu di suruh merawat harimau gila mau?” Ucap Aneska lagi.
“Idih ogah lah, mana mungkin perawat merawat hewan.”
“Tapi aku masih penasaran dengan mbak Tami. Kabarnya tidak ada, dan apa betul dia di pindahkan tugas untuk merawat hewan.” Ucap Aneska penasaran.
“Nah kamu saja masih memikirkan hal yang sama denganku.” Protes Tiara.
“Iya, iya. Tapi coba kamu bayangkan siapa yang mau memberi gaji kepada kita sebesar dua puluh juta perbulan. Pasti hanya orang kaya yang bisa melakukan itu.” Ucap Aneska.
“Aku kalau di tawari pemindahan tugas, langsung angkat tangan.” Ucap Tiara.
“Aku pun, dengan gaji sebesar itu, aku bisa membayar hutang-hutang bapak.” Ucap Aneska.
Kemudian keduanya berpisah, mes Tiara berada di sebelah kanan dan mes Aneska berada di ujung.
Sesampainya di dalam kamar. Aneska melihat ada pesan masuk melalui ponselnya, dan itu dari mbak Tami. Dia kegirangan ketika mendapat balasan dari temannya. Tapi wajahnya langsung berbeda ketika membaca pesan dari Tami.
“Kenapa mbak Tami seperti ini. Aku hanya menanyakan kabarnya tapi dia menjawab dengan kalimat yang menyakiti perasaanku. Gumam Aneska.
***
Pagi hari sang surya bersinar sangat indah memantulkan cahayanya yang berwarna jingga. Aneska bangun lebih awal dari jam weker, biasanya dia yang di bangunkan oleh benda tersebut tapi sekarang dia yang mematikan benda tersebut.
“Aku bisa bangun sendiri tanpamu.” Ucap Aneska sambil menekan tombol di bagian belakang jam weker. Dia langsung menuju kamar mandi dan setelah itu langsung membuat minuman sereal untuk mengganjal perutnya yang kosong. Dia bersemangat untuk berangkat ke rumah sakit, karena pasien kesayangannya akan keluar ini hari.
Bersambung.
“Like, komen dan vote yang banyak ya, terimakasih ya.
Untuk yang baru bergabung silahkan baca karya author yang lainnya yaitu " Menikah Karena Ancaman "
Ig. anita_rachman83
🌷🌷🌷
Plagiarisme melanggar Undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
💕febhy ajah💕
kepoin ini dlu
zira zico dah lama bnget di baca
2023-05-29
1
Ꮶ͢ᮉ᳟⒋ⷨ͢⚤Å𝐧𝐀⃝🥀
mampir lgi bund,,tapi dg akun yg berbeda,,nama ttp sama kok bund
2023-01-03
0
Srie Rejekie
d
2022-09-22
0