Pamit

Langit terlihat cerah, warna birunya menghiasi hamparan luasnya. Awan berarak kecil-kecil disudut yang lain. Matahari menantang bumi dengan garangnya.

Keringat membasahi baju Beo, ia duduk sambil berkipas dengan karton bekas di pinggiran toko yang tutup. Baru satu jam ia mengamen, ia sudah lelah karena cuaca yang panas.

“Panas kali bang”

“Iyah yo, kayaknya malam mau hujan nih soalnya sekarang panas sekali” abdul teman sesama pengamen yang ikut berteduh bersamanya.

“Kalau kamu gak kuat disini aja dulu, abang ngamen dulu ya. Soalnya baru dapat sedikit” jelas Abdul.

“Iyah bang, Beo istirahat sebentar”

Abdul pergi keperempatan sedangkan Beo masih berdiri di depan sebuah toko, ia masih sibuk mengipasi tubuhnya.

“Beo..” panggil suara anak perempuan yang Beo kenal.

“Bintang” Beo nampak senang dengan kedatangan Bintang.

Bintang mendekat kemudian menyodorkan sebuah kantong kresek, Beo menatap Bintang untuk sesaat kemudian setelah mendapat anggukan dari bintang, Beo mengambil kantong itu.

“Es krim” ucap Beo senang saat melihat isinya.

 

Beo menikmati es krim coklat itu dengan lahap, ia sangat suka rasanya. Sangat jarang ia makan es krim, bukan jarang. Tapi bisa dibilang ia makan es krim bisa dihitung.

“Suka”tanya Bintang yang dari tadi memperhatikan Beo.

Beo mengangguk, ia sesekali menjilat sisa es krim di bibirnya sendiri.

“Bintang gak makan es krim” tanya Beo baru sadar jika sahabatnya itu hanya duduk melihatnya dari tadi.

“Udah” jawab Bintang.

“Beo..” panggil Bintang.

“Hmmm”

“Kayaknya besok-besok kita gak akan jumpa lagi”

“Hah..” Beo menghentikan aktivitasnya menjilati es krim yang hanya tinggal stiknya saja.

“Maksud Bintang apa?” tanya Beo tak mengerti.

“Besok Bintang sama Oma akan ke Sydney”

“Sidney? Sidney tu jauh ya? Jauh mana dari Surabaya?” tanya Beo.

Bintang tertawa mendengar pertanyaan sahabatnya itu, tapi dilihat dari wajahnya Beo sama sekali tidak bercanda.

“Jauh Sidney, jauh banget. Sydney tu gak di Indonesia. Tapi udah di Australia” jelas Bintang.

Meskipun Beo tak mengerti, tapi yang ia tahu bahwa sahabatnya akan pergi sangat jauh. Dan itu benar-benar membuat ia sedih.

“Kapan pulangnya” tanya Beo.

“Gak tau”

Beo terdiam, sahabatnya akan pergi jauh dan tidak tau akan pulang kapan. Bukankah itu menyedihkan. Apa lagi saat dia ingat kalau ia belum mengembalikan kalung milik Bintang.

“Bintang tunggu Beo disini sebentar” kata Beo tanpa menunggu persetujuan Bintang langsung berdiri dan pergi menyeberangi jalan.

“Beo tunggu” tapi Beo sudah pergi jauh. Bintang hanya bisa menunggu beo disitu sampai ia kembali. Sudah cukup lama Bintang terdiam disana menunggu Beo, ia mulai khawatir apa lagi kalau seandainya pak Hasan datang dan mencarinya.

“Non, ayo pulang” tebakan Bintang benar. Pak Hasan akhirnya datang, ia dari tadi disuruh Bintang menunggu di ujung jalan.

Bintang terdiam sesaat, ia mencari sosok Beo yang tadi pergi namun tak ia temukan dimana keberadaan Beo dari tadi.

Bintang mengangguk kemudian mengikuti langkah kaki Pak hasan menuju mobil yang terparkir.

“Silahkan non” kata Pak Hasan membuka pintu mobil bagian belakang.

Masih juga Bintang melihat kearah belakangnya, berharap Beo datang. Namun sama sekali tak ada juga sahabatnya itu.

Bintang naik ke atas mobil,  duduk di jok mobil tepat sebelum pintu ditutup Bintang mendengar namanya dipanggil.

“Tunggu Pak” kata Bintang mencari sumber suara .

Bintang langsung dari mobilnya, didapatinya Beo berlari menuju arahnya, Beo ngos-ngosan begitu sampai didepan Bintang.

“Ini” katanya membuka genggaman tangannya dan di atas telapak tangannya terlihat sebuah cincin plastik berwarna hijau di lingkaran cincinnya dan warna kuning pada Bintangnya. Cincin itu berbentuk bintang.

“Ini untuk Bintang, memang cuman cincin mainan. Tapi anggap saja sebagai pengganti kalung Bintang sementara” jelas Beo.

Bintang tersenyum kemudian mengambil cincin itu dan memasang di telunjuknya. Cincin itu longgar ditelunjuk Bintang tapi Bintang tetap tersenyum senang menerima hadiah itu,

“makasih ya Beo, Bintang suka” katanya.

Beo mengangguk,

“Semoga kita bertemu lagi ya” kata Beo mengulurkan tangannya, Bintang membalas jabatan tangan Beo.

“Iyah”

Bintang kemudian naik keatas mobilnya, kemudian meninggalkan Beo yang kemudian terisak, air matanya mulai membasahi pipinya, ia sangat sedih kehilangan Bintang.

“Bintang ”panggilnya dalam isakan tangis.

Ia mengangkat tangganya, melampai kearah mobil Bintang yang terus menjauh.

“Semoga bertemu lagi”teriaknya, meskipun ia tau Bintang tidak akan mendengarnya pqling tidak Tuhan mendengarkan. Semoga Tuhan mempertemukan kita.

@@@

Terpopuler

Comments

shanum

shanum

aminnn

2024-08-04

1

shanum

shanum

up

2023-08-08

1

shanum

shanum

kapan up nya

2023-05-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!