TINGGALKAN DIA

Tidak sama sekali tidak sayang ku Angel, aku ingin cepat - cepat menikah dengan wanita yang sangat aku cintai, apakah itu salah?

Pertanyaan Marvin kini menjadi jebakan tersendiri untuk Angel, karena Angel tidak mungkin mengatakan bahwa itu adalah sebuah kesalahan.

"Sama sekali tidak mas, namun tetap saja aku sedikit kaget dengan keputusan mas Marvin."

Tidak ada lagi yang bisa Angel katakan kecuali hal itu, karena ini memang Marvin adalah calon suaminya.

"Maafkan mas yang Angel sayang, mas berjanji akan memberikan kebahagiaan yang luar biasa untuk mu, itu menjadi janji mas di hadapan wanita yang sangat mas cinta, dan juga kepada Tuhan."

Marvin mengatakan hal tersebut sambil mengenggam erat tangan Angel yang kini hanya mampu untuk memandang dan memberikan senyuman kepadanya.

Mas kau memang bisa memberikan kebahagiaan itu, ya aku yakin kau pasti bisa, namun disini aku yang tidak bisa melakukan hal itu kepada mu, ya Tuhan apa tidak sebaiknya aku lari saja dari pernikahan ini.

Angel mengatakan hal tersebut di dalam hati, sungguh saat ini terbersit pikiran demi pikiran jelek untuk meninggalkan pernikahannya.

Sementara itu di dalam ruang kerja Leo, nampak satu wanita paruh baya sedang duduk dengan tenang menunggu kehadiran Leo.

"Mama? sejak kapan mama ada di sini? apakah mama sudah lama ada di ruangan ini?"

Leo yang baru saja masuk ke dalam ruangan cukup kaget ketika sang ibunda tiba - tiba sudah duduk di dalam.

"Tidak penting berapa lama mama ada di dalam sini Leo, sekarang cepat duduklah di hadapan mama."

Dengan tegas sang ibunda mengatakan hal tersebut kepada Leo yang sampai saat ini masih berdiri menatap kedatangan sang ibunda.

"Ya ma, jadi apakah ada hal penting yang mama akan bicarakan dengan ku sampai - sampai mama harus datang kemari?"

Dengan tenang Leo mengatakan hal tersebut kepada sang ibunda.

"Ya Leo, banyak hal yang mama akan bicarakan disini, mama terpaksa kemari, karena mama cukup sulit untuk bertemu dengan mu, kau adalah anak mama satu - satunya, namun anak mama ini lebih memilih untuk tinggal di apartemen daripada menemani mama di rumah mewah itu."

"Ma, maafkan Leo jika Leo harus tinggal terpisah dengan mama, namun jarak rumah kita dengan rumah sakit itu lumayan jauh, sedangkan pasien - pasien Leo itu banyak dan sangat membutuhkan Leo."

"Jadi kau kira mama juga tidak membutuhkan mu Leo?"

Dan seketika itu juga Leo terdiam, ketika sang ibunda yang masih nampak cantik ini mengatakan keberatannya karena Leo memilih untuk tinggal terpisah dengan dirinya.

"Ma, maafkan Leo ma."

Sang wanita paruh baya tersebut pada akhirnya hanya bisa memandang dengan tajam putra kesayangannya.

"Baiklah mama akan memaafkan mu, dan berusaha mengerti segala kesibukan mu di luar sana, yang mama sendiri sebenarnya kurang begitu mengerti."

"Terima kasih ma, jadi apa yang membuat mama sampai datang kemari?"

Leo yang seakan - akan tidak ingin kehilangan waktu berharganya kembali mendesak sang ibunda untuk mengatakan maksud kedatangannya sesegera mungkin.

"Ya mama tau kau sibuk, untuk itu kau terus mengatakan hal ini kepada mama, satu hal yang mama ingin minta dari mu Leo."

"Apa ma? jika memang Leo bisa memenuhi pasti akan Leo lakukan."

"Kapan kau akan memberikan mama cucu? selama ini sudah cukup mama sendiri di dalam rumah, sejak papa meninggal tidak ada lagi kesibukan mama yang cukup berarti untuk dilakukan."

Leo langsung terdiam dengan permintaan sang ibunda, karena sampai saat ini tidak ada satu wanita pun yang pernah di ajak Leo serius untuk melangkahkan kaki ke jenjang pernikahan.

"Untuk kesekian kalinya maafkan Leo ma, untuk permintaan mama yang ini, mungkin belum bisa Leo penuhi di dalam waktu dekat."

"Kenapa Leo? usia mu sudah tiga puluh tahun, usia yang sangat matang bagi laki - laki untuk mulai membina rumah tangga."

Sang ibunda saat ini yang terus mendesak, membuat Leo hanya bisa terdiam tanpa kata.

"Tidak segampang itu ma, menikah itu bukan hal mudah."

"Ya mama mengerti menikah itu bukan hal mudah, apalagi untuk mu seorang dokter berbakat dan juga seorang pengusaha, wanita yang akan bersanding dengan mu haruslah wanita yang sepadan dengan apa yang saat ini ada di dalam segala kehidupan mu."

Leo hanya kembali terdiam dengan perkataan demi perkataan sang ibunda mengenai pasangan hidup.

"Bukan hanya itu saja ma, tidak gampang menemukan wanita yang sesuai dengan apa yang Leo inginkan."

Dan seketika itu juga sang ibunda hanya bisa menggelengkan kepalanya di hadapan putra tercintanya.

"Jika hanya karena hal itu, mama memiliki banyak teman, dan mereka memiliki anak gadis yang pinta, cantik, dan dari keluarga terpandang, wanita seperti inilah yang pantas untuk mendampingi mu, mama harap kau bersedia untuk mama kenalkan dengan mereka."

Tidak ada lagi yang bisa Leo katakan selain hanya memandang tajam kearah sang ibunda.

"Apakah semua yang mama lakukan saat ini membuat mama bahagia?"

Beberapa kata yang pada akhirnya terlontar dari mulut Leo.

"Ya Leo, mama akan menjadi sangat bahagia jika kau mau untuk berkenalan dengan mereka, setidaknya kau tidak menutup pintu hati mu, mama sudah lelah melihat kau terus berganti - ganti kekasih, saat ini mama yakin sudah ada wanita yang tidak jelas asal usulnya menjadi kekasih mu."

Sang ibunda mengatakan hal tersebut sambil memberikan beberapa foto satu wanita muda seksi di atas meja.

"Liora? bagaimana mama bisa mendapatkan foto Liora?"

Sang ibunda langsung tersenyum tipis dengan apa yang dikatakan oleh Leo.

"Tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh seorang nyonya Laras, apalagi jika itu menyangkut putra kesayangannya."

Leo yang mendengarkan jawaban sang ibunda hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Ya, ya nyonya Laras memang wanita sosialita berkelas yang bisa melakukan banyak cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan olehnya, baiklah ma, jika itu membuat mama bahagia maka aku akan melakukan apa yang mama inginkan."

"Terima kasih Leo, apakah mama boleh meminta satu hal lagi kepada mu?"

"Katakan saja ma."

"Tinggalkan wanita yang tidak jelas ini sekarang juga Leo."

Sang ibunda mengatakan hal tersebut sambil menunjuk foto Liora yang masih tergeletak di atas meja.

Leo yang mendengarkan permintaan sang ibunda langsung mengernyitkan dahi, namun tidak memiliki kesulitan untuk berpikir.

"Baiklah ma, hari juga aku akan menghubungi Liora untuk mengakhiri hubungan kami, apapun akan aku lakukan asalkan mama bahagia."

Dan dengan gampang Leo mengatakan hal tersebut kepada sang ibunda, karena tidak ada perasaan yang berarti Leo terhadap Liora.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!