Aku tak percaya, bagaimana bisa suamiku begitu kukuh pada keinginannya menikahi Katliya.
Gadis berumur 28 tahun itu memiliki paras yang tak jauh lebih baik dan lebih cantik dibanding aku. Sungguh tak habis fikir. Hanya bedanya, tubuhnya langsing. Mirip bentuk tubuhku sepuluh tahun lalu.
Kutatap kalender yang ada di dinding kamar. Tanggal 15 Oktober. Tinggal lima belas hari lagi, Bang Irsyad akan mengucap janji suci ijab kabul menikahi Katliya. Karena ia akan menikahi gadis yang bisa saja kulabel dengan sebutan PERAWAN TUA. Katliya, 28 tahun tapi belum juga menikah.
Hhh... Hanya helaan nafas yang terasa amat berat ini yang bisa kuhempaskan.
Aku tak tahu, apakah ini bisa kukategorikan sebagai beban berat? Atau rasa penat serta kelelahan jiwa yang mendera? Entahlah. Rasanya benar-benar menghentakkan seluruh jiwa raga.
Tubuhku seperti ringan bagaikan kapas yang terpental dari bungkusnya di ketinggian ranting pohonnya. Padahal bobot beratku saat ini adalah sekitar 89 kilogram. Bobot yang sangat berat, sama beratnya dengan beban hidupku kini.
Apakah karena tubuh ini yang melar bobotnya sampai berkali-kali lipat dari sewaktu muda dulu? Lantas dirimu kini berpaling dengan gadis lain yang lebih langsing dariku, Bang Irsyad? Hanya karena berat badanku yang berlebih?
Aku kini memang menderita obesitas. Lebih tepatnya, mengalami kenaikan berat tubuh berlebih sejak empat tahun lalu. Itu semua adalah pengaruh obat yang kukonsumsi karena ada kista di ovariumku.
Sejak itu, bobot tubuhku perlahan menaik. Drastis mencapai puncaknya sampai 85 kilo empat tahun yang lalu. Dan sejak itu pula, aku berusaha keras menjaga bobot tubuh ini agar tidak terus naik dan naik lebih berat lagi.
..............
Pukul sepuluh malam. Bang Irsyad belum juga pulang.
Kucoba menelponnya. Tapi tak diangkat. Hanya memanggil, tidak tertulis berdering.
Kujajal mengiriminya chat, hanya ceklis satu. Berarti ponselnya sedang tak aktif, atau memang sengaja dimatikan demi untuk bebas dan aman dari gangguanku. Sepertinya.
Bang... Dimana kamu, Bang? Apakah sedang bersenang-senang dengan Katliya, gadis yang kupercaya mengurus keuangan toko online bisnis kita berdua? Sebegitu butanya kah dirimu kini, Bang?
Aku tak menyangka, gadis sederhana itu mampu memikatmu sampai sebegitunya? Bahkan tadi pagi kau telah menceritakan keinginan hatimu untuk memperistrikan dia.
Apa hebatnya dia? Apa pesonanya yang sampai bisa mengalahkan diriku jiwa raga, luar dalam? Apa yang ia punya? Yang tidak aku punya? Aku sungguh sangat penasaran, Bang!
Hhh...
Aku tercenung di pinggir tempat tidur kami yang besar. Tempat dimana kami saling melepaskan rindu, menyatukan hasrat cinta berdua.
Kuusap lembut sprai beludru, sprai favorit Bang Irsyad.
Pulanglah, Bang! Pulanglah!
Meskipun kita belum memiliki anak, tapi setidaknya kau memiliki aku sebagai istrimu yang senantiasa setia mendampingimu selama sepuluh tahun ini. Tidakkah kau mengingat masa-masa indah kita dahulu, Bang? Masa-masa disaat kita masih belum punya apa-apa. Masa-masa dikala kita belum jadi apa-apa.
Airmata ini jatuh perlahan menetes di pipi.
Rasanya seperti mimpi buruk yang tak berkesudahan.
Ingin bangun, bangkit dan berlari. Berharap ini bukanlah kenyataan. Kalau Bang Irsyad suamiku akan menikahi gadis lain lima belas hari lagi. Dan gadis pilihannya itu adalah mantan karyawan kepercayaanku yang sudah kuanggap seperti adik sendiri.
...🍀🍀🍀🍀🍀...
...Awal pertemuan Aku dan Katliya...
Seorang perempuan dengan wajah lelah dan nampak kebingungan tengah duduk di depan warung jajanan kecil di samping rumahku, empat tahun lalu.
Dahi dan pelipisnya basah keringat. Tangan kanannya memegang erat map berwarna merah muda.
Sesekali Ia menghela nafas panjang pertanda hatinya yang sedang gusar.
Kuperhatikan dari atas rambut sampai ujung kakinya. Pakaiannya kemeja putih dan rok sepan warna hitam. Kutebak ia pasti sedang mencoba peruntungan melamar pekerjaan.
"Adik sedang cari lowongan pekerjaan, ya?" tanyaku dengan intonasi sedikit kutekan supaya tidak terkesan kepo dan terdengar merendahkan.
Gadis itu mengangguk seraya tersenyum tipis.
Ia membeli es teh manis instan yang dimasukkan dalam kantong plastik seharga seribu rupiah.
"Sudah keliling-keliling selama empat hari, tapi...belum juga ada hasil, Kak!" katanya mulai bercerita setelah menyeruput kantong es tehnya.
Hhh... Aku ikut menghela nafas. Turun prihatin mengingat diriku juga pernah mengalami nasib yang serupa.
"Iya. Cari kerja sekarang makin sulit, ya? Hhh... Butuh tenaga ekstra juga koneksi juga. Saya dulu juga pernah seperti Adik ini! Alhasil, tiga tahun kerja di pabrik garmen bagian buang benang sama packing kemas barang. Karena Saya tak punya keahlian menjahit. Faktor keberuntungan bisa masuk kerja di situ."
"O iya? Di pabrik garmen mana, Kak?"
"Di Wanaherang. Tapi sekarang sudah tutup bangkrut."
"Hm... Banyak pabrik gulung tikar di masa sulit sekarang ini, ya Kak?"
"Iya. Betul. Mau bagaimana lagi, hhh... Para oboss sekarang banyak yang pailit, jatuh miskin. Begitulah keadaannya."
Kami saling bertatapan. Menghela nafas berbarengan dan kompak tersenyum miris memikirkan dunia kerja masa kini.
"Adik lulusan apa?"
"SMK Kejuruan, Kak! Kerja bagian cuci piring pun tak apa, yang penting Saya bisa menyambung hidup bisa makan. Itu sudah sangat Saya syukuri, Kak! Andai ada kerjaan di rumah makan."
"Kamu bagian Pembukuan?" tanyaku.
"Iya, Kak!"
"Bisa minta tolong benahi pembukuan toko online Saya, gak?" tanyaku lagi, semakin suka mengobrol dengan gadis sederhana itu.
"Dengan senang hati, Kak!" jawabnya. Wajahnya bersemburat cerah. Senyumnya mengembang indah.
"Cuma toko online kecil. Tapi Saya cukup kerepotan merapikan pembukuannya. Maklumlah, usaha kecil-kecilan. Sedang Saya kurang faham akuntansi. Adik bersedia bantu Saya? Tapi... Saya hanya bisa bayar dengan makan gratis saja pagi, siang, sore. Sama transportasi. Hehehe...! Adik mau bantu?"
"Tentu. Saya senang sekali. Kakak baik hati sekali."
"Anggap kerjaan Saya ini sebagai batu loncatan saja. Bilamana Adik sudah dapat kerjaan yang lebih baik, Adik berhak bilang dan ambil kerjaan lain itu. Bagaimana?"
"Iya. Saya mau, Kak! Terima kasih banyak! Alhamdulillah, Saya bertemu Kakak cantik yang baik hati!"
Itulah awal pertemuanku dengan Katliya, nama gadis sederhana itu.
Dan sangat kusayangkan, ternyata gadis sederhana yang empat tahun lalu itu aku tolong dan kuangkat menjadi karyawan bagian pembukuan serta kasir di toko online-ku justru kini menjadi WIL (Wanita Idaman Lain) suamiku sendiri.
Sangat tidak kuprediksi sebelumnya.
Katliya, berhenti kerja seminggu lalu dengan alasan saudara sepupunya membutuhkan bantuannya jaga warung karena istrinya meninggal dunia. Hhh...
Ternyata, itu alasan saja.
Ternyata Bang Irsyad sudah melamarnya dan siap menikahinya tanggal 1 November nanti.
Brak
Kugebrak meja nakas di samping tempat tidur. Bahkan sampai figura foto pernikahanku dengan Bang Irsyad terjatuh dan terhempas ke lantai.
Prang!!!
Kacanya langsung berhamburan, pecah berserahan ke seluruh penjuru lantai.
Bang...! Inikah akhir dari pernikahan kita? Teganya dirimu padaku, Wahai Suamiku!
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🌿Leony Fernanda🔱🎻
kasih bubuk mesiu
2023-01-12
0
я𝓮𝒾𝓷A↠ͣ ⷦ ͣ𝓭𝓲𝓪𝓷✿
kopi buat penulissss
2022-11-17
2
💋ShasaVinta💋
Bener… sadar lah bang Irsyad! Siapa yang menemaniku kala susah. Dr 0 lohhhh….. buka mata.. segede gitu Lian masa km masih gak sadar juga sih !
2022-11-14
2