Chap 1. Janji

Namaku adalah Hajime Yuuta, Aku adalah anak laki - laki dari seorang kesatria sihir hebat di kerajaan yang bernama Shimazu dan ibuku yang bernama Airi adalah seorang ahli sihir penyembuhan di desa tempatku tinggal.

Saat masih kecil Aku hidup di sebuah desa yang bernama desa Marle, di bawah kekuasan kerajaan Luxion bersama dengan ayah dan ibuku.

Aku memiliki dua orang sahabat di desa, yaitu Oda dan juga Rin, Oda adalah anak yang ceria dan kadang suka bertingkah konyol, sedangkan Rin adalah seorang anak perempuan yang manis dengan rambutnya yg panjang dan memiliki sifat yang lembut kepada sahabatnya, tapi juga ia pemalu jika berhadapan dengan orang lain, karena sifatnya yg lembut itulah Aku diam - diam menyukainya.

Sejak kecil kami selalu bermain bersama, berbagi canda dan tawa juga saling melindungi satu sama lain.

Ada suatu hari saat kami masih berusia 10 tahun, dimana kami sedang bermain bersama di bawah pohon besar di padang rumput dekat hutan tempat kami biasa bermain siang hari.

Aku dan Oda sedang asik mengejar se-ekor kelinci yang ada di tengah lapang padang rumput, dan juga Rin yang memperhatikan kami dari bawah pohon besar yang teduh sembari duduk di atas tikar dan disebelahnya terdapat bekal yang kami bawa.

"Hahaha.. ayo Oda kita tangkap kelinci itu!" ucapku sambil tertawa gembira.

"Kalian! Hati-Hati! Jangan terlalu jauh dari pandanganku!" Tegur Rin mengkhawatir kan Aku dan Oda yang berlarian kesana kemari tanpa memperdulikan sekeliling.

"Tenang saja Rin, aku akan menangkap kelinci itu untukmu ! Hahaha," jawab oda sambil terus berlarian mengejar kelinci.

"Apa maksudmu? Aku yang akan menangkap kelinci itu untuk Rin!" ujar ku tidak mau kalah dari Oda.

"Duuuh, Kalian ini... lebih baik aku menyiapkan bekal dulu untuk kita," ucap Rin.

Aku dan Oda pun masih terus mengejar kelinci itu kesana - kemari dengan senangnya tanpa ada yang mau mengalah, tapi kelinci itu sangat cepat, dia terus kabur menjauh sampai akhirnya berhasil lolos dan masuk ke dalam hutan.

Kemudian kami mulai menyadarinya kalau kami sudah mengejar kelinci itu terlalu jauh sampai mendekati hutan terlarang.

"Yuuta! Oda! Kemarilah, aku sudah menyiapkan bekalnya," Ajak Rin yang baru selesai menyiapkan bekal.

"Loh, kemana mereka?" Tanya Rin.

Rin yang merasa kebingungan terus menoleh ke kanan dan ke kiri memperhatikan sekeliling, namun yang ia lihat hanya hamparan rumput hijau yang terbentang luas dan beberapa tumbuhan juga serangga.

Kemudian dia berdiri dari tikar tempatnya duduk dan berjalan ke belakang pohon besar, namun ia juga tidak menemukan keberadaan ku dan Oda.

"Oooiiii... Yuuutaa! Oodaa!" Rin memanggil nama kami sekali lagi dengan suara yang keras karna dia tak melihat kami di sekitar pohon besar.

Rin yang kebingungan mulai merasa sedikit panik dan khawatir karena ia takut ditinggal sendirian, sampai akhirnya Rin memutuskanuntuk pergi mencari ku dan Oda.

"Sebaiknya aku cari mereka," Ucap Rin yang langsung pergi mencari kami.

Sementara itu, di dekat hutan.

"Ayo Oda! Kelinci itu masuk ke dalam sana!" Ajak ku dengan semangat sambil terus berlari.

Oda terus berlari di belakangku dengan nafas yang terengah-engah, namun saat melihat apa yang ada di depan kami, seketika ia mulai menyadari kalau kelinci itu masuk ke dalam hutan terlarang.

"Yuuta! Berhenti! jangan masuk ke sana!" teriak Oda sambil melambaikan kedua tangannya, meminta Ku untuk berhenti.

Aku yang mendengar teriakan Oda sedikit terkejut dan langsung menghentikan langkah ku.

"Eh, ada apa Oda? Kenapa kau menyuruh ku untuk berhenti?" tanyaku keheranan.

Tak lama Oda berhasil menghampiri ku, dia berhenti dan langsung membungkuk dengan menumpukan kedua tangannya di atas lutut, mencoba untuk mengatur nafasnya.

Setelah Oda merasa lebih baik, ia pun kembali berdiri sembari memegang sebelah pundak ku.

"Kelinci itu masuk ke dalam hutan terlarang, kita tidak boleh masuk ke sana " jelas Oda.

Aku kembali melihat ke arah kelinci itu berlari untuk memastikan apa yang dikatakan Oda, dan benar saja, ternyata kalau kelinci itu berlari menuju ke dalam hutan.

"Kau benar, tapi kalau begitu aku tidak bisa mendapatkan kelinci itu untuk Rin," jawabku sambil memandang ke hutan tempat kelinci itu kabur.

"Aku penasaran, memangnya ada apa di dalam hutan itu ? Sampai bisa disebut hutan terlarang," tanyaku yang merasa sangat penasaran.

"Entah lah, tapi yang aku dengar dari orang tua ku, katanya di dalam sana ada banyak sekali monster iblis yang mengerikan," jawab Oda.

"Hmmm iya, aku jadi ingat Ayah dan Ibu ku pernah bilang seperti itu," ujar ku.

"Ya, karena itu kita tidak boleh masuk ke sana," ucap Oda memperingatkan.

"Iya iya baiklah," jawabku yang sedikit merasa kecewa karena tidak berhasil mendapatkan kelinci itu.

Saat Aku dan Oda sedang asik membahas tentang hutan terlarang itu, kemudian Rin yang tampak sedikit lelah akhirnya menemukan kami.

"Ah, itu dia mereka," ujar Rin yang melihatku dan Oda dari kejauhan.

"Yuuta! Oda!" teriak Rin dari kejauhan sambil berlari menghampiri kami berdua.

"Rin?" tanya ku.

"Rin, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Oda kepada Rin yang menghampiri mereka.

"Apa? Harusnya aku yang menanyakan itu pada kalian!" jawab Rin dengan wajah yang terlihat kesal.

"Yuuta, Oda kenapa kalian bisa sampai ke sini? Bukankah berbahaya jika kita terlalu jauh dari desa?" lanjut Rin dengan rasa Khawatir.

"Eh, kami hanya mengejar kelinci itu dan secara tidak sadar ternyata kami sudah sampai sini, haha," jawabku dengan tawa kecil.

"Dasar kalian ini, aku mengkhawatirkan kalian karena kalian tiba-tiba menghilang begitu saja," ucap Rin dengan rasa kesal.

"Eeh' apa benar kau mengkhawatirkan kami, Rin? bukan kah karena kau takut kalau sendirian?" tanya Oda yang sedikit mengejek Rin.

"Apa katamu!?" ucap Rin dengan ekspresi kesal dan wajah yang memerah, karena Oda yang mengetahui alasan sebenarnya.

Melihat Rin yang seketika menjadi galak seperti perempuan yang sedang dalam masa pms itu membuat kami terkejut dan ketakutan.

Seolah merasa nyawa kami terancam, sontak kami langsung membungkukkan tubuh kepada Rin, dengan kedua telapak tangan yang menempel di atas kepala seraya meminta maaf.

"Ti-tidak Rin, Maafkan kami, sudah membuatmu khawatir karena meninggalkanmu di sana sendirian," Ucapku dengan sedikit terbata.

"I-iya Rin, kami minta maaf, kami tidak akan mengulanginya lagi" Oda pun ikut meminta maaf.

"Kenapa dengan kalian ini?" tanya Rin yang merasa heran dengan sikap kami yang terlihat berlebihan.

"Baiklah, kalau begitu aku ingin kita berjanji untuk tidak ada salah satupun dari kita yang pergi begitu saja meninggalkan yang lain lagi untuk selamanya," Ucap Rin.

Rin tidak ingin ditinggal sendirian lagi, lantas ia pun mengucapkan sebuah janji untuk kami bertiga.

"Baik Rin, Kami berjanji!" ucapku dan Oda dengan lantang dan senyuman yang lebar.

Akhirnya kami pun kembali tertawa dan gembira bersama.

Namun setelah itu tiba-tiba terdengar suara aneh.

*Krruuuuuukkk~

Mereka yang mendengarnya pun terkejut dan kebingungan dari mana suara itu berasal.

"Emmhh.. Maaf teman - teman, sepertinya perutku sudah mulai merasa lapar," ucap Oda dengan sedikit malu.

Ternyata suara itu berasal dari perut Oda yang sudah mulai kelaparan.

Mendengar hal itu membuatku dan Rin

tertawa.

"Dasar kau ini, bikin kaget saja. Ku kira tadi itu suara monster iblis yang ingin datang," ujarku sambil tertawa.

"Hehehe," Oda pun hanya tertawa.

Rin yang tertawa dengan malu pun membuat sisi manisnya terlihat.

"Baiklah ayo kita kembali ke pohon besar itu, aku sudah menyiapkan bekal untuk kita bertiga," ucap Rin mengajak kami kembali.

"Wah asik, kalau begitu ayo kita kembali sekarang juga!" Ucap Oda dengan semangat.

"Jika soal makanan kau selalu paling semangat ya, Oda," candaku mengejek Oda.

"Bukan aku, tapi perutku," jawab Oda.

Kami pun akhirnya pergi dari dekat hutan itu dan kembali ke pohon besar di padang rumput untuk bermain dan memakan bekal kami di sana.

Setelah kami sampai di pohon besar itu, kami pun memakan bekal bersama, dan yah tentu saja Oda yang selalu makan paling banyak diantara kami.

"Hey Oda, kau makan banyak sekali, Sisakan untukku juga dong," Ucapku mengingatkan Oda supaya tidak menghabiskan makanan.

"Aku harus makan yang banyak, karena saat besar nanti aku ingin menjadi kesatria terkuat di kerajaan" ucap Oda dengan semangat.

"Wah, jadi kamu ingin menjadi kesatria kuat seperti ayahmu ya, Oda?" tanya Rin dengan senang.

"Tidak, aku akan menjadi lebih kuat dari ayahku, hehehe," Ucap Oda dengan rasa percaya diri.

"Itu bagus, tapi meski begitu bukan berarti kau menghabiskan semua makanannya, Oda!" ujarku dengan ekspresi malas.

"Jika kau mau, kau boleh ambil yang ini, Yuuta?" ucap Rin menawarkan bagian makanannya kepadaku.

Mendengar tawaran itu, Aku pun menjadi sedikit gugup dan malu.

"Eh, tidak apa - apa Rin aku akan memakan bagian ku saja," jawabku.

Rin yang melihat ekspresi ku seperti itu pun merasa sedikit heran.

"Hmm.. baiklah kalau begitu, tapi ambil saja jika kau mau ya, Yuuta," Ucap Rin dengan senyum manis di wajah nya.

Aku yang melihat senyuman itu merasa kagum dan membuat pipiku sedikit memerah juga tak bisa berkata apa - apa, lalu aku memalingkan wajahku sambil memakan makanan ku.

Waktu terus berlalu dan kami masih asik bermain dan bercanda bersama, setelah beberapa lama kami bermain, akhirnya hari pun mulai senja dan matahari mulai terbenam.

"Hari sudah sore, sebaiknya kita pulang ke rumah," ucap Rin mengajak untuk pulang.

"Iya, ayo kita bereskan barang - barangnya sebelum pulang," jawabku.

"Baiklah kalau begitu, terimakasih makanannya Rin, hihihi," ucap Oda kepada Rin.

"Tidak masalah, Oda," jawab Rin dengan tawa kecilnya.

Setelah membereskan barang - barang yang kami bawa, kemudian kami pun pulang ke desa bersama - sama.

Di tengah perjalanan, kami melihat se-ekor kupu - kupu yang indah sedang melintas di hadapan kami.

"Hey, lihatlah kupu - kupu itu," ucap Oda.

"Wah cantik sekali kupu - kupu itu," ujar Rin terkagum.

"Hey Oda, bagaimana kalau kita tangkap kupu - kupu itu?" ajak ku.

"Baiklah, kalau begitu aku yang akan lebih dulu menangkap nya," jawab Oda dengan semangat.

Aku dan Oda pun mulai berlari mengejar kupu - kupu itu yang terbang lurus searah dengan jalan ke desa.

"Hey kalian berdua, Tunggu aku!" ucap Rin sambil berlari mengejar ku dan Oda.

Kami pun terus berlari sepanjang jalan sampai akhirnya sesuatu terjadi.

"Aduh!" Rin pun terjatuh karena berlari mengejar ku dan Oda.

"Hah? Rin!?" ucapku dan Oda yang melihat ke arah Rin dan langsung berlari menghampirinya.

"Rin apa kau baik - baik saja?" tanyaku dengan rasa Khawatir.

Aku dan Oda pun membantunya untuk duduk dan memperlihatkan kakinya yang terluka,

Rin hanya melihat lukanya sambil merasa kesakitan.

"Maafkan aku Rin, aku yang salah karena membuatmu harus ikut berlari mengejar kami," ucapku yang sedikit panik dan merasa bersalah.

"Tak apa, ini hanya luka kecil saja," jawab Rin dengan lembut.

"Apa kau mau ku antar ke rumahku dulu untuk disembuhkan oleh ibuku?" tanyaku menawarkan bantuan pada Rin.

"Tidak perlu Yuuta, aku baik-baik saja," jawab Rin.

"Lalu kita harus bagai mana, Yuuta?" tanya Oda kebingungan.

"Hmm.. begini saja," jawabku.

Aku pun memberikan punggungku pada Rin untuk menggendongnya.

"Ayo Rin, Naik lah ke punggung ku, aku akan menggendong mu sampai rumah," ajak ku.

"Eh.. apa kau yakin, Yuuta?" tanya Rin.

"Tentu saja, aku yang bersalah jadi aku yang harus bertanggung jawab," jawabku dengan tersenyum kepada Rin.

Rin pun akhirnya mau menerima tawaranku untuk digendong olehku.

Akhirnya kami bertiga melanjutkan perjalan kami yang sudah dekat dengan desa.

Tepat di depan desa kami pun berhenti sejenak.

"Rin, lihatlah itu," ucapku sembari memandang matahari terbenam dan disertai dengan angin yang berhembus pelan.

"Wah, indah sekali," ucap Rin yang begitu terkagum dengan keindahan pemandangan itu.

"Sungguh indah dan menyejukkan suasana desa saat sore hari," ucap Oda.

Tidak lama kami pun kembali berjalan pulang ke rumah masing - masing.

"Yuuta, Rin, kita berpisah di sini ya, aku duluan," ucap Oda.

"Baiklah, Sampai jumpa lagi," jawabku.

"Sampai jumpa Oda," lanjut Rin.

Aku pun mengantarkan Rin ke Rumah Rin, dan di tengah perjalanan Aku menanyakan keadaan Rin.

"Rin, apakah kau masih merasa sakit?" tanyaku mengkhawatirkan keadaan Rin.

"Tidak, sekarang sudah menjadi lebih baik, lagi pula ini hanya luka kecil, dengan sedikit diobatisaja besok juga akan sembuh," jawab Rin dengan lembut.

Dan tak lama kemudian kami pun sampai di Depan Rumah Rin.

"Sudah cukup Yuuta sampai sini saja, terimakasih ya," ucap Rin kepadaku dengan senyum manis di wajahnya.

"Baiklah Rin, kalau begitu aku pulang dulu ya," Jawabku yang sedikit gugup.

"Iya, hati - hatilah di jalan," ucap Rin.

"Ya.. sampai jumpa lagi, Rin," Pamit ku dengan senang.

"Sampai jumpa, Yuuta," jawab Rin tersenyum kepadaku.

Aku yang sekali lagi melihat senyum itu di wajah Rin membuatku terkagum dan langsung memalingkan wajahku yang sedikit memerah lalu bergegas pergi pulang ke rumah.

"Maafkan aku Rin, aku janji tidak akan meninggalkan kalian dan tumbuh menjadi kuat bersama kalian," Gumam ku sembari berjalan pergi.

Aku pun akhirnya berjalan pulang menuju rumahku yang berada agak jauh dari rumah Rin.

Sesampainya Aku di rumah.

"Aku pulang..." Salam ku.

"Yuuta, kau sudah pulang? Kenapa kau pulang lebih lambat dari biasanya?" Tanya Ibuku yang mengkhawatirkan ku.

"Maafkan aku bu, saat perjalanan pulang tadi, kaki Rin terluka karena terjatuh saat berlari mengejar ku dan Oda, jadi aku mengantarnya pulang sampai rumah," jelas ku.

Mendengar hal itu, membuat ibuku tersenyum lega karena ternyata tidak ada bahaya yang mengancam putranya.

"Ya sudah kalau begitu, sekarang bersihkanlah dirimu dan bersiap untuk makan malam," ucap Ibuku dengan lembut.

"Baik ibu," Jawabku dengan tersenyum senang.

Aku pun bergegas membersihkan diriku lalu bersiap untuk makan malam bersama keluarga ku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!