kasih sayang sepenuhnya

[Halo kakak………..halo…………….halo……………..]

Sinyal yang sulit membuat keadaan menjadi pertanyaan buat Dhiva juga ibunya, prasangka baik dan buruk pun sudah memenuhi kepala Dhiva begitupun ibunya.

“Kenapa sih kakak kok ponselnya nggak aktif? Apakah ponselnya lowbat?” gumam Dhiva sendiri.

“Kenapa ndok? Kakak kamu nggak bisa dihubungi ya?” tanya Bu Marni sambal duduk di sebelah Dhiva.

“Ya bu, kenapa sih sejak tadi kok begini terus? Seharusnya kakak kan kasih kabar ke kita agar yang di rumah itu nggak khawatir” cerocos Dhiva yang mulai kesal.

“Sudahlah ndok jangan terlalu menyalahkan kakak kamu, mungkin ada sesuatu yang harus dilakukan dan nggak boleh bermain-main dengan ponselnya. Ingat nggak sama ceramah pak Ustadz?”

Dhiva terkekeh saat dapat peringatan dari ibunya, “Iya-iya deh ibu Dhiva yang paling sayang sama Dhiva, Dhiva nggak akan ngulangin lagi salah-salahin orang lain kalau nggak ada buktinya”

Bu Marni mengcungkan dua jempol pada Dhiva, “Nih ibu kasih jempolnya aja ya, daripada kelamaan nungguin kakak kamu, ayo kita tidur dulu ya nak” ajak ibu Marni yang dijawab dengan anggukan kepala Dhiva.

“Dhiva sayang banget sama ibu. Dhiva rasanya nggak ingin jauh dari ibu”

Deg

Ada rasa nyeri dalam dada bu Marni kala mendengar pengakuan Dhiva, kata sayang rasanya tidak cukup untuk mengungkapkan betapa besar kasih saying bu Marni pada putri bungsunya.

Walau bagaimanapun Bu Marni harus melepas kedua putradan putrinya ke habitat aslinya.

“Ya anak cantik, ibu juga tidak ingin sama sekali berpisah dengan kalian. Kamu tahu ndok betapa besar rasa sayang ibu pada kalian berdua melebihi apapun, bahkan ibu siap menukar nyawa ibu demi kebahagiaan kalian ndok” bu Marni memeluk erat tubuh Dhiva sambal membelai rambut panjang Dhiva yang masih dikuncir.

“Makasih banyak ya bu atas kasih sayangnya selama ini kepada kami berdua, kami sangat bangga menjadi anak kesayangan ibu”

Mata bu Marni berkaca-kaca mendengarnya, dengan kasihnya bu Marni memberikan semua yang dia punya walaupun jauh dari kata kekayaan, tapi dengan sayang Bu Marni bisa mendidik kedua anaknya menjadi orang yang sangat berguna dan berbakti.

‘Apakah keputusanku melepas Daffa dan Dhiva sudah tepat atau belum? Tapi kalau tidak aku lepas mereka tidak akan menemukan orang tua kandungnya, tapi kalua aku lepas aku pasti sangat merindukan mereka. Aku nggak boleh egois pada mereka!’ batin Bu Marni.

“Ibu kenapa ngelamun bu? Omongan Dhiva salah ya?”

“Nggak sayang, ibu saja yang cengeng, kenapa air mata ini kok tiba-tiba jatuh dipipi?” bu Marni tertawa kecil, tapi menangis di dalam hatinya karena dalam beberapa hari akan ditinggalkan mereka.

“Kenapa sih kalian itu gedenya cepet banget? Perasaan baru kemarin belajar merangkak dan kakak kamu belajar jalan, kenapa malah besok kamu sudah lulus SMA?”

Hiks………hiks…………..hiks………..

“Ibu, ibu menangis?” Dhiva membuka kedua tangannya yang menutup kedua mata bu Marni.

“Nggak ndok, mata ibu tadi kelilipan jadi ibu kucek-kucek sampai nangis” elak bu Marni agak tidak ditanyain terus-menerus oleh Dhiva.

Tidak biasanya bu Marni menuju kamarnya tanpa pamitan pada Dhiva, emang sangat aneh tingkah Bu Marni kali ini, semoga bukan prasangka buruk yang terus memenuhi isi kepala Dhiva.

“Bu, ibu mau tidur?” tanya Dhiva.

“Iya nak, ibu capek banget, maafin ibu ya nak nggak bisa nemenin Dhiva mala mini” suara serak bu Marni sangat kentara saat menjawab pertanyaan Dhiva, mungkin bu Marni sedang nangis dan meluapkan kesedihannya yang sudah ditampungnya sedari sangat lama itu.

&&&

Rombongan Daffa beserta guru dan teman-temannya sudah meninggalkan kota dimana mobil Elf yang disewa mengalami kebocoran. Akhrinya mereka bisa berucap syukur bisa selamat sampai rumah.

“Anak-anak ini sudah malam, gimana kalau yang jauh bisa menginap langsung di rumah bapak?” tawar pak Rudy pada semua muridnya.

Rata-rata rumah mereka dekat dengan rumah pak Rudy, dan sudah nggak jadi masalah kalau Cuma jalan kaki sebentar.

“Nggak usah pak, kami langsung balik aja” jawab Eko.

“Iya pak, rumah kami kan nggak jauh dari sini” Andra menimpali.

“Daffa kamu bisa pulang sendiri kan? Ataukah minta diantar sampai rumah?” tanya pak Rudy yang dijawab gelengan kepala Daffa.

“Nggak pa -pa pak. Aku sudah bisa sendiri dan baik-baik saja” pak Rudy mecoba napak tenang aja. Biasa kan setiap pencak silat akan menjadi rival dan apapun keputusan juri tidak dapt diganggu gugat” nasehat pak Rudy pada mereka semua.

“Baiklah hati-hati dijalan ya” pak Rudy melambaikan tangannya pada murid-muridnya walaupun tempat tinggal mereka dekat dengan kediaman pak Rudy.

&&&

Assalamu’alaikum” sapa Emir pada seorang nenek yang sudah renta yang masih kelihatan duduk di ruang tamu mungkin menyambut kedatangan mereka.

“Wa’alaikumsalam cucu nenek. Nenek kangen banget padahal kan baru sehari kamu pergi ikut kejuaraan, tapi nenek sangat merindukan kamu sayang” ujar nenek Kasmi yang menciumi wajah cucu kesayangannya.

“Ah nenek, Emir malu kan nek masih diciumi terus padahal Emir kan sudah lulus SMA, sudah boleh pacarana kan nek?” tanya Emir cengengesan.

“Boleh pacaran tapi harus lulus seleksi dari nenek dulu. Jangan yang matre, tapi yang baik hati dan saying sama nenek, kalua untuk ukuran kecantikan itu relative Mir. Yang penting sekarang adalah kebaikannya serta ketulusan yang jarang ada zaman sekarang” tutur nenek Kasmi panjang lebar agar selalu diingat ooleh Emir sebagai bekal dimasa depannya.

“Iya-ya nek. Emir sangat paham denga napa yang ada dipikiran nenek. Untuk saat ini Emir sudah memiliki pandangan seorang gadis yang seperti nenek maksud. Tapi masih rahasia” Emr tertawa renyah, serenyah hatinya saat ini yang sedang Bahagia.

“Nek kok ada gelas the di meja, apakah tadi ada tamu?” tanya Emir sambal menunjuk dua gelas di atas meja.

“Ya nak, tadi ada orang suruhan papa kamu kesini”

“Ck! Papa! Ngapain kesini nek?” Emir mengerucutkan bibirnya tanda ia sedang kesal pada orang tuanya.

“Papa kamu menyuruh kamu Kembali ke kota untuk meneruskan jenjang Pendidikan yang lebih tinggi. Dan………..”

“Dan apa nek?” tanya Emir penasaran.

“Dan disana kamu akan belajar menjadi pemimpin perusahaan milik papa kamu, kamunmau kan nak?”

“Gimana kalau aku menolak saja nek?”

“Ekhem, tidakkah kamu berusaha untuk memantaskan diri sebelum melama gadis pujaan kamu Emir?” walau sesedih apapun yang dirasakan oleh nenek Kasmi, ia akan mendukung semua keputusan cucunya yang akan kembali ke kota.

Emir tersenyum lebar, kali ini akan mantap kembali ke kota demi Dhiva, gadis yang selalu mengganggu setiap malam saat akan tidur dan menemaninya di alam mimpi.

Terpopuler

Comments

Nani Seftiyani

Nani Seftiyani

ceritanya bagus lho tpi tolong di revisi lagi masih banyak penulisan kata yang salah

2023-06-22

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!