"Sudah siap anak-anak?" tanya Pak Rudy yang mengamati satu persatu muridnya yang ikut berangkat tanding dalam kejurkab kali ini.
"Siap Pak" jawab mereka kompak.
"Baiklah, sebelum kita berangkat mari kita berdoa dulu sesuai dengan keyakinan kita masing-masing" ajak Pak Rudy ke semua muridnya, karena berdoa itu sangat penting sebagai bentuk komunikasi dengan Tuhan Semesta Alam.
"Berdoa selesai" lanjut Pak Rudy lagi.
Tak lupa kali ini Pak Rudy mengabsen muridnya satu persatu, dan ada yang kurang satu yang belum datang.
"Sebentar anak-anak, kurang satu anak nih" ujar Pak Rudy sambil mengingat salah satu muridnya yang belum datang.
"Emir Pak" Suara lantang yang datang dari sisi kanan depan barisan. Siapa lagi kalau bukan Daffa yang bilang.
"Kamu tahu Emir kemana Daf?"
"Tadi sama Dhiva Pak sudah jalan kesini"
Hu....................
Semua murid-murid yang akan ikut tanding menyoraki Daffa, karena hanya Daffa yang punya adik cewek yang emang lagi deket dengan Emir.
"Sudah-sudah anak-anak, biar adil kita tunggu lima menit lagi, jika melebihi batas waktu maka keputusannya Emir akan kita tinggal saja. Gimana anak-anak?"
"Setuju Pak"
"Baik Pak"
"Okey Pak"
Pak Rudy tampak kesal pada Emir yang tidak menepati janji akan ikut tanding jika ujian sudah selesai, dan inilah kesempatan nya untuk unjuk gigi dihadapan semua orang, tapi rupanya hanya isapan jempol belaka, waktu sudah mencapai lima menit dari batas penentuan yang diucapkannya tadi, tapi masih nihil hasilnya.
"Baik anak-anak karena Emir tidak jadi ikut, maka sekarang kalian masuk dulu ke dalam mobil, tunggu Bapak masuk"
Tanpa menoleh kebelakang, semua rombongan masuk dalam mobil Elf, mobil ukuran jumbo yang dapat menampung penumpang sebanyak kurang lebih tujuh belas orang.
"Tunggu..... tunggu saya Pak.... " teriakan yang cukup kencang dari arah belakang, dengan penuh kehati-hatian Pak Sopir menghentikan mobilnya dipinggir jalan tepatnya diluar jalan raya.
Sang gadis yang duduk dijok belakang motor memilih turun duluan lalu si cowok memarkirkan motornya tepat dibelakang mobil Elf tersebut.
"Emir... " panggil Pak Rudy sambil mengamati gadis yang dibonceng oleh Emir, gadis yang sudah cukup dikenali nya.
"Maaf Pak telat, tadi bannya bocor"
"Bocor atau pacaran?"
Mendengar kata pacaran, semua penumpang langsung kicep dan kepo, soalnya baru kali ini mereka melihat Emir jalan bareng dengan cewek apalagi itu adiknya salah satu jagoan di genk Pencak silat nya.
"Bocor Pak beneran. Mana berani saya pacaran sama Dhiva Pak, yang ada bonyok duluan saya Pak sebelum pacaran" terang Emir yang mendapat pelotototan tajam si mata elang Daffa.
"Ya sudah ayo berangkat, jangan lupa berdoa dulu agar selamat sampai tujuan" nasehat Pak Rudy yang langsung diikuti oleh semua murid-murid nya.
@@@
Mobil Elf yang ditumpangi rombongan Pak Rudy beserta murid-muridnya sudah sampai didepan gedung rakyat, setelah semua penumpangnya sudah turun, kini saatnya semua anggota ikut pemanasan bersama Pak Rudy di pelataran samping gedung.
"Assalamu'alaikum anak-anak semuanya, semua sudah siap mengikuti pertandingan ini?"
"Siap pak"
"Baiklah kalau sudah siap semuanya sekarang kita latihan pemanasan dulu untuk menghindari cedera berat"
"Siap pak"
Seperti biasa Pak Rudy selalu memberi instruksi pada murid-murid nya. Kali ini semangat Pak Rudy tiada duanya, apalagi semua murid-muridnya sangat bersemangat melebihi semangat Pak Rudy.
"Bapak ingatkan, tetap tenang menghadapi rival kalian, jangan bertindak gegabah, menguasai taktik dan strategi dan yang terakhir kalian harus tahu bagaimana teknik menyerang dan bertahan saat di depan rival kalian"
Semua murid-murid bimbingan Pak Rudy mengangguk-anggukkan kepalanya tanda memahami dari penjelasan Pak Rudy.
"Oke anak-anak ayo kita masuk ke area pertandingan, kalian akan bertanding sesuai dengan nomor peserta yang telah kalian dapatkan kemarin" jelas Pak Rudy lagi.
Dari kelima belas murid-murid binaan Pak Rudy gagal semua, mereka hanya sampai di babak penyisihan.
Pak Rudy menghembuskan nafas kasarnya, perkiraan untuk mendapatkan dua piala rupanya pupus sudah. Tapi masih ada jagoan lagi yang bisa diandalkan yang tersisa, masih ada Emir dan Daffa yang bisa diandalkan untuk bertanding.
"Emir semangat ya" Seru yang lainnya.
Emir menganggukkan kepala mantap, dalam do'anya kali ini Emir ingin menjadi kebanggaan di perguruan pencak silatnya.
Dua babak telah terlewati, kali babak penentuan dari pertandingan Emir.
"Emiiir... Semangat.... " sorak-sorai pendukung Emir.
Emir kian merasa bangga bisa masuk babak ketiga, semboyan nya walaupun tidak bisa menjadi juara tetapi bermain dengan jujur itu prinsip yang ia pegang saat ini.
Tendangan demi tendangan yang Emir berikan pada rivalnya sungguh sangat melumpuhkan lawannya, sepertinya rival Emir kewalahan dan tergeletak tak berdaya di lantai.
Sepuluh sembilan delapan tujuh enam lima empat tiga dua satu...
Rival Emir sudah tak berdaya, hingga Emir lah yang menyandang gelar juara kelas ringan untuk pertandingan hari ini.
"Bapak bangga padamu Emir, biarpun tadi kamu hampir terlambat tapi tak mengurangi semangat mu sedikitpun" Pak Rudy menepuk bahu Emir pelan, usai tanding Pak Rudy memberikan waktu istirahat sepenuhnya untuk beristirahat dari rasa lelah yang mendera.
Kini giliran Daffa yang digadang mendapat piala seperti Emir, Daffa memang didaftarkan pada kelas sedang sesuai dengan kemampuan silatnya dan juga postur tubuhnya.
Banyak penonton wanita yang geleng-geleng melihat ketampanan Daffa, bahkan juga ada yang mencibir 'nggak jadi artis aja, gantengnya kelewatan sih'.
Ada juga yang ingin nembak Daffa agar menjadi kekasihnya.
Ada juga yang mengharapkan Daffa untuk dijadikan kekasih bayaran juga. Sungguh konyol pembicaraan gadis-gadis muda tersebut.
"Sudah siap Daffa?" tanya Pak Rudy saat sudah di dekat Daffa.
"InshaAllah siap Pak!" jawab Daffa mantap, ambisi nya ingin membawa piala agar mengharumkan nama Perguruan pencak silatnya.
Daffa sudah ada ditengah penonton, setelah kedua saling memberi hormat, wasit pun memberi aba-aba untuk memulai pertandingan.
Babak pertama Daffa sudah bisa membuat lawan ketar-ketir dengan gerakan Daffa yang gesit.
Kini memasuki babak kedua, pertandingan sangat seru karena rival Daffa sama kuatnya seperti Daffa.
Tendangan kedua yang mengecoh Daffa membuatnya semakin terpojok, hingga akhirnya
Brugh...
"Daffa bangun... " teriak Pak Rudy.
"Ayo Daffa, Daffa, Daffa... "
semua timnya menyoraki Daffa agar bangun dan bisa melawan rivalnya yang jika dibiarkan akan semangat ngelunjak. e;
"Sepertinya kita hitung saja ya, kalau hitungan habis berarti rival dari Emir sudah dipastikan jadi pemenangnya" ucap wasit yang bicara menggunakan pengeras suara.
Tubuh Daffa tergeletak tak berdaya, tendangan rivalnya kali ini sangat mematikan buatnya.
Sepuluh Sembilan Delapan Tujuh Enam Lima Empat Tiga..
Daffa sudah berdiri walaupun agak sempoyongan, tapi semangatnya lah dan bertemu dengan orang tersayang yang membuat ia ingin tetap hidup dan bangun dalam pertandingannya.
Pertanda dilanjutkan kembali, tapi Daffa seperti orang yang kesetanan kali ini, tendangan yang dihadiahkan pada lawannya tampak membuat rivalnya itu mengerang kesakitan.
Rival Daffa kali ini sudah tergeletak tak berdaya, dan penentuan juara kali ini akan diuji oleh semua penonton
ditempat ini.
"Inilah peraih kejuaraan kelas sedang. Daffa Pratama"
Brugh...
Daffa tersungkur dan sudah dalam keadaan pingsan.
"Daffa... bangun Daff!" Eko menggoncang-goncangkan tubuh Daffa tapi belum ada respon.
"Kak Daffa... bangun kak... Aku harus gimana Kak?"
Emir mengacak rambutnya frustasi.
"Daffa...... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments