Queen serta teman-temannya pergi ke luar kampus karena menghindari Tom yang membuat mereka kesal akibat tindakannya saat di kantin tadi.
Kini mereka berlima ada di halaman depan kampus, masih memikirkan rencana untuk membantu Queen lepas dari kejaran Jeevan.
"Huft, kita harus gimana ya ini supaya bisa bantu lu lepas dari si Jeevan Jeevan itu?" ujar Aulia.
"Tau nih, pusing banget rasanya mikirin cara yang gak ketemu-ketemu ini!" sahut Lova.
"Kalau kalian aja pusing, gimana gue coba? Disini gue yang diincar sama tuh cowok!" ucap Queen.
"Hehe, ya gitulah nasib jadi cewek cantik Queen. Makanya lo jangan terlalu cantik!" ujar Aulia.
"Ish malah bercanda aja lo! Gue lagi panik ini, gimana kalau misal tiba-tiba cowok itu muncul dan culik gue?! Gue gak mau hidup gue berakhir di tangan tuh cowok!" ucap Queen.
"Tenang Queen tenang! Ada kita berempat disini, lu gak mungkin diculik kok!" ucap Nina.
"Iya Queen, kita pasti bakal tolongin lu kok kalau misal tuh cowok berani macam-macam sama lo!" sahut Aulia.
"Emangnya kalian berani??" tanya Queen.
"Eee ya diberani-beraniin aja lah Queen, kan demi sahabat kita!" jawab Lova.
"Nah bener tuh, kita kan sahabat jadi kita harus saling membantu disaat membutuhkan!" ucap Dinda.
"Okay, thanks ya! Semoga aja si Jeevan gak datang kesini deh, gue benar-benar takut banget ketemu sama dia lagi!" ucap Queen merasa cemas.
"Lo tenang aja ya! Ini kan area kampus, dia gak mungkin berani macam-macam sama lu disini. Untuk sementara, kita disini aja sampai suasananya benar-benar aman. Kalau lu keluar, dia bakal mudah buat deketin lu!" usul Aulia.
"Aulia benar, lo mending tetap disini aja deh Queen! Kalau bisa, lu juga izin nginep di kampus aja supaya gak kena teror si Jeevan lagi!" ucap Lova.
"Ah kalian mah ngada-ngada aja! Gak mungkin dong gue nginep disini, apa kata bokap gue coba nanti? Dia pasti bakalan curiga dan mikir yang enggak-enggak tentang gue!" ujar Queen.
"Ya terus lo maunya gimana Queen? Lo pengen tetap pulang di situasi kayak gini?" tanya Nina.
"Jujur sih gue emang takut pulang, tapi gue gak mau bikin bokap gue khawatir!" jawab Queen.
"Duh, bingung banget deh gue!" keluh Nina.
Tiba-tiba saja, seorang mahasiswa datang menghampiri mereka.
"Eh Nin, Din, lo berdua dipanggil dekan tuh!" ucap si mahasiswa.
"Hah?? Ada apa?" kaget Nina.
"Gue juga gak tahu, kalian datengin aja ke ruangannya sana!" ujar si mahasiswa.
Setelah itu, mahasiswa tersebut pun pergi.
"Eee guys, gue sama Dinda pergi duluan ya ke ruang dekan? Takutnya ada masalah penting atau apa gitu," pamit Nina.
"Iya, kalian pergi aja! Queen biar gue sama Lova yang jagain," ucap Aulia.
"Oke! Hati-hati ya kalian, nanti abis dari dekan kita juga langsung balik kok!" ucap Nina.
"Santai aja!" ucap Aulia singkat.
Nina dan Dinda pun pergi menemui dekan sesuai ucapan mahasiswa tadi, sedangkan yang lain tetap disana menemani Queen.
"Guys, ke cafe yuk gue haus nih!" ajak Queen.
"Ih jangan lah Queen! Lo emang gak takut kalau Jeevan bakal muncul nanti?" larang Lova.
"Yah elah tenang aja kali! Lagian kan cafe nya dekat tuh di seberang sana, udah lah ayo kita nongkrong disana aja! Disini terus pegel kali, mana panas lagi," ucap Queen.
"Iya juga sih, emang pegel banget. Tapi, gue cuma khawatir nanti kita malah ketemu Jeevan lagi!" ucap Aulia.
"Kalaupun iya dia ada disana, pasti dia gak mungkin apa-apain gue kok! Toh disini kan rame orang, pasti dia gak berani bertindak kurang ajar!" ucap Queen dengan yakin.
"Lo yakin Queen?" tanya Aulia ragu.
"Iyalah, udah lah ayo ke cafe aja! Gue yang traktir deh kali ini, kalian bebas mau pesan apa aja!" jawab Queen.
"Huh yaudah deh, kita mah ngikut aja sama lu. Semoga aja benar kata lu, si Jeevan gak berani macam-macam disini!" ujar Aulia.
"Iya, udah santai aja kali!" ucap Queen.
Akhirnya ketiga gadis cantik itu menyebrang jalan demi menuju cafe, meskipun perasaan mereka agak was-was karena masih memikirkan tentang Jeevan yang bisa saja muncul secara tiba-tiba.
"Tuh kan, disini aman tau. Pengunjungnya aja ramai banget kayak gini, mana mungkin Jeevan berani kesini?" ujar Queen.
"Kata siapa?!" mereka tersentak kaget saat suara berat terdengar disana.
•
•
Sementara itu, Nina dan Dinda telah menemui dekan di kampus mereka. Keduanya langsung bertanya mengenai tujuan sang dekan memanggil mereka saat ini.
"Umm pak, ada apa ya bapak panggil kita berdua kesini?" tanya Dinda.
"Hah? Sejak kapan saya panggil kalian berdua? Perasaan daritadi juga saya gak lakuin itu, justru saya heran kenapa kalian kesini," ujar sang dekan.
"Apa pak? Tadi Alif bilang ke kita loh pak, katanya bapak itu panggil kita dan ada urusan yang penting," ujar Nina.
"Iya pak, kita sampai buru-buru loh datang kesini. Bapak jangan begitu dong sama kita!" sahut Dinda.
"Begitu gimana Dinda? Emang saya gak panggil kalian berdua, itu mungkin kalian dikerjain sama si Alif. Saya tuh daritadi diam-diam aja disini, saya gak pernah suruh Alif buat panggil kalian kesini," ucap sang dekan.
"Beneran pak? Duh, berarti kita dibohongin dong sama tuh anak! Ish sialan banget sih! Apa coba maksud dia lakuin itu?" geram Nina.
"Saya gak tahu, kalian coba tanya aja langsung ke dia!" ujar sang dekan.
Nina dan Dinda pun keluar dari ruangan itu, mereka mencari Alif untuk melabrak pria itu karena sudah membohongi mereka.
Keduanya menemukan Alif tengah berada di lorong kampus bersama seorang wanita, Nina langsung menarik tubuh Alif dengan penuh emosi.
"Heh sialan!" umpat Nina kesal.
"Eh eh eh, ini apa-apaan sih?! Nina, Dinda, kalian kenapa tarik-tarik gue kayak gini?" ujar Alif.
"Diem lo anjir!" kesal Nina.
Nina pun mendorong tubuh Alif hingga menempel tembok, pria itu tampak ketakutan dan tak bisa berbuat apa-apa.
"Ish, kalian pada mau ngapain sih? Jangan berbuat mesum di kampus!" ujar Alif.
"Idih najis gue juga mesum sama lo! Kita ini mau tanya sama lo, kenapa lo bohongin kita ha?! Lo bilang kita dicariin sama dekan, tapi nyatanya enggak. Lo cuma iseng, atau ada rencana lain?" kesal Nina.
"Eee gu-gue..."
"Jawab yang bener! Jangan lembek lo jadi cowok!" potong Nina.
"Iya iya, gue jawab kok!" ucap Alif ketakutan.
"Yaudah, cepat jawab pertanyaan gue!" bentak Nina.
"Gue cuma iseng, udah itu aja kok. Tolong lepasin gue sekarang, gue masih ada urusan!" ujar Alif.
"Bohong! Gak mungkin lo cuma iseng, pasti ada hal lain kan?!" sentak Nina.
"Iya, mending lu ngaku aja deh sama kita daripada kita hajar disini!" ancam Dinda.
"Eh buset, cantik-cantik ternyata galak!" cibir Alif.
"Cepetan jawab anjir!" kesal Nina.
"Gue tadi udah jawab jujur, gak percayaan amat sih lo!" ucap Alif gemetar.
"Nin, kayaknya dia beneran jujur deh. Lo lepasin aja dia, mending kita susulin Queen sama yang lain! Mereka lebih penting daripada si cowok gak jelas ini," ucap Dinda.
"Bener juga lu," Nina menurut dan akhirnya melepaskan Alif dari cengkeramannya.
Kedua gadis itu pun pergi kembali ke depan kampus untuk menemui Queen dan yang lain.
Sementara Alif merasa lega, dia mengusap dadanya dan menarik nafas dalam-dalam karena berhasil lepas dari Nina.
"Huh selamat gue!" ujarnya.
"Lif!"
"Hah??" Alif terkejut saat seseorang datang menepuk pundaknya.
"Ini bayaran buat lo, kerja bagus!" ucap orang itu sambil memberikan sejumlah uang pada Alif.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
mom mimu
kayanya itu kerjaannya tom ya suruh Alif buat kecohin temen2nya queen biar pada mencar...
2022-11-12
3