"Hiks.. hiks.." Isak tangis dari Adel, mama Sintya dan mami Erika menyertai sepanjang mama Sintya bercerita. Adel nampak terpukul di pelukan mamanya. Sedangkan para kaum Adam hanya bisa menunduk serta memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.
"Kenapa tidak ada foto mama satu pun di rumah itu? Di kamar Oma juga tidak ada?" Tanya Adel penasaran.
"Karena kata pelayan, semua barang-barang mama kamu termasuk semua fotonya sudah di bakar habis oleh opa willi sesaat setelah mama kamu pergi meninggalkan rumah." Jelas mami Erika yang membuat Adel seketika bungkam.
"Adel ke kamar dulu semua." Pamit Adel kemudian beranjak masuk ke dalam kamar.
"Del!" Reyhan ingin mengejar Adel namun di cegah oleh maminya.
"Biarkan Adel menenangkan dirinya dulu." Sergah mami Erika. Mau tak mau Reyhan kembali duduk di tempatnya.
"Mami sama Papi apa kabar bang?" Tanya mama Sintya kepada papi Daniel.
"Papi sudah meninggal dan mami sakit-sakitan." Jawab papi Daniel lemas.
"Ap-apa?" Mama Sintya nampak terkejut.
"Saat kejadian itu kami sedang berada di rumah orang tua ku. Tiba-tiba saja mami menelpon katanya papi meninggal. Kami pun terkejut karena sebelumnya papi baik-baik saja dan tiba-tiba di kabarkan meninggal. Kami segera menuju ke rumah sakit, dan menurut penjelasan dokter, papi sudah meninggal dunia dalam perjalanan menuju ke rumah sakit akibat terkena serangan jantung." Jelas mami Erika sesenggukan.
"Maafin Sintya bang, hiks.. hiks.." Isak mama Sintya penuh penyesalan. Papa Kevin segera merengkuh mama Sintya ke dalam pelukannya.
"Maafin saya pak." Papa Kevin pun juga ikut merasa bersalah.
"Sudahlah, semua sudah terjadi. Dan jangan panggil saya pak! Saya bukan bapak mu tapi saya sekarang Abang mu!" Tegas papi Daniel.
"I-iya bang!" Papa Kevin mengangguk pelan.
"Sementara kami akan kembali ke hotel dulu. Besok kami akan kembali lagi kesini setelah Adel tenang." Ucap papi Daniel kemudian beranjak meninggalkan kediaman Mahesa di ikuti mami Erika dan Reyhan yang nampak berat hati meninggalkan Adel.
Setelah kepergian Reyhan dan kedua orang tuanya, mama Sintya langsung bergegas menuju ke kamar Adel. Sedangkan papa Kevin langsung masuk ke dalam kamar.
Tok.. tok.. tok..
Mama Sintya mengetuk pelan pintu kamar Adel.
"Adel sayang, ini mama nak. Mama masuk ya?" Namun tak ada sahutan dari dalam.
Ceklek!
Rupanya pintu kamar Adel tidak di kunci. Mama Sintya pun segera masuk ke dalam dan mendapati Adel yang berbaring meringkuk di atas tempat tidur membelakangi pintu. Rupanya Adel sejak tadi tak berhenti menangis, terlihat dari punggungnya yang naik turun.
"Sayang!" Mama Sintya mendekat kemudian duduk di tepi ranjang dengan tangan terulur mengelus pelan punggung anaknya.
"Sayang!" Panggil mama Sintya sekali lagi. Adel langsung bangun kemudian memeluk mamanya erat.
"Kenapa jadi begini? Hiks.. hiks.." Isak Adel di pelukan mamanya.
"Ssssttt! Sudah, semua sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur." Mama Sintya mencoba menenangkan Adel.
"Bagaimana dengan nasib anak yang ada di dalam kandungan ku ma?" Adel meraba perutnya sendiri.
"Nanti kita bicarakan lagi, sekarang istirahat dulu jangan banyak pikiran. Mama mau masak dulu buat makan malam." Mama Sintya mengelus lembut kepala anaknya kemudian keluar dari kamar Adel.
Setelah menenangkan anaknya, mama Sintya langsung masuk ke dalam kamarnya sendiri dan langsung mengunci pintunya. Pecah sudah tangisan mama Sintya yang tadi coba di tahannya di depan Adel agar Adel tidak merasa semakin bersalah.
"Hiks.. hiks.. Maafin Sintya Pi, mi, Sintya sudah jadi anak durhaka."
"Hey, sudah ma." Papa Kevin langsung memeluk mama Sintya yang bersandar di pintu kamar.
*****
*****
*****
*****
*****
Lope-lope sekebun Pare 😘😘🤪🤪
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, kopi juga boleh ☕☕😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Download
Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Comments
💝GULOJOWO💝
Kalau sudah tiada baru terasa.... 😭😭😭
2022-11-15
1