Part 15 FLASHBACK

Flashback On

23 tahun yang lalu....

"Sintya tidak mau Pi!" Teriak Sintya kepada papi Willi.

"Sintya tidak akan pernah menikah dengan siapa pun kecuali sama Kevin!" Tolak Sintya tegas. Sintya menggenggam erat tangan Kevin yang ada di sampingnya. Saat ini mereka tengah berada di ruang tamu keluarga Pranata. Niat hati mereka berdua ingin meminta restu kepada papi William, namun penolakan yang mereka dapatkan dari papi Willi.

"Mau diberi makan apa kamu sama dia!" Teriak papi Willi seraya menunjuk ke arah Kevin yang hanya menunduk. Sedangkan mami Mila sejak tadi hanya diam saja di samping papi Willi.

"Sintya bukan Abang yang mau saja di jodohkan hanya karena bisnis!"

Ya, memang pernikahan Daniel dan Erika saat itu terjadi karena kesepakatan bisnis atau bisa di sebut dengan pernikahan bisnis. Tapi siapa sangka kalau mereka akan saling jatuh cinta? Memang rencananya Sintya juga akan di jodohkan dengan anak dari rekan kerja papi Willi yang tak lain adalah teman Daniel sendiri.

"Tapi kamu lihat sekarang Abang mu bahagia. Bahkan saat ini kakak mu sedang mengandung."

"Apa kamu pikir dengan cinta kamu akan kenyang? Dia hanya seorang karyawan rendahan, mana mungkin bisa mencukupi segala kebutuhan kamu." Sekali lagi papi Willi menunjuk ke arah Kevin.

Memang Kevin hanya seorang karyawan rendahan di perusahaan keluarga Pranata. Waktu itu Sintya sedang berkunjung ke perusahaan, saat ia keluar dari lift ia tak sengaja menabrak Kevin yang akan masuk ke dalam lift. Akibatnya, beberapa dokumen yang di bawanya berserakan ke lantai dan Sintya segera membantu Kevin memunguti satu per satu dokumen tersebut. Dari situlah awal mula pertemuan antara Sintya dan Kevin. Kemudian Sintya sering berkunjung ke perusahaan hanya untuk bertemu Kevin.

Sebenarnya Kevin juga tau diri, hanya saja ketulusan cinta Sintya yang menguatkannya sehingga ia dengan lancang berani meminta Sintya kepada orang tuanya yang terhormat itu. Bukankah cinta itu memang butuh perjuangan? Jika harus menyerah sebelum berperang, bukankah itu sifat seorang pengecut? Bukan! Kevin bukan seorang pengecut! Maka dari itu dia dengan gentlenya meminta Sintya kepada kedua orang tuanya dengan baik-baik.

"Maaf pak, mungkin saya memang hanya karyawan rendahan, tapi saya akan bekerja keras untuk membahagiakan Sintya." Kevin mencoba mengangkat kepalanya yang sejak tadi hanya menunduk.

"Sintya mohon Pi, restui kami." Sintya segera beranjak kemudian bersujud di kaki papi William.

"Sintya!" Mami Mila sudah berlinang air mata, namun tidak bisa berbuat apa-apa.

"Sampai mati pun saya tidak akan pernah merestui kalian!" Tegas papi Willi tak terbantahkan.

"Sekarang kamu keluar dari rumah saya dan jangan pernah menginjakkan kaki mu di perusahaan lagi!" Teriak papi Willi murka.

"Pi!" Sergah Sintya dan mami Mila bersamaan. Kevin pun segera beranjak dari duduknya kemudian tanpa pamit langsung melangkahkan kakinya keluar dari rumah tersebut. Namun belum sempat kakinya keluar dari pintu, ia sudah di peluk erat oleh Sintya dari belakang.

"Jangan pergi!" Lirih Sintya di punggung Kevin. Kevin hanya diam mematung tanpa melepas pelukan Sintya. Kemeja belakangnya terasa basah oleh air mata Sintya. Ia ingin berbalik dan merengkuh Sintya ke dalam dekapannya, namun ia sadar saat ini papi Willi pasti sedang memperhatikan mereka berdua.

"Sintya! Biarkan laki-laki rendahan itu pergi! Masuk kamar sekarang!" Teriak papi Willi menggelegar.

"Tidak!" Jerit Sintya keras masih sambil memeluk Kevin.

"Pi, plis, biarkan kali ini Sintya memilih kebahagiaannya sendiri." Mohon mami Mila yang sejak tadi hanya diam saja namun tak berhenti menangis.

"Jangan ikut campur kamu!" Teriak papi Willi menuding ke arah mami Mila yang membuat mami Mila diam seketika akibat bentakan suaminya.

"Sekarang tinggalkan anak saya!" Kevin pun segera melepas pelukan Sintya kemudian kembali melangkah.

"Tidak Kevin, jangan!" Lagi-lagi Sintya memeluk Kevin dari belakang.

"Kalau papi tidak mau merestui kami, Sintya akan pergi dari rumah ini!" Teriak Sintya frustasi.

"Hahaha.... kita lihat saja, apa kamu akan kuat hidup miskin bersama laki-laki kere ini!" Papi William tertawa sinis. Dan lagi-lagi papi Willi merendahkan Kevin dengan mulut pedasnya.

"Silahkan pergi, tapi tinggalkan semua fasilitas yang papi berikan!"

"Baik!" Sintya meletakkan tasnya ke atas meja kemudian segera menghampiri Kevin kembali.

"Sintya!" Mami Mila menggelengkan kepalanya.

"Ayo Kev, kita pergi dari sini!" Sintya segera menggandeng tangan Kevin kemudian keluar dari rumah keluarga Pranata.

"Sintya!" Teriak mami Mila seraya mengejar anaknya yang sudah berada di halaman rumah. Papi Willi pun segera menyusul istrinya keluar rumah.

"Sekali kamu melangkahkan kaki mu keluar dari rumah ini, maka jangan harap kamu bisa kembali lagi!" Teriak papi Willi menggelegar di teras rumah.

"Kamu bukan lagi anggota keluarga Pranata!"

Deg!

Sintya mematung di tempatnya berdiri, Jantungnya serasa di remas saat mendengar ucapan papinya. Kemudian ia membalikkan badannya ke arah kedua orang tuanya.

"Sesuai dengan permintaan papi, aku tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki ku ke rumah ini!" Sintya langsung mengandeng tangan Kevin kemudian pergi meninggalkan kediaman Pranata.

"Sintya!" Teriak mami Mila ingin mengejar Sintya namun tangannya di cengkeram erat oleh papi Willi. Papi William segera menyeret mami Mila masuk ke dalam rumah.

"Pelayan!" Teriak papi Willi yang membuat para pelayan tergopoh-gopoh menghampirinya.

"Kumpulkan semua barang-barang Sintya dan bawa ke halaman belakang. Jangan lupa seluruh foto Sintya juga bawa ke belakang. Saya akan bakar semua barangnya tanpa sisa!"

"Papi!" Jerit mami Mila namun tak di hiraukan oleh papi Willi. Pelayan pun segera melakukan tugas yang di perintahkan papi Willi tanpa bisa membantah. Sebenarnya ia kasihan dengan nyonya dan nonanya, tapi perintah tuannya mutlak tak terbantahkan.

Tepat saat papi Willi selesai membakar seluruh barang-barang Sintya, tiba-tiba saja tubuhnya limbung seraya memegangi dadanya. Mami Mila yang saat itu berada di samping papi Willi sedang menangis meratapi barang-barang Sintya yang sudah menjadi abu pun terkejut lalu menjerit sekuatnya hingga para pelayan dan pekerja yang ada di kediaman Pranata berlarian menuju ke halaman belakang rumah. Saat itu Daniel dan istrinya sedang tidak ada di rumah, melainkan sedang berada di rumah orang tua Erika.

Akhirnya papi Willi pun di larikan ke rumah sakit. Namun saat di tengah perjalanan, papi Willi sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Dan sejak itu mami Mila menjadi sakit-sakitan.

Flashback Off

*****

*****

*****

*****

*****

Lope-lope sekebun Pare 😘😘🤪🤪

Jangan lupa Like Komen dan Votenya, kopi juga boleh ☕☕😂😂

Terpopuler

Comments

💝GULOJOWO💝

💝GULOJOWO💝

Nah, sampai sini. Setelah Mama Sintya dan papa Kevin pergi, Mama Sintya sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi di kediaman Pranata 😢😢

2022-11-28

2

💝GULOJOWO💝

💝GULOJOWO💝

Nah, berarti mama Sintya ingat kata2 opa Willi saat papa Kevin mengucapkan kata2 itu ke Adel 😢😢

2022-11-28

2

💝GULOJOWO💝

💝GULOJOWO💝

Papa Kevin keren euy 👍👍

2022-11-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!